Bab 9. Perkemahan Jumat Sabtu Minggu

1309 Kata
Menjelang maghrib regu Aster sudah rapih menyelesaikan tugas Mereka. Satu persatu, Mereka bergantian mempersiapkan diri untuk shalat maghrib secara bergantian, sebagian shalat maghrib sebagian berjaga. Setelah semua nya selesai melaksanakan shalat maghrib, Mereka pun menyantap masakan yang tadi Mereka buat. Hidangan sederhana yang Mereka buat tapi begitu nikmat mana kala Mereka menyantapnya bersama. "Eehhmmm.." Tiba-tiba ada yang berdehem di depan pagar tenda Regu Aster. Mereka serempak menoleh ke arah suara. Secara kompak pula Mereka menawarkan makan. "Kak Sardi, makan Kak?!" ( memang di pramuka, kita memanggil pembina dengan sebutan kakak. Perjusami kali ini, kepala sekolah ikut serta, dan beberapa guru mapel). "Waahhh enak nih kayak nya, Kakak mau dong." Kata Kak Sardi, sambil berjongkok di tikar yang Mereka hampar di samping tenda. Kompak Mereka bergeser memberi celah untuk Kak Sardi duduk. Kak Sardi menyodorkan piringnya yang sengaja Dia bawa sendiri. Sri mengambilkan nasi, Tia memberikan lauk dan Santi menuang sayuran. "Kak kalau kurang nambah ya?" kata Mereka masih kompak. "Waaahhh Saya salut sama Kalian, sampe bicara aja bisa seirama ya..." Kata Kak Sardi. Kami pun tersenyum sambil sedikit tertawa. Kami melanjutkan acara makan Kami. "Kalian mau nyumbang apa buat acara api unggun?" Tanya Kak Sardi. Kompak Kami menjawab: "Kaasiiihhh tauuu gak yaaaa." Kak Sardi tambah tertawa. Kami tak menyangka, Kepala Sekolah sekaligus Guru matematika yang suka sekali nyubit pinggang siswa yang nakal, tapi di perkemahan ini bisa seakrab ini sama Kita. Pak Sardi memang belum berkeluarga, alias masih jomblo. Memang di sekolah Kami masih banyak guru-guru yang masih muda. "Wwwaaaahhh siapa yang masak ini, enak banget loh." Kata Kak Sardi. Kami saling berpandangan. "Kami masak bareng-bareng Kak, memang kenapa?" Jawab Kami. Kak Sardi sejenak berfikir, Kami pun ikut berfikir. "Kenapa Kak???" Tanya Tia. "Kakak lagi bingung milih siapa yang akan Kakak jadikan istri ini?" Canda Kak Sardi. Sontak Kami bersorak. "Hhhhuuuuuuu gak.. gak..! bukan Saya, Sri aja Kak!" Sri melotot pada Kami. Memang diantara Kami bertujuh dalam regu, Sri yang paling tua umurnya dan paling dewasa, tapi Kami tahu kalau Sri menaruh hati pada Kak Yanto. Tapi Kak Yanto nya cuek aja, malah sibuk mengejar Tia. Kak Sardi ikut tertawa dengan kepolosan Kami, sampe terbatuk-batuk Dia keselek nasi. Sri segera memberikan air minum kepada Kak Sardi. Kak Sardi segera meminumnya. Setelah Kami melihat Kak Sardi lega, Kami melanjutkan koor Kami. "Tttuuuuuhhhh kan...!! Sri istri siagaaaa...! hahahahaha..." Mendengar itu Sri, memukuli Kami satu persatu. Kami hanya tertawa melihat kelakuan Sri. Melihat keramaian di tenda regu Kami, regu lain ada yang hanya diam saja, ada yang iri, begitu juga dengan regunya Rina. Mereka begitu tidak suka dengan kedekatan Kami dengan Kepsek. Kak Yanto menghampiri tenda Kami. Kami yang melihat Kak Yanto datang, kompak berdehem... "Eeehmmm... eehhmm... eehhmmm...." Kak Sardi menoleh ke arah Kak Yanto, dan berjabat tangan. "Baru tiba ya?" Kata Kak Sardi. "Ya Kak, tadi lama ketemu dosen pembimbingnya." Kata Kak Yanto. Kak Yanto adalah salah satu mahasiswa semester akhir di salah satu universitas negeri di jakarta. Kami yang sudah siap-siap koor mengurungkan niat Kami karena melihat Tia yang menempelkan jari telunjuk ke bibirnya. "Sini makan Kak Yanto. Ini adik-adik pinter loh masaknya, tinggal pilih mana yang cocok jadi istri..." Canda Kak Sardi. Sontak Kami ber kooorrr lagi.... "hhuuuuhhhhh.... enak aja... hahahaha..." Kami pun tertawa. Terdengar adzan isya di masjid samping sekolah Kami. Kami pun bergegas merapikan bekas makan Kami. Kami membagi tugas, 2 orang merapikan bekas makan, 3 orang shalat, 2 orang lain berjaga. Kami bergantian melaksanakan shalat isya. Kak Sardi dan Kak Yanto pun sudah berlalu meninggalkan Kami. Tapi sebelumnya Sri menyiapkan makan untuk Kak Yanto bawa ke tendanya sebelum shalat isya. Acara api unggun pun dimulai. Kakak Pembina dan beberapa anggota pramuka yang laki-laki sudah mempersiapkan api unggun sebelum isya tadi. Kami mengitari api unggun secara berkelompok. Yang sudah diberi garis-garis dan nama regu oleh Pembina. Ternyata regu Tia, posisinya berhadapan dengan regunya Yasin. Satu persatu regu mempersembahkan acaranya. Kami sangat bersuka cita. Dan giliran regu Aster yang maju. Kami sudah membawa perlengkapan Kami. Sempat ditertawakan oleh regunya Rina, diejek, sebagian Kakak Pembina juga ada yang tertawa. Regu laki-laki juga ada yang menyoraki Kami, ada yang teriak: "Mau main topeng monyet!!!.." Tapi Kami tak mempedulikan. Kami bersiap di posisi masing-masing. Santi memulai gendangannya, diikuti Halimah dan Yeni yang bermain kecrek dengan sendok garpu. Tia pun memulai membuka suara. "Sekuntum mawar meraaaahhhh haaaaa.. yang kau berikan kepadaku di malam ituuuuu... ⚘??" Sri pun menyauti nyanyian Tia...... Yang melihat atraksi Kami sontak bergabung ke tengah-tengah untuk ikut berjoget, sebagian ada yang bertepuk tangan. Kakak Pembina juga ada yang ikut berjoget. Sajian acara regu Tia pun selesai. Anggota regu yang lain bersorak: "Lagi.. lagi... lagi.....!!" dan Kak Sardi pun meminta Kami untuk menyumbangkan satu buah lagu lagi, kali ini Kak Sardi minta berduet dengan regu Kami. Tia menunjuk Sri aja yang berduet sama Kak Sardi. Sri pun akhirnya berduet dengan Kak Sardi. Tia membantu teman regunya dengan pukulan ember sambil berjoget. Anggota dari regu laki-laki pun ikut serta meramaikan musik Kami. Mereka ada yang memukul ember sebagai gendang, tutup panci dll... Ditengah Kami asik berjoget, Yasin maju ke tengah dan menarik Tia secara diam-diam. Tia pun menyingkir perlahan. Tapi kepergian Tia dan Yasin tak luput dari pengawasan Rina yang memang terus mengawasi Yasin. Tia dibawa Yasin ke samping tenda milik regunya yang berada di pojok kiri halaman belakang sekolah, tenda regu Tia di pojok sebelah kanan. Yasin pun berhenti menarik Tia. Kini Dia sudah memeluk tubuh Tia erat. Tia mencoba melepaskannya, tapi tangan Yasin yang kekar tak sanggup membuat Tia dapat lolos dari dekapannya. Yasin berbisik pelan ditelinga Tia yang membuat merinding bulu kuduk Tia karena geli. "Biar seperti ini sebentar, Aku mohon." Tia akhirnya menurutinya. Jantungnya berdegup kencang seakan berpacu dengan debaran jantung Yasin juga. Tia menahan nafas, agar tak terdengar debaran hatinya oleh Yasin. 5 menit Mereka berpelukan. Yasin baru melepaskan Tia. Dia menatap wajah Tia lekat, ada genangan air mata di sana yang siap tumpah. Tia menyekanya perlahan dan menggeleng. Yasin mencium kening Tia sangat dalam. Setelahnya dia berkata: "Aku gak mau jauh darimu, Aku gak mau dipisahkan darimu...." Tia tak mengerti apa maksud perkataan Yasin. Tia berkata: "Aku gak akan kemana-mana sampai lulus SMP, Kita kan sama-sama mendaftar di SMA Negeri yang sama. Apa Kamu tidak yakin akan diterima di sekolah itu?" Tanya Tia. Yasin menggeleng. "Aku akan sekolah ke luar negeri, karena Papaku akan pindah tugas kesana, Kami sekeluarga akan pindah kesana." Jelasnya. Yasin kembali memeluk Tia erat. "Yasin jangan seperti ini nanti ada yang liat." Kata Tia. "Gak akan ada yang melihat Kita, mereka semua sedang bersenang-senang." Tapi Yasin salah, sepasang mata terus mengawasi Mereka dengan geram. "Kita masih bisa berkirim berita." Hibur Tia. Yasin mengangguk. Tia mengajak Yasin untuk kembali ke api unggun. "Kamu pergi lah lebih dulu, Aku mau ke tendaku mengambil minyak kayu putih." Yasin mengernyitkan keningnya. "Apakah Kamu sakit, Tia?" Tanyanya. Tia menggeleng. "Aku baik-baik saja, Aku hanya akan membalurkan minyak kayu putih ke telapak kakiku, biar gak masuk angin." Kata Tia tersenyum. "Baiklah, Aku duluan ya." Kata Yasin. Tia mengangguk. Seseorang menarik rambut Tia dari belakang. Tia memegangi pangkal rambutnya untuk mengurangi rasa sakit dari jenggutan itu. "Aaaaaaa..!" Tia kesakitan. Orang itu mendekatkan mulutnya ke telinga Tia dan berkata: "Apa belum cukup luka yang kuberikan untukmu tempo hari?" Itu suara Rina. "Rina tolong lepasin rambutku, sakiiittt..!" mohon Tia. Rina pun melepaskan dan mendorong Tia. Tia menjaga keseimbangan badannya agar tidak tersungkur ke tanah. Rina menghampiri Tia kembali dan memegang tangan Tia kencang. "Rina, jadi Kamu yang tempo hari mencelakai Aku? Tapi kenapa? Aku gak ada hubungan apa-apa dengan Yasin." Jelas Tia. "Apakah orang yg berpelukan mesra itu hanya dilakukan seorang teman, haaaahh!!!!" Bentak Rina. Tia terkejut. Ternyata Rina melihat semuanya. Tia mencoba menjelaskannya. "Baguslah kalau begitu, asal Lo tau saja, lulus dari SMP ini Kami segera menikah, karena Gw sedang mengandung anak Yasin." Hardik Rina. Tia terkejut mendengar perkataan Rina. Rina meninggalkan Tia yang masih terpaku dan terkulai lemas.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN