Bab 7. Nasehat Ibu

1093 Kata
Upacara penutupan kegiatan pramuka pun dilaksanakan, posisi pratama Tia digantikan oleh Sri, Tia masih di ruang guru, sendiri, menunggu bubaran upacara. Tak lama suara gemuruh siswa yang berlarian hendak pulang. Halimah dan Yasin menghampiri Tia. "Aku anter ya pulang nya?" tanya Yasin. "Naik taxi aja, nanti Aku yang bayar." tawarnya lagi. "Gak usah, ngerepotin Kamu nanti." Tolak Tia halus. Yasin tak mendengarkan perkataan Tia, tanpa meminta persetujuan Tia, Dia berjalan ke pinggir jalan menyetop taxi yang kosong lewat. Kak Yanto, berbasa basi menawari Tia pulang, Tia bilang Yasin sudah memanggil taxi, padahal Tia tahu banget Dia gak mungkin nganter Tia pulang, karena sudah sore dan perjalanan ke rumahnya cukup jauh dan macet. "Baiklah, Kamu gak apa kan?" Tanyanya lagi. "Gak apa kok, kan udah ada Halimah dan Yasin, temanku yang baik hati dan tidak sombong." Jawab Tia sekenanya Yasin menghampiri Tia mengatakan taxi nya sudah dapat, Tia pun dipapah nya, dan Halimah membantu membawakan tas sekolah Tia. Kak Yanto memandang tak suka pada Mereka, tapi Tia tak memperdulikannya. Di dalam taxi, Tia duduk di kursi penumpang dengan Halimah, dan Yasin disisi Supir. Yasin bertanya. "Gimana sekarang? ada yang keseleo gak?" "Kayak nya kaki dan leherku terkilir, karena tadi Aku sempet menahan kepalaku agar tidak terbentur ke tanah." Jelas Tia "Apa mau langsung dibawa ke tukang urut aja, jadi Kamu pulang tinggal istirahat?" usul Yasin. "Ya Tia, benar kata Yasin." Timpal Halimah. "Tapi nanti Kalian pulang kemaleman" Tegas Tia. "Gak apa.." kompak Mereka... "Besok kan libur ini sekolah, dekat rumah Aku ada tukang urut, sekalian nanti Aku pamit sama Mama buat nganter Kamu." Tia menoleh ke Halimah dan Dia mengangguki saran Yasin. "Baiklah." "Pak, nanti jalan nangka belok kanan ya." Yasin mengarahkan supir taxi. Kami sampai di depan halaman tukang urut, Tia dipapah ke dalam ruangan praktek Ibu urut. kemudian Yasin berpamitan sebentar hendak pulang. "Neng, ini luka nya masih baru, nanti kalo kesenggol Emak, agak sakit, tahan sedikit ya, kalau gak buru-buru diurut nanti malah bengkak tambah sakit." Kata Emak urut. Tia hanya mengangguk. Tia sedikit berteriak, Tia menggigit kerah bajunya agar tidak berisik saat berteriak, malu tau. hehehe... Setengah jam berlalu. Tak lama Yasin datang dengan Mama nya. "Assalamu alaikum..." Salam Mereka. "Waalaikumussalaam...." Jawab Kami. "Gimana Tia, udah enakan?" tanya Mama Yasin. "Sudah mendingan Tante, tinggal luka nya aja, tapi Aku udah bisa jalan kok, nih.. tuh.." Tia memperagakan berjalan. "Syukurlah..." Kemudian Mama Yasin menyodorkan amplop ke Emak urut. "Terimakasih ya Mak." kata Mama Yasin. "Sama-sama Neng." Jawab Emak urut. "Ya udah kalo gitu Mama balik ke rumah ya, biar Yasin yang antar Kamu pulang." Pamit Mama Yasin. "Gak usah Tante, Aku pulang sama Halimah aja, naik bus, Aku udah bisa jalan kok." Tolak Tia halus. "Jangan naik bus, jam segini bus rame, nanti luka Kamu kesenggol-senggol dengan penumpang lain." Kata Mama Yasin. "Bener juga sih." Gumam Tia. "Gak apa kok Tante, luka Aku udah ditutup ini pake perban, hehehe..." "Ya sudah kalo gitu terserah Kamu aja." Nyerah Mama Yasin, dan Yasin tidak menyerah begitu saja, Dia terus mengikuti Tia dan Halimah naik bus. "Kamu kenapa naik bus?" Tanya Tia. "Aku akan anter Kamu sampe rumah." Tegasnya, Tia tak bisa bicara lagi. "Anak itu emang keras kepala, sama kerasnya denganku, wkwkwkwk...." Batin Tia. 30 menit kemudian Mereka turun dari bus yang berjubelan dengan penumpang. Mereka berjalan ke arah rumah Tia, tapi Halimah tidak mengikuti Tia. "Aku pulang duluan ya, Aku khawatir Ibuku nyariin Aku." Kata Halimah. Tia sedikit kecewa, tapi mau diapain lagi. "Baiklah, hati-hati ya Mah, makasih ya udah nemenin Aku." Kata Tia dibalas anggukan Halimah. "Yasin, Aku pamit ya." Yasin hanya mengangguk. Tia berjalan beriringan dengan Yasin, pas di gerbang komplek, Tia menghentikan langkahnya. "Kenapa berhenti?" Tanya Yasin penasaran. "Ada yang sakit? Mau Aku gendong?" Godanya. "Iiiihhh apaan siiihh!! Gak usah lebay deh... sampai sini aja ya nganternya, gak enak kalo nanti tetanggaku liat." Pinta Tia. "Kamu kenapa sih selalu pedulikan omongan orang? Aku kan cuma nganterin Kamu, gak ngapa-ngapain." Hardiknya. Tia menunduk dan kembali berjalan diikuti Yasin. Sampai di depan gang rumah Tia, Tia melihat Ibunya berdiri di depan rumah, sepertinya menunggu Tia pulang yang sudah lewat dari jam 7 malam belum sampe rumah. "Assalamu alaikum Bu..." Salam Tia dan Yasin "Wa alaikumussalam..." Jawabnya. Ibu Tia memandang ke arah Tia. "Kamu kenapa Nak? kok banyak perban di tubuhmu, ayoo masuk dulu, sini Nak....??" "Yasin Bu, Saya Yasin." Kata Yasin yang tahu kebingungan Ibu Tia. Mereka pun masuk ke dalam rumah. Yasin menceritakan kejadian naas tadi di sekolah sampe Tia ke tukang urut. "Terima kasih banyak ya Yasin, Tia jadi ngerepotin Kamu dan Mamamu." Kata Ibu. "Ya gak apa Bu, Aku juga sekalian mau tahu rumah Tia dan mau kenal dengan Keluarganya." Kata Yasin Ibu mengernyitkan dahinya. "Ya udah sih, mending Kamu pulang, udah malam, nanti gak ada bus lagi." Kata Tia langsung menghela kebingungan Ibunya. "Aku pasti kena tegur Ibu nih." Batin Tia. "Iya, Yasin, bukan maksud Kami mengusir Kamu, tapi Kami khawatir nanti Kamu kemalaman gak ada bus lagi yang lewat." Kata Ibu Yasin pun mengerti situasi nya, Dia pun segera pamit. Tak lupa Ibu mengucapkan terima kasih yang kedua kali nya pada Yasin. Sepergi nya Yasin, Tia langsung ke kamar, dan bergegas membersihkan diri. Tak lama, Adiknya, Nindi, menarik Tia. "Kakak dipanggil Ibu, ayooo..," Ajaknya sambil menarik tangan Tia, Dia tak melihat tangan Tia yang terluka yang tidak diperban. "Aaaauuuuwww..!" SontakTia kaget. Nindi pun ikut kaget. "Maaf Kak, Indi gak tau tangan Kakak luka." "Iya gak apa Adik, Kakak yang cantik." Sambil mencubit pipinya yang gembil. Tia melihat Ibu sedang duduk di ruang tamu sambil merapikan jahitan baju yang sedang Beliau kerjakan. "Sini Tia, duduk." Pinta Ibu sambil menepuk bangku sebelahnya. Tia pun duduk di sebelah Ibunya. Ibu memulai pembicaraannya. "Tia, Kamu masih kecil, baru SMP, belum pantas untuk pacaran, sekolah dulu yang benar, nanti kalo sudah selesai sekolah, sudah lulus, Kamu mau kuliah atau langsung kerja, terserah Kamu mau punya pacar juga, yang penting bisa jaga diri dan jaga amanat Ibu dan Alm Ayahmu. Tapi untuk saat ini, Ibu tidak mengijinkan Kamu punya pacar, nanti mengganggu konsentrasimu pada pelajaran sekolah." Tia mengangguk dan menjelaskan pada Ibu kalo Yasin itu cuma temannya. Dan sampai saat ini Tia gak punya kekasih. Ibu menggeleng. "Kamu bisa bilang tidak, tapi tatapan Yasin ke Kamu, bukan tatapan seorang teman, ada perasaan lebih pada dirinya." Tia hanya diam membenarkan perkataan ibunya dalam hati. "Ya Bu, Tia tau kok batasan Tia." "Ya udah sekarang Kamu makan, abis itu istirahat, tuh adikmu Nindi dari tadi kangen sama Kamu." Kata Ibu Tia mengangguk, berlalu dari sisi Ibunya dan mengajak Nindi ke dapur menemani nya makan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN