7. Diandra (1)

1080 Kata
... yang paling syok dengan semua tragedi tidak lain adalah pangerannya itu.     ◊ ◊ ◊   [Kediaman Langford] [Sebelas hari kemudian]     Hansel mencatat semua tempat yang dilihatnya dalam ingatan. Meskipun Diandra mengatakan ini adalah benteng─yang seharusnya halaman utama akan berisi banyak prajurit─ternyata tembok benteng itu sendiri masih ratusan meter dari rumah Lincoln. Ya, kediaman ini satu-satunya rumah di dalam benteng Timur. Sementara sekitar dua ratusan prajurit berada di sebuah rumah lain yang luasnya mirip istana, tapi dalam ukuran jauh lebih kecil. Itu menjadi markas di dalam benteng. Untuk sisa prajurit berjumlah seribuan, mereka mendirikan tenda-tenda untuk tidur di sekitar tembok tinggi Benteng Timur. Saat Diandra menjelaskan tentang prajurit-prajurit tersebut, Hansel hanya membayangkan betapa ketat aturan di Alhanan meski tidak dalam masa berperang. Itu pemikiran pertamanya, tapi setelah mempelajari lebih lanjut lagi, Hansel tahu kalau raja serakah sekelas Alhanan tengah mempersiapkan diri untuk perang dan menjajah kerajaan-kerajaan kecil di sekitarnya. Hansel tidak mau membusuk di tempat itu, karenanya dia berulang kali mengawasi kediaman Lincoln.  Rumah Lincoln terdiri atas dua lantai.  Di lantai dasar ada aula setelah pintu utama. Bagian lurus ke depannya adalah dapur dan ruang makan, tepat berada di seberang kamar Diandra--menjorok ke halaman belakang. Ada pula deretan tiga kamar yang seolah terpisah dari ruangan lain, tak boleh dilihat isinya, dan terakhir perpustakaan luas yang berseberangan dengan ruang tamu. Di luar rumah, bagian belakang, terdapat kolam buatan yang sekelilingnya terbuat dari batu, yang ditutupi jendela setinggi dua meter berbentuk persegi panjang, itu adalah tempat pemandian. Untuk lantai dua; di bagian kanan tangga, ada empat kamar milik anggota keluarga Langford yang saling berhadapan, bagian kiri tangga ada satu ruang bermain yang luas dengan segala mainan, di depan tangga ada dua ruangan yang masih misteri. Hansel yakin salah satunya ruang kerja Lincoln. Bagian belakang kediaman itu terdapat ruangan besar lainnya, mungkin gudang, Hansel tak yakin, tapi beberapa kali dia mendengar teriakan dari tempat itu. Di depan ada taman-taman berpetak ditumbuhi berbagai bunga, kanan rumah adalah tempat tinggal pengawal dan para pelayan, sementara bagian kiri adalah tempat Rayn biasa membuang waktu dengan membaca. Di sebelah rumah tersedia lapangan luas dengan beragam macam senjata, Hansel menduga itu tempat latihan Lincoln dan putranya. Kediaman Langford itu dikelilingi dinding setinggi lima meter, seolah sengaja tersembunyi. Sementara di luar kediaman ini, Hansel mendengar dari cerita Diandra kalau hanya ada gurun yang menanti, sebelum menjumpai benteng. Ini hari ketigabelas Hansel berada di kediaman Langford. Sebagian besar buku di perpustakaan itu sudah pernah dia baca, dan tidak ada satu pun buku yang menjelaskan kebiadaban Robert Alderich, atau sekadar desas-desus tentang kekejaman kerajaan Alderich. Satu-satunya sejarah yang diketahui orang-orang Alhanan tentang Alderich hanya tentang naga putih yang sebelumnya menjaga tanah kerajaan Alderich dan yang menyebabkan tanah itu subur hingga kini. Hansel menduga alasan iri lah yang menjadi penyebab Alhanan menyerang Alderich. Kalau sudah begitu, Hansel setidaknya harus tahu kelemahan kerajaan Alhanan untuk membalasnya lima kali lipat lebih menyakitkan suatu hari nanti. Pertanyaannya kemudian: bisakah dia melakukan pembalasan itu sementara ada tangan besi seperti Lincoln yang begitu bringasnya memenggal kepala manusia seolah mematahkan ranting pohon? Hansel menghela napas. Selalu bertanya-tanya selama beberapa hari ini pertanyaan yang sama: Berapa orang di pihaknya yang selamat dari p*********n itu? Apakah Viona masih hidup? Apakah Dieter masih hidup? Bagaimana dengan Ghasan? Pria itu yang terkuat di Alderich, tidak mungkin dia tewas secepat itu, kan? Pangeran yang menyembunyikan identitasnya tersebut lantas menggeleng-gelengkan kepala pelan. Ini bukan saatnya mempertanyakan semua itu, karena hal utama yang harus dilakukannya sekarang adalah keluar dari tempat terkutuk ini. Hansel menyimpan kembali liontin ke saku celana pendek. Percuma menatap gambar Aidan di kalung itu. Tidak akan bisa mengembalikan sang kakak ke dunia. Hansel beralih menatap Diandra. Berniat memanfaatkan bungsu Lincoln tersebut untuk kabur. Dia merapikan pin di leher kausnya, duduk di hadapan gadis yang fokus di depan puzzle yang terbuat dari kayu. "Aaaaahhhh! Dieter, ini susah sekali. Aku tidak bisa menyusunnya." Diandra yang cemberut meletakkan dagu di meja. Meniup poninya, lalu mengacak potongan-potongan puzzle, wajahnya amat kesal. Andai bukan putri seorang pembunuh, Hansel pasti akan memuji keimutan gadis itu. Hansel─yang mengaku bernama Dieter─mengambil alih potongan gambar dari tangan Diandra. "Begini saja kau tidak bisa." "Huwaaa, kau bisa menyusunnya?" Diandra mengangkat wajah. Menyaksikan tangan cekatan Hansel menyusun puzzle yang perlahan membentuk gambar langit malam penuh bintang. "Kau tahu, Dieter, alasan kerajaan dari negara lain tidak berani menjajah benua tempat tinggal kita ini?" Hansel mengangakat wajah, mengalihkan sejenak dari puzzle. Tanpa menyembunyikan rasa terkejut, dia bertanya, "Apa?" "Itu karena ada tiga kerajaan besar dengan potensi tak tertandingi di sini. Pertama, Asyira yang hebat dalam strategi dan taktik perang. Kedua, Alhanan yang memiliki ribuan prajurit tangguh. Tapi hal pertama dan kedua tidak akan pernah terjadi jika tanpa kerajaan Alderich. Percaya atau tidak, dahulu, Alderich adalah permulaan, dan penghasil." Hansel mengernyit tak paham. "Penghasil apa?" "Segalanya. Sejak dulu, tanah di kerajaan Alderich adalah yang paling subur, sehingga menghasilkan berbagai jenis makanan dan bahan obat-obatan. Setelah perdamaian tiga kerajaan, produk olahan dari kerajaan Alderich lah yang menyelamatkan banyak nyawa. Selain itu, Alderich juga penghasil manusia-manusia jenius. Konon katanya, orang paling cerdas dan kuat berasal dari kerajaan Alderich, lalu keturunan-keturunan mereka mulai berkelana dan membentuk kerajaan sendiri, yang sekarang dikenal dengan nama Alhanan dan Asyira. Karena ketamakan, dulu dua kerajaan ini selalu berperang dan berusaha menyerang Alderich, tak ayal mereka bertiga juga jadi terlibat perang selama beberapa abad, sampai di era kakek buyutku, seseorang dari kerajaan Alderich membuat perjanjian damai. Kini sudah berlangsung selama sepuluh dekade sejak perjanjian damai itu. Sayangnya, Alderich yang menjadi pemrakarsa perjanjian damai, justru mereka pula yang berkhianat." Hansel mengepalkan tangan ketika Diandra mengejek kerajaannya. "Kau tahu kenapa? Itu karena raja yang memerintah mereka adalah yang terburuk sepanjang sejarah. Robert ... Robert ...  Robert apa, ya, namanya...?" "Robert Canute Lavnik Alderich." "Ha! Itu dia! Kau ternyata cukup cerdas juga, ya, Dieter." "Memangnya apa yang dilakukan raja kami sampai kerajaan kalian menyerang?" Diandra sempat terdiam kala melihat gurat penuh kebencian Hansel terhadapnya. "Raja itu mencoba melanggar perjanjian damai. Dia hendak berkoalisi dengan kerajaan Asyira untuk menyerang kerajaan kami." Hansel mendengkus, seringai tercetak di wajahnya. "Bukankah kalian yang iri dengan lahan subur kami, makanya berkoalisi dengan kerajaan Asyira untuk membantu p*********n?" "Alhanan tidak perlu Asyira untuk membumiratakan Alderich!" teriak Diandra sambil menggebrak meja. "Orang-orang Alhanan yang hanya mengandalkan otot tidak akan bisa menembus pertahanan Alderich tanpa taktik Asyira!" "Bicara apa kau?!" Diandra bangkit, menuding Hansel dengan telunjuknya. "Kau ingin mati, ya?" "Itu fakta. Aku tahu pertahanan kami memang tidak sekuat Benteng Timur kerajaanmu, tapi bukan berarti kami tidak punya banyak cara untuk melawan saat kalian menyerang. Faktanya, selain serangan mendadak malam itu, yang menjadi penyebab utama kekalahan telak kami tanpa bisa melawan adalah adanya pengkhianat di kerajaan kami yang telah dimanfaatkan Asyira."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN