Chapter 10

1158 Kata
Gama terdiam cukup lama sedangkan seorang gadis tengah asik di depan nya menikmati makanan yang tersaji dengan lahap. Tidak tau sebenarnya apa yang ia lakukan dengan memperhatikan Lucy, Gama juga bingung. Lucy melirik Gama sambil meminum Juice nya. "Kamu gak makan?" Gama menggeleng kemudian berdehem "Kalau sudah makan ayo pulang" "Tapi kita kan belum main ke time zone" Jawab Lucy tidak suka. Gama melihat hp nya yang kosong tanpa notif pesan masuk. "Lain kali aja. Aku capek" sahut Gama tanpa melihat Lucy. Gadis itu mencebikkan bibir nya "Gak seru banget sih kamu. Padahal tante Farah udah kasih kesempatan bagus kaya gini rugi kalo gak di manfaatkan" Cowok itu berdecak lidah tak mengidahkan omongan Lucy. "Yang rugi kan bukan aku. Kalau gak mau pulang aku tinggal ya" kemudian berdiri. "Gak bisa gitu dong. Main tinggal tinggal aja" Lucy mengejar Gama "Jangan cepat cepat jalan nya. Kaki kamu langkahnya lebar banget aku gak bisa ikuti" Gerutu Lucy, Gama berhenti mendadak di mana lucy yang tidak siap harus menabrak punggung Gama. "Aduh hidungku" Lucy mengelus hidungnya. Gama sedikit menunduk menyamai tinggi Lucy dan menatap gadis di depannya ini. "Bawel banget sih!" kemudian melanjutkan langkahnya lagi. Lucy memanyunkan bibirnya. "Dasar Gama ngeselin" Mereka secara kompak berdiri menatap mobil yang tinggal beberapa meter lagi. "Lah kok malah hujan" Lucy mendongak melihat langit yang sedang menangis. "Gama tungguin jangan tinggalin aku dong" teriak Lucy ikut menerjang hujan menuju mobil Gama. Alhasil bajunya jadi basah. "Hujan gini aja mau sampai kapan di tungguin reda nya?" ujar Gama sambil memasang sabuk pengaman. "Jangan remehin hujan ya" sahut Lucy sambil menutup pintu mobil "hujan itu adalah Hachuu..." Lucy menggosok hidungnya "Dingin banget" katanya sambil memeluk tubuhnya sendiri. "Virus tau" Seru Gama "hujan gini aja masa langsung sakit" cowok itu melepaskan sweater nya dan di lemparkan ke wajah lucy. "Nih pake" Lucy tersenyum dengan hidungnya yang memerah. "Makasih" kemudian dia pakai sweater milik Gama. Gama perlahan mulai melajukan mobilnya keluar dari parkiran. Lucy sendiri bersembunyi dari cuaca dingin di balik sweater Gama dengan nyaman. --- Ke esokan harinya, Gama menghampiri Farah mama nya. biasanya kalau hari minggu lucy selalu mengganggu tidur nya. Tapi hari ini tidak. "Mah Lucy gak datang ya?" "Gak ada. Mungkin masih di rumahnya" jawab Farah. Gama menuruni tangga rumah dan duduk di sofa sambil menonton acara tv. Namun Lucy tetap tidak datang setelah waktu menunjukan pukul delapan. Cowok itu kemudian mematikan tv dan berjalan ke rumah lucy membawa sepeda. "Permisi tante, Lucy di rumah?" tanya Gama yang kebetulan melihat mama lucy. "Ada di dalam badannya panas" ucap Liora terlihat panik. Gama meletakkan sepedanya "Gama boleh lihat gak tante" "Gama sekalian tante minta tolong jagain Lucy sebentar, tante buru-buru ada sedikit masalah di butik. Lucy baru minum obat nya mungkin dia sekarang lagi tidur. Tante minta tolong ya Gama. Tante gak tau mau minta tolong sama siapa. Papa Lucy juga lagi di luar kota" "Gak papa tante biar Gama yang jagain Lucy" "Makasih ya Gama. Tante minta maaf banget repotin kamu" "Gak kok tante, Gama udah anggap Lucy adik sendiri" Liora tersenyum sambil menepuk bahu Gama sebelum dia pergi. Gama berjalan menuju kamar Lucy, dia melihat gadis berkulit putih itu terbaring lemas tak berdaya. Tangan Gama ter ulur menyentuh dahi lucy. "Panas banget" gumam Gama, lalu turun ke lantai dasar dan mengambilkan sebaskom air dingin dan handuk. Secara telaten Gama mengompres dahi Lucy dengan handuk basah. "Dasar bodoh. Kalau kemarin gak ikut ikutan kena hujan kan gak bakal kayak gini jadi nya" "Gama" Lirih Lucy, tangan nya meraih tangan Gama dan memeluknya dengan mata yang masih terpejam. "Jangan pergi" ucap Lucy lagi. Sebelah tangan Gama mengusap rambut Lucy "Aku gak pergi. Aku disini kok" Gadis itu terlihat tersenyum. Gama membiarkan lucy mendekap sebelah tangan nya. Melihat Gadis yang setiap hari selalu bikin darahnya naik jatuh sakit seperti ini membuat Gama merasa ada yang kosong. Meskipun tidak suka dengan keberadaan Lucy yang cerewet namun melihat Lucy seperti ini dia sedikit merasa kehilangan. Gluduk.. gluduk.. Gama menoleh ke luar jendela. Dia menghela nafas, masih pagi sudah mau hujan lagi. Gama menatap Lucy, kedua mata yang tepejam dan bulu mata yang lentik. Hidung yang tidak terlalu mancung dan bibir tipisnya Gama akui, Lucy memang cantik. Apa lagi pipi tembemnya yang membuat tangan Gama gatal untuk tidak mencubitnya gemas. "Kenapa kamu sangat menyukai ku Lucy. Banyak cowok di luar sana yang suka sama kamu, lebih baik dari aku tapi kenapa kamu tetap memilih aku. Aku tidak cocok dengan gadis sebaik kamu" ucap Gama. Lucy bergerak dalam tidurnya, terlihat gelisah. Gama mengusap keringat di wajah Lucy. Padahal di luar hujan sudah turun. Gadis itu menarik tangan Gama dan memeluknya erat. Gama tak tega melepaskan tangan nya begitu saja dari Lucy. Dia duduk di tepi tempat tidur Lucy sambil mengusap rambutnya yang halus. Ponsel Gama bergetar, pesan dari mama Lucy. "Gama. tante agak telat pulang kamu gak papa kan jagain lucy" "Iya tante gak papa" Kemudian Gama meletakkan hp nya lagi. Sekitar setengah jam dia duduk memperhatikan Lucy yang tidur pulas. Gama sadar dia sudah menyakiti perasaan Lucy berkali kali. Tapi apa boleh buat gadis di depannya ini begitu keras kepala. Perlahan tangan nya di tarik dari pelukan tangan Lucy berharap gadis itu tidak terbangun dengan gerakannya. Namun saat hampir terlepas dari Lucy, Gadis itu malah menarik nya lebih kuat hingga Gama hampir jatuh menimpa tubuh Lucy jika dia tidak segera menyangga dengan tangan yang satunya lagi. Kini wajahnya begitu dekat dengan Lucy, hanya berkisar lima senti sebelum hidungnya menyentuh hidung Lucy. Jantung Gama berdetak lebih cepat. Tidak. Ini tidak benar. Gama kembali menarik diri. "Gama jangan tinggalin aku hiks" rasanya hati Gama seakan ingin melompat dari tempatnya. Lucy mengigau tapi dalam mimpinya menyebut nama nya. Apa lucy sebegitu cinta nya sama dia. Gama tak bisa mengendalikan hatinya. "Shh.. Aku gak pergi. Aku temani kamu sampai panas di badan mu turun ya" ucap Gama mencoba menenangkan sambil mengusap kepala Lucy. Dia tidak boleh mencintai Lucy, Lucy adiknya. Begitu pikir Gama. Menunggu hujan reda dan Liora pulang rasanya begitu lama. Gama menguap karena ngantuk. Begitu dia bangun dirinya malah memeluk Lucy. Bahkan Gama tidak ingat kapan dia tertidur. Hujan di luar juga sudah berhenti. Cowok itu langsung turun dari tempat tidur Lucy, menyentuh dahi Lucy yang panasnya sudah mulai turun. Gama melihat jam yang menunjukkan pukul sebelas. Astaga dia ketiduran selama dua jam? Gama hanya berharap Lucy tidak menyadarinya. Gama turun ke lantai utama beberapa menit kemudian terdengar suara mobil mama Lucy. "Tante. Lucy masih tidur tapi panasnya sudah turun. Gama pulang duluan ya tant" ucap Gama begitu Liora turun dari mobil. "Kamu gak ikut makan dulu. Tante sudah beli bahan mau buat masakan loh ini" "Gak perlu tante. Suhu badannya Lucy juga sudah turun kok mungkin dia kalo bangun nanti sudah enakan tadi juga Gama bantu ngompres dahinya sama handuk" Liora tersenyum lega "Terima kasih ya Gama. Kalau gak ada kamu tante gak tau mau ngapain" Gama tersenyum sambil mengangguk kemudian mengambil sepedanya lagi dan mengayuhnya pergi. _______ To be continue
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN