4.Pertunangan

998 Kata
Tidak selang beberapa menit pintu kamar Elis terbuka, Kedua orang tuanya sampai di buat tidak berkedip dengan penampilan Elis yang luar biasa cantik. "Kalau anak gadis papa cantiknya kayak gini, di jamin semua cowok pada ngantri buat dapetin kamu." "Papa bisa aja," ucap Elis, sambil bergelayut manja di lengan sang papa. "Udah ... Udah ... ayo kita berangkat, ntar Jessica ngamuk lagi, gara-gara kita telat." Protes Ana yang merasa bahagia dengan interaksi ayah dan anak gadisnya. "Ehmm ... emang di rumah Andreas ada acara apa ma?" Elis hanya merasa heran, kalau suami diam diamnya punya acara, kenapa dia tidak di kasih tau. "Entar kamu juga tau, iya 'kan pa." Ana melirik ke arah Ahmed suaminya. "Yap. Betul sekali, ayo bidadari-bidadari cantikku kita harus segera sampai. *** Elis begitu takjub dengan dekorasi ruangan yang begitu Indah, dia berpikir andai pernikahannya dengan Andreas di selenggarakan semegah ini, dia yakin dia pasti akan menjadi wanita yang paling bahagia. Dari kejauhan, seorang pria tampan memperhatikan Elis dari tadi, dalam hati dia begitu takjub dengan kecantikan Elis, tapi dia terlalu gengsi untuk mengakuinya. "Gue tau dia tuh memang cantik, berhentilah memandangnya Bro! inget, dia tuh cuman Mantan loe, karena mulai sekarang loe hanya milik satu orang." Seorang pria menepuk bahu Andreas yang dari tadi kepergok sedang memperhatikan Elis yang baru datang ke acara. "Siapa bilang, gue ngeliatin Elis. Orang gue ngeliatin yang di belakangnya kok. Lo aja yang nggak fokus Lex," elak Andreas kepada sahabatnya yang bernama Alex, tapi memang benar di belakang Elis ada sosok wanita cantik yang tidak asing lagi bagi mereka berdua. "Ya udah, gue cabut dulu ya ... kayaknya nggak masalah, gue ngedekatin Elis." Andreas begitu marah ketika Alex bicara seperti itu, tapi sebisa mungkin dia bersikap ramah terhadap sahabatnya, karena dia tidak ingin siapapun mencurigai hubungan sebenarnya dia dan Elis. Wanita yang berada di belakang Elis melambaikan tangan ke arah Andreas, dengan semangatnya Andreas membalas lambaiannya. Elis yang sudah berpencar dari orang tuanya ikut bergabung dengan teman-teman satu kompleksnya. "Hei, lihat ... siapa yang datang," ucap Iren sahabat baik Elis. "Hai semua ..." ucap Elis seraya bercipika cipiki dengan para gadis. "Hei, lihat temen-temen, mantannya aja cantiknya kayak gini, gimana gak menutup kemungkinan Andreas kecantol lagi," ucap seorang teman Elis lagi yang bernama Renata. "Hust! jangan kenceng-kenceng loe Re, ntar Mak Lampir denger, loe kena damprat lagi," ucap Iren, meletakkan jari telunjuknya pada bibirnya. Elis tidak menanggapi omongan teman-temannya, memang selama ini yang teman-temannya tau, Elis dan Andreas sudah lama putus, entah apa itu penyebabnya, karena dulu Andreas lah yang memutuskan Elis secara sepihak, tapi Elis sendiri tidak tau apa penyebabnya, karena itu terjadi beberapa bulan kemudian setelah hilangnya Rico, laki-laki itu minta balikan lagi dengannya, Elis yang masih mencintai Andreas langsung menerimanya kembali, karena jujur saja dia tidak bisa melupakan Andreas, tapi mereka menjalin hubungan lagi secara diam-diam selama empat tahun. Elis tersadar dari lamunannya ketika seorang MC naik ke panggung, yang menandakan, entah acara apa itu segera di mulai. "Selamat malam hadirin semua, selamat datang di acara bahagia ini, acara pertunangan antara Diana Indah Pamungkas dengan sodara Andreas Herlambang." Elis sudah tidak mendengarkan lagi kata-kata Mc, hatinya hancur, bagaimana mungkin? baru tadi siang Andreas menikahinya, malamnya dia bertunangan dengan Diana, dia adalah Diana yang sama, yang selalu mengejar ngejar Andreas, tapi selalu dia tolak, karena Andreas mencintainya. Elis pergi dari acara tersebut tanpa sepengetahuan orang-orang di situ. Tak terkecuali seseorang yang selalu mengawasi gerak-geriknya dari tadi, yang tak lain adalah Andreas, pria itu tersenyum miring melihat reaksi Elis, memang itu yang dia inginkan, membuat hancur, sehancur-hancurnya Elis. Elis pergi meninggalkan acara, air matanya telah sukses membasahi pipi mulusnya, dia tidak habis pikir, kenapa Andreas.yang selalu baik padanya, hari ini, pria yang begitu dia cintai telah menghancurkan hidupnya, dan mungkin juga masa depannya. *** Andreas berbicara pada seseorang lewat sebuah alat yang dari tadi dia pasang pada telinganya. "Ikuti Elis, bawa dia ke rumah. Jangan sampai dia lolos." Andreas menyuruh anak buahnya untuk tetap mengikuti Elis. "Baik Tuan, Nyonya Elis masih ada di depan rumah Tuan." "Segera bawa dia pulang ke rumah." "Siap Tuan" *** Elis duduk tersimpuh di depan rumah Andreas, suara musik, suasana bahagia di acara pertunangan suaminya, serasa tidak terdengar lagi oleh Elis, hatinya begitu hancur. "Rico ... dimana kamu Ric. Andai kamu ada di sini. Kamu pasti akan membantuku keluar dari masalah ini." Elis terus menangis, dia tidak tau entah bagaimana nasibnya nanti, bagaimana kalau dia hamil? seperti apakah nanti pertumbuhan anaknya? sedangkan dia masih sangat muda, karena dia masih seorang mahasiswi di sebuah universitas ternama di Jakarta. Elis sesaat terdiam ketika beberapa orang berbadan tegap berpakaian serba hitam mendekatinya, gadis itu mundur, berusaha lari ke dalam rumah Andreas, tapi sudah terlambat. Salah satu dari orang tersebut sudah membekamnya dengan sebuah sapu tangan yang di tetes dengan obat bius, seketika Elis tak sadarkan diri. Mereka mengangkat tubuh Elis, dan membawa gadis itu dengan sebuah mobil hitam yang tertutup. **** Sudah 2 jam lebih Andreas menunggu Elis yang masih dibawah pengaruh obat bius, Elis belum sadarkan diri. Ternyata begitu acara pertunangan selesai, Andreas langsung pergi meninggalkan semua orang dengan alasan urusan pekerjaan. Tapi ternyata pria itu pergi ke rumahnya, yang tidak pernah di ketahui oleh siapapun, kecuali Elis dan dirinya, dulu dia memang berusaha mati-matian membangun rumah ini untuk Elis kelak, ketika mereka menikah, tapi suatu hari takdir berkata lain, sebuah tragedi besar yang menimpa Rico telah mengubah cintanya menjadi benci. Elis mulai membuka ke dua matanya, kepalanya terasa sakit. Pandangannya langsung berubah menjadi sebuah amarah ketika dia melihat Andreas duduk di samping ranjang. "Ceraikan aku, An." Itulah kata kata yang keluar dari bibir Elis begitu dia sadar. "Cerai? kenapa sayang? ini baru awal permainan ini." "Apa ini semua, An. Setidaknya kamu pikirkan perasaan Diana, bagaimana kalau nanti dia tahu, ternyata kamu menduakannya." "Hentikan semua kemunafikanmu itu El!" "Aku akan membongkar pernikahan kita pada semua orang, aku akan bilang kesemua kalau aku sudah resmi menjadi istrimu." Elis benar-benar sudah hilang kesabarannya. "Bongkarlah, tapi kamu tau 'kan konsekuensinya, sayang ..." "Apa sebenarnya yang kamu inginkan?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN