Chapter 11

1395 Kata
Lucy menatap cowok di depannya yang sedang mengaduk bubur sebelum menyuapkan satu sendok bubur ke mulut Lucy. "Kamu kalo gak bisa kena hujan mending gak usah main hujan hujan deh kalo ujungnya sakit kaya gini" Ucap Cowok itu lalu menyuap bubur untuk Lucy lagi. "Lagian udah sakit juga masih ngeyel mau martabak" Felix menyuap Lucy lagi. "Untung kamu temanku coba kalo bukan males gue antar martabak malam malam begini" Lagi lagi Felix menyuapkan bubur untuk Lucy. Gadis itu menelan makanannya. "Baru pukul setengah delapan kok Fel. Kenapa kamu malah marahin aku sih. Kamu gak suka ya aku minta tolong di beliin martabak" "Bukan begitu juga sih Lucy ku sayangku ulala. Kamu masih sakit masa udah makan makanan yang berminyak nanti kalo sakitnya tambah parah aku kan jadi khawatir" Lucy tersenyum. "Makasih ya Fel" Ucap Lucy. Cowok itu menatapnya. "Lain kali kalo butuh sesuatu ngomong sama aku. Kalo sakit juga ngomong. Bukan pas aku datang baru ngomong, kalau begitu aku rasanya kaya sahabat yang gak guna tau" Ujar Felix kesal tapi tetap menyuapi Lucy dengan bubur nya. Lucy tak banyak bicara dan tetap menerima suapan bubur dari Felix. Cowok di depannya ini memang cerewet tapi Lucy tau Felix menunjukkan kepeduliannya dengan caranya sendiri. Setelah di rasa cukup kenyang Lucy menolak suapan Felix sambil menggeleng. "Udah cukup aku rasanya mau muntah" Felix membulatkan matanya "Kita kan belum menikah masa kamu sudah-" "Felix!" Geram Lucy sebelum Felix melanjutkan kata kata nya. Cowok itu tertawa sambil meletakkan mangkuk ke atas meja. "Bercanda kok. Eh liburan kan masih lama nih kamu mau jalan jalan kemana?" Lucy mengedikkan bahu. "Gimana kalau kita pergi ke tempat wisata. Nanti kalau kamu sudah sembuh beneran aku jemput ya" "Kayaknya jangan dulu deh Fel. Aku masih mau di rumah aja" Felix merendahkan bahunya "Sama Gama lagi ya? Kamu nolak aku cuman mau main sama Gama yang gak peduli sama kamu kan?" "Felix maaf. Bukan aku nolak kamu kok, jangan pasang wajah kayak gitu dong gak enak di lihat tau" ucap Lucy menggenggam jari Felix. "Aku pulang ya. Sudah malam" Cowok itu berdiri dan akan keluar dari kamar Lucy. "Felix aku mau kok pergi ke wisata bareng kamu. Tapi jangan jutek kayak gitu aku gak suka" seru Lucy. Felix berbalik dan tersenyum jahil. "Yes! Akhirnya lo kena juga. Jadi fix ya kamu mau" jawab Felix semangat sebelum menutup pintu kamar Lucy. Lucy menunduk menahan tawa. "Sialan aku kena jebakan lagi" --- "Gama! Buruan woy telat nih main futsal" Teriak Dewa. "Dasar toa. Kenceng banget suara lo berasa mau pecah telinga gue" Sahut Gama sambil keluar rumahnya. "Lah emangnya kamu punya telinga?" "Sial. Orang satu kampung juga bisa denger saramu yang udah kaya toa orang demo. Lagian kalo aku gak punya telinga ini fungsinya apa dong" Gama menunjuk telinganya. Dewa mengedikkan bahu "Antena mungkin" jawab Dewa sambil tertawa "Yuk ah buruan yang lain udah nunggu dari tadi tuh" ucapnya. "Eh napa malah bengong?" Tegur Dewa sambil melihat arah pandang Gama. Kemudian Dewa membulatkan bibirnya sebelum memukul lengan Gama. "Udah samperin aja sana kalo gak rela" Dewa tertawa "Elah Gama.. Gama.. Jelas jelas lo itu tertarik sama Lucy kenapa gak mau ngakuin sih" celetuk Dewa saat dia melihat Lucy masuk ke sebuah mobil dengan Felix. Gama memalingkan wajahnya "Bukan urusanku dia mau pergi sama siapa. Buruan berangkat" jawab Gama. Dewa sendiri hanya tersenyum mendapati sifat temannya yang begitu keras kepala. "Kalo Lucy suka sama orang lain entar nyesel deh lo" Ucap Dewa menyumpahi. Gama berdecih pelan. "Urusan gue apa? Bodo amat lah dia mau sama siapa" jawab Gama tak peduli namun nyatanya dia tidak mengalihkan matanya saat mobil yang Lucy naik melewatinya. Dewa melihat dari kaca spion, lagi lagi hanya tersenyum menahan tawanya yang akan meledak. 'Lain di hati lain di mulut. Gama.. Gama..' batin Dewa tak habis pikir. Mereka berdua tiba di lapangan Futsal dan bergabung dengan yang lain. Namun Gama masih teringat kepergian Lucy dengan bocah laki laki tadi. Gama sering melihat nya bersama Lucy dan tak pernah sekalipun Lucy terlihat murung di depannya, mereka selalu tertawa bersama tapi kenapa mengingat hal itu membuat Gama tidak rela?. "Hei kalo gak enak badan mending istirahat aja deh" Tegur Dewa menepuk bahu Gama. Cowok itu menatap Dewa. "Aku baik kok yuk latihan lagi" "Lo yakin?" Seru Dewa saat Gama sudah berlari mengejar bola. Dewa menggelengkan kapala dia yakin pasti Gama memikirkan Lucy dan cowok yang bersamanya tadi. Pulang dari lapangan futsal Gama tidak melihat gadis itu di depan rumahnya. Dia tidak ingin ikut campur dengan urusan Lucy namun nyatanya dia tak bisa menahan rasa ingin tahu nya itu dan ke esokan hari dia datang kerumah Lucy. "Maaf tante, Lucy nya ada?" Tanya Gama pada Liora. Mama Lucy pengerutkan dahi. "Memang Lucy gak bilang dia pergi liburan sama teman temannya?" Gama menggeleng dan memaksakan sebuah senyuman "Ini tante kemarin Lucy lupa bawa tasnya pas main ke rumah" ucap Gama sambil memberikan tas selempang Lucy. "Gama pamit tante" dan cowok itu pun pergi. Jadi kemarin Lucy dan cowok itu pergi liburan? Kenapa dia yang kesal sekarang? Tak terasa ini sudah ke lima hari nya Gama tidak melihat Lucy dan segala tingkah gadis itu. Kedatangan Nadine yang selalu membuat nya nyaman pun kali ini tak bisa membuat Gama mengukir senyum seperti biasa. Apa mungkin dia sudah terbiasa dengan keberadaan Lucy? Sepertinya mulai hari ini Gama harus bisa tidak terperdaya dengan tingkah Lucy atau dengan perlahan pasti dia akan melabuhkan perasaan nya pada gadis itu. Gama membonceng Nadine di jok motor nya untuk mengantarkan kekasihnya itu pulang dan mereka turun di tepi jalan saat motor Gama di rasakan berjalan tidak normal. "Gama kenapa?" Tanya Nadine. "Sepertinya ban nya bocor" jawab Gama. "Yah kok bocor sih kan bengkel masih jauh. Aku bantu kamu dorong ya biar cepet" Gama mengangguk dan mereka turun dari motor. "Kamu gak bantu dorong juga gak papa kok Nadh. Aku masih kuat" Ucap Gama. Nadine berdecih "Gak ada romantis romantisnya banget sih kamu Gam. Aku niat bantuin kan karena kamu pacar aku" Nadine kemudian memeluk Gama. "Berasa kaya di film film ya?" Kekeh Gama sambil menstandarkan motor nya lalu berbalik menangkup wajah Nadine. "Kamu makin pinter aja deh Nadh. Oh ya karena kamu suka dinas keluar kota sebenarnya aku sering banget kangen sama kamu" Ucap Gama sambil menatap kedua mata Nadine dengan intens. Sedangkan di sisi lain.. "Felix kayaknya foto foto yang kita ambil kemarin cocok deh di upload di sosial media sekalian biar nambah followers" Ucap Lucy sambil menggeser layar hp nya. "Seru juga ya felix punya teman kayak kamu. Oh ya lucy jangan lupa tag akun kakak juga ya" Sahut Tiara- kakak Felix. Lucy tersenyum "Siap kak. Oh ya kak tiara makasih ya udah temenin aku sama felix liburan" Tiara tersenyum "Iya dong masa aku rela biarin adek bandel ku ini liburan cuman berdua saja sama kamu kan bahaya" Kemudian mereka tertawa sedangkan felix yang mengemudikan mobil berdecak lidah. "Dan kakak malah ambil jatahku buat ngerjain Lucy. Ini mah gak seru" Ucap Felix. Tiara menepuk bahu adiknya "awas saja ya kalo kakak sampe tau kamu berbuat yang enggak enggak atau kunci motor kamu kakak sita" ancam Tiara. "Yee bisanya ngancam adek" Gerutu Felix. "Fel turunin kakak di depan dong ada yang mau kakak ambil nih. Kamu duluan aja antar Lucy pulang kebetulan sudah malam nanti mama nya khawatir" "Tenang aja kak. Felix teman yang setia jadi tidak di ragukan lagi" "Bisa aja lo tumis kangkung" Kekeh Tiara lalu turun dari mobil Felix "kalian hati hati ya" Lucy melambaikan tangan. "Makasih ya kak!" sambil tersenyum. "Mending kamu pindah ke depan deh. Gak enak tau berasa kaya pak supir" Ujar Felix. Lucy kemudian maju ke kursi depan dan duduk di kursi kemudi dan felix melajukan mobilnya. Mereka bersenandung ria sambil mendengarkan lagu dari salah satu grub band korea dan Felix mengikuti alunan rap nya. Namun malah terdengar seperti orang lagi kumur kumur. Tidak jelas, tapi mereka sangat menikmati nya sambil tertawa. Begitu Felix menatap kedepan lewat sorot cahaya mobil, matanya langsung menangkap gambar dua orang yang Felix kenal. Tangan Felix gemetar jangan sampai Lucy juga melihat nya. Felix menatap Lucy yang asik dengan ponselnya. Syukurlah, cowok itu mendesah lega saat Lucy tidak melihat dua orang tadi. Namun nyatanya hati Lucy rasanya sakit. Ia melihat Gama dan Nadine sebelum Felix menyadari nya. Bukan hal yang baru saja terjadi Lucy alami jika mereka tidak berciuman di pinggir jalan yang sepi mungkin hati Lucy tidak akan sesakit ini. _______ To be continue
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN