Hampir dua belas hari lamanya ia tidak sadarkan diri, meski tubuhnya terbaring lemas dan matanya terpejam namun pikirannya terus terfokus pada wanita yang dicintainya. Wanita itu penyebab kondisi yang diterimanya saat ini dan penyebab kesadarannya pulih. Ia berusaha untuk membuka matanya yang terasa berat, berusaha menggerakan anggota tubuhnya walau tubuhnya benar-benar lemas. “Albert, apa kau sudah sadar?” Histeris Dawin yang menyadari ada pergerakan di jari jemari Albert. Samar-samar Albert mendengar suara berat yang tak asing lagi di telinganya. “Syahquita.” Nama itu yang dapat Albert ucapkan karena memang pikirannya hanya tertuju pada istrinya. “Syahquita? Di mana, Syahquita?” Tanya Dawin pada pelayan yang sedang berjaga di dalam ruang