Ketemu Joker (2)

1010 Kata
◊ ◊ ◊   Keesokan harinya, setelah keluar dari Hutan Kabut,  Viona dan Dieter berjalan secara sembunyi-sembunyi menuju perbatasan kerajaan Alhanan dan Alderich. Sepanjang jalan itu, tak henti Viona meringis kala melihat banyaknya mayat dalam kondisi terbantai mengenaskan. Mereka juga harus tetap waspada dari para prajurit Alhanan yang membersihkan mayat orang-orang Alderich, meski aksi penjarahan beberapa prajurit itu membuat geram Dieter. Berbekal beberapa makanan juga obat-obatan, Viona dan Dieter akhirnya tiba di perbatsan setelah tiga hari kemudian. Persis seperti yang dikatakan Cibil, mereka bertemu dengan orang-orang sirkus yang akan memasuki kerajaan Alhanan melalui Benteng Timur. Dieter menunjukkan gelang yang diberikan Cibil kepada kepala rombongan sirkus, itu adalah gelang yang tempo hari dilihat Hansel. Entah bagaimana, kepala rombongan sirkus langsung berlutut di depan Dieter dan berkata, "Di masa lalu, Putri Mahkota telah banyak berjasa untuk sirkus jalanan seperti kami, maka dengan senang hati Hamba akan melaksanakan titah. Jika Hamba boleh tahu, apakah titah Tuan Muda?" Dieter sangat tidak paham dengan ocehan pria lansia yang seluruh rambut bahkan janggutnya telah berubah itu, tapi jika dengan ini dia bisa menembus benteng Timur, maka dia tidak boleh ragu. Dieter berkata, "Mohon jangan berlutut begini, Tuan. Saya hanya minta agar diizinkan bergabung bersama rombongan Anda, memasuki Benteng Timur Alhanan." "Titah akan Hamba laksanakan." "Oh, ayolah, jangan formal begini," keluh Dieter. Viona yang merasa lelah berjalan pun langsung masuk ke gerobak besar yang ditarik dua ekor kuda, sesuai arahan si ketua kelompok sirkus. Gadis kecil nan cerewet itu sempat terpukau melihat ada beberapa hewan cukup besar dan liar seperti harimau dan singa yang dimasukkan ke dalam kandang, lalu dimasukkan pula dalam gerobak super besar dan ditarik dua ekor gajah. Mereka tidak main-main. Dia juga melihat beberapa orang di atas gerobak memainkan gelang-gelang besar, diputar-putar lalu dilempar, dan kembali ditangkap. Saat tengah terpukau, kakinya yang sudah menginjak arena gerobak tanpa tirai itu, mendapat interupsi dari salah seorang anggota sirkus dari dalam gerobak. "Tidak ingin masuk, Nona Kecil?" tanya anak lelaki yang memangku harpa kecil sewarna emas dengan ukuran kurang-lebih lima puluh senti meter. Anak itu memakai riasan wajah ala joker seperti dalam kartu remi yang pernah ditunjukkan Hansel dulu. Seluruh wajah anak itu berwarna putih, bibirnya belepotan warna marah, dan ada tanda huruf J di bawah mata kirinya. Ketika Viona diam saja, anak lelaki itu menoleh ke arahnya, menunjukkan seringai jenaka dan mempertontonkan iris hijau zamrud miliknya yang sungguh mempesona. Dia mengulurkan tangan, dan berkata, "Butuh bantuan untuk naik, Nona Kecil?" lalu mengerling. Viona cemberut. "Dasar genit!" Dia kemudian tidak jadi naik, dan bertanya pada pria tua, "Apakah tidak ada gerobak lain yang kosong?" Dieter menghampiri usai berterima kasih kepada pria tua, bertanya ke Viona, "Ada masalah apa?" "Ada anak aneh di gerobak, Dieter. Aku takut dekat-dekat dia," keluh Viona. Dieter segera masuk ke gerobak, melihat si anak lelaki tersenyum lebar. "Abaikan dia. Kita harus segera bergerak." Sang pengawal lantas mengulurkan tangannya untuk membantu Viona naik, dan mendudukkan gadis kecil itu di sebelahnya, berseberangan dengan si anak aneh berwajah badut. "Izinkan saya memperkenalkan diri kepada Tuan dan Nona Kecil. Saya adalah Joker." Joker memetik harpa, melodi lembut mengalun, memberikan sensasi merdu di pendengaran. Dengan gaya orang bersyair, Joker melantunkan kata, "Saya adalah dia, pengelana dari tanah gersang di ujung benua... Saya adalah dia, yang terlahir dari bapak yang tak dikenal, dan ibu yang sakit-sakitan." Sepanjang Joker bersyair, harpanya tak henti menghasilkan nada, ekspresi anak itu pun layaknya maestro. "Saya adalah dia, yang terusir dari tempat kelahirannya, luntang-lantung dengan tubuh kurus kering, bermandi keringat dan air mata..." "Haaaahhh... Joker mulai lagi," gerutu seorang penunggang kuda di sebelah gerobak. Terdengar kikikan sesaat sebelum semua anggota melanjutkan perjalanan, dan Joker melanjutkan syairnya. "Saya adalah dia, yang memaksa bebas dari kalung rantai... Saya adalah dia, yang memuja wanita layaknya dewa..." Saat mengatakan kalimat terakhir barusan, Joker sedikit menunduk ke Viona yang masih menatap takjub Joker. "Saya adalah dia, yang selalu menawarkan permen pada orang terpilih. Jangan lupa, saya adalah Joker." Joker lantas mengeluarkan sekantong plastik lolipop yang tersampir di pinggangnya, mengambil satu. "Mau lolipop, Nona kecil yang cantik?" Viona masih bertepuk tangan heboh karena terpukau, lalu refleks mengambil permen dari tangan Joker. "Kau sangat hebat. Apa nama alat musik ini?" "Namanya harpa, ini selalu disandingkan dengan gambar malaikat bersayap." "Ah, aku pernah melihatnya di buku dongeng. Alasan malaikat disandingkan dengan harpa karena keindahan melodinya." "Benar. Suara malaikat itu indah, dan harpa lah yang bisa diibaratkan dengan suara itu." Viona mengangguk takjub setelah menciba memetik beberapa senar dengan tatapan terkagum-kagum. "Joker, mainkan lagi!" Joker membungkuk meski dalam posisi duduk, menaruh tangan di perut. "Dengan senang hati akan saya mainkan, Nona Kecil." "A..aahhhh, harusnya Anda tidak memintanya bersyair lagi, Nona Muda," gerutu si penunggang kuda bersorban. Joker hanya meliriknya sekilas, malah menyeringai. "Ini kupersembahkan untuk Nona Kecil yang cantik..." "Hei, Joker, sadarilah usiamu, kau masih kecil juga, tidak pantas menyebut yang lainnya kecil." Gadis di lain sisi gerobak yang juga menunggang kuda pun tertawa setelah mengejek Joker. "Ah, Nona Cantik berambut ikal di sana tidak perlu cemburu, Joker ini akan tetap mengingat Nona." "Sialan bocah ini... Hahahaha..." balas si wanita ikal. "Baiklah, Nona Kecil yang belum kutahu namanya─" "Aku Viona," potong Viona, yang sempat membuat mata Joker terbelalak beberapa detik, lalu dia kembali tersenyum dan memejam, seolah dia adalah lukisan agung. "Baiklah, Nona Viona, aku memberi judul syair ini 'Tawa'." Dieter geleng kepala melihatnya, tapi harus dia akui kalau anak di depannya itu memang berbakat. Tring... Joker menekan satu dawai dari 22 senar dengan cukup panjang pertanda dia akan mulai bersyair. "Viona... Tawamu terpantul di jalan pegunungan... " Joker menggerakkan tangannya ke udara di luar gerobak seolah merasakan angin pegunungan melalui telapaknya. "Tak tersentuh... Bagai pesona nun jauh di pulau asing, melewati laut yang ganas... Gadis kecil yang menaungi setapak jalanku... Mengingkari tarikan napas, udara, cahaya dan semi... Ruhku yang tertinggal sedikit terhibur oleh tawamu... Pada bocah ceroboh nan naif ini, sudikah perdengarkan tawamu lagi?" Viona seketika tertawa dan bertepuk tangan meriah, bahkan sudah duduk ke seberang dekat dengan Joker. "Aku menyukainya!" "Aku juga menyukaimu, Nona Kecil," balas Joker. Dieter tersenyum ketika melihat Viona kembali ceria. Ini pertama kalinya gadis kecil itu tertawa setelah melihat begitu banyak kematian sepanjang jalan. Dia berharap Hansel juga bisa bertemu Joker, karena Dieter yakin, saat ini yang paling syok dengan semua tragedi tidak lain adalah pangerannya itu.   ◊ ◊ ◊
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN