Chapter 1
Luciana, gadis 8 tahun yang baru pindah ke salah satu perumahan di bagian kota A. Dia memandang area depan rumahnya dari jendela sambil menopangkan kepala.
Dua hari yang lalu keluarganya pindah dan Lucy belum mendapatkan teman sama sekali untuk bermain dengannya.
"Lucy! mama sudah siapkan sarapan cepat turun dan makan sayang!" Seru mama Lucy.
"Sebentar ma!" sahut Lucy tanpa mengalihkan pandangan dari jalanan depan rumah.
Beberapa anak sekolah SMA lewat di sana menuju ke sekolah. SMA memang tidak jauh dari perumahan tempat tinggal Lucy jadi banyak anak-anak yang memilih jalan kaki pergi ke sekolah.
Tapi Lucy sedang menunggu seseorang lewat di depan rumahnya.
"Gama! Woy!"
Seru seorang remaja.
Orang yang di panggil menoleh saat temannya merangkul lehernya.
Antonio Gamali. Tetangga Lucy yang jarak rumahnya hanya di halangi oleh 3 rumah lainnya.
Remaja 17 tahun itu memukul bahu temannya sambil tertawa.
Lucy mengulurkan tangan keluar jendela dari lantai dua rumahnya seakan memegang Gama. Remaja itu adalah orang pertama yang membuat Lucy langsung jatuh cinta di pandangan pertama.
Gadis 8 tahun itu tersenyum "Dia sangat tampan" ucapnya.
Sejak dua hari dia menepati rumah barunya, ini lah yang pertama kali Lucy berharap suatu saat ia ingin menjadi kekasih Gama.
Setelah Gama lewat dan tidak terlihat oleh matanya, Lucy berlari ke lantai bawah menemui keluarga untuk bergabung menikmati sarapan.
"Lucy ini hari pertamamu sekolah. Papa akan antar kamu di sekolah baru setelah sarapan ya"
Lucy mengangguk. Dia tidak sabar untuk segera pulang dan melihat Gama melewati rumahnya lagi.
Beberapa jam telah berlalu Lucy meletakkan tas di kamar lalu berlari keluar rumah. Duduk di kursi teras menunggu Gama lewat dan itu akan membuatnya bahagia.
Selama beberapa hari Lucy melakukan hal yang sama. Selalu menunggu Gama lewat di depan rumahnya. Sampai suatu hari saat pulang sekolah Lucy tanpa sengaja bertemu dengan Gama.
Remaja itu terlihat kacau duduk di sebuah kursi taman yang tidak jauh dengan area perumahan. Lucy berjalan menghampiri dengan senyum merekah tapi tiba-tiba motor melaju kencang dari arah belakang menyenggolnya.
Gadis 8 tahun itu menangis namun sesuatu tengah membantu dan mendudukkan dirinya di atas kursi.
"Hei kau tidak apa-apa kan? Tanganmu berdarah"
Lucy terdiam saat orang yang membantunya ini adalah Gama. Gama berjongkok di depan Lucy sambil menyentuh tangan Lucy dan membersihkan darah di siku dan kakinya dengan sapu tangan. Lucy merasa bahagia hatinya seperti berbunga bunga melihat pria yang dia sukai begitu perhatian.
"Lain kali kalau jalan hati-hati" ucap Gama menatap Lucy.
Lucy langsung memeluk leher Gama.
"Hei hei lukamu bisa tambah terbuka" seru Gama. Lucy menggeleng.
"Aku mencintaimu"
Gama tergelak kaget, seorang bocah menyatakan cinta di depan nya. Apa lagi dalam satu kali pertemuan. Gama terkekeh pelan.
"Cepat pulang orang tuamu pasti sedang mencarimu" Gama berdiri. Lucy mendongak karena lelaki itu begitu tinggi darinya.
Gama berjalan meninggalkan Lucy sambil menyampirkan tas di bahu kanan. Tapi tidak lama kemudian Gama berbalik mendapati anak sd yang menyatakan cinta secara frontal tadi berdiri 3 meter di belakang.
"Kenapa malah mengikutiku. Lebih baik kau cepat pulang sana" Gama berbalik dan melanjutkan langkahnya tapi Lucy kembali mengikuti. Gama berdecak kesal.
"Bocah. Aku tidak tertarik dengan anak-anak. Cinta yang kamu ucapkan itu cuman kata-kata bayangan kau tidak bisa mengatakan cinta dengan orang yang menolong mu begitu saja jadi jangan mengikutiku"
Namun Lucy tidak berkata apa-apa dan kembali berjalan saat Gama juga berjalan.
"Berapa kali ku bilang jangan-"
"Ini rumahku" Sela Lucy sambil menunjuk kanannya. Gama menatap horor, jadi gadis kecil ini tetangganya?
Gama menggeleng pelan ia sudah salah paham dengan gadis kecil ini. Kemudian pergi menuju rumahnya yang tinggal beberapa meter di depan.
Lucy menatap dirinya di cermin sambil tersenyum tidak jelas, rasanya tengah di landa kebahagiaan.
"Lucy!"
Gadis kecil itu menoleh.
"Iya ma"
"Sini dulu sayang bantuin mama"
Lucy berjalan menghampiri "kenapa banyak sekali kue. Siapa yang mau ulang tahun ma?"
Mama Lucy mengusap kepalanya "Ini mau mama bagikan ke tetangga, kemarin gak sempat silaturahmi jadi bantuin mama ya?"
Lucy mengangguk dengan semangat itu artinya ada kesempatan untuk bertemu dengan Gama di rumah lelaki itu.
Tangan mungil Lucy mengetuk pintu rumah gama. Seorang wanita cantik membuka pintu.
"Eh kamu Lucy kan anaknya Liora yang baru pindah kemarin. Sini masuk nak"
"Iya tante" jawab Lucy senang mendapat sapaan yang begitu ramah dari orang tua Gama.
"Kamu kok baru datang kemari sih padahal tante berharap kamu sering main kesini loh"
"Lucy di suruh mama kasih ini ke tetangga kata mama untuk silaturahmi karena kemarin belum sempat" Sambil memberikan paperbag berukuran sedang.
"Wah jadi merasa gak enak ini tante. Kamu kalau mau main kesini main saja sama tante" Mama Gama mencubit pipi Lucy "Aduh mama kamu dulu nyidam apa sih kok kamu imut begini tante kan jadi gemas jadi pengen punya anak perempuan kaya kamu"
Lucy tertawa pelan
"Ma! aku keluar dulu main sama temen" Seru Gama. Lucy menoleh melihat Gama yang melewatinya begitu saja.
"Itu anak tante namanya Gama. Kamu bisa kesini kalau mau main sama dia tapi orangnya agak kaku sih" Mama Gama terkekeh pelan sambil mengisi paperbag Lucy dengan kue balasan.
"Tante gak bikin banyak kue jadi ini ada sedikit kebetulan kue kesukaan Gama"
Lucy tersenyum cerah, kue kesukaan Gama juga akan menjadi kesukaannya juga mulai hari ini.
"Terima kasih tante aku sangat suka"
Sekali lagi mama Gama mencubit pipinya gemas "Lucy sering main kesini ya kalau hari libur, tante pengen punya anak perempuan tapi dari dulu belum di kasih kasih"
"Iya tante. Lucy pulang dulu ya masih ada kue yang mau di bagikan ke tetangga"
"Hati-hati ya sayang"
"Iya tante. Lain kali Lucy main kesini lagi kok"
Sampainya dirumah tak henti hentinya Lucy tersenyum menatap toples di atas meja yang berisikan kue kesukaan Gama. Ia tidak tega untuk memakannya tapi jika tidak di makan Lucy tidak akan pernah tau bagainana rasa kue kesukaan Gama.
"Gama" Gumam Lucy dengan geli.
"Aku mencintainya. Aku ingin jadi pacarnya kalau aku besar nanti. Aku tidak sabar untuk cepat dewasa, mungkin jadi orang dewasa lebih baik" Ucap Lucy di depan toples kue.
Lucy mendekap toples kue dengan erat seakan sedang memeluk Gama.
"Tuhan cepat putar waktunya agar aku cepat dewasa" Ucap Lucy tidak sabar. Tapi dia harus menunggu hingga dia menyadari jika perasaan Lucy saat ini cuman cinta monyet saja atau cinta yang sebenarnya.
Waktu yang akan membuktikan semuanya.