Pagi datang dengan cepat, malam yang panjang juga sudah dilalui dengan permainan panas antara keduanya. Camilla dan Danieru kini masih berbaring di atas ranjang, mereka berpelukan dan saling berbagi selimut.
Danieru membuka matanya pelan, cahaya yang menyelinap dari balik tirai membuat tidurnya terganggu. Sejenak, pria itu termenung. Wajah Camilla terlihat lebih segar sekarang, tidak lagi pucat, bahkan ia tak mendengar wanita itu mengigau semalam.
Perlahan pria itu melepaskan pelukannya pada tubuh Camilla, ia kemudian bangun dan duduk di sisi ranjang. Danieru tersenyum, bahkan ia tertawa pelan ketika mengingat permainan semalam. Camilla benar-benar mengeong seperti kucing, wanita itu membuatnya merasa gemas.
“Ternyata dia juga bodoh,” ujar Danieru pelan. Ia kembali mengalihkan perhatiannya, menatap Camilla yang masih tidur dengan tenang.
“Hei, bangun. Apa kau ingin terus tidur seperti babi?” tanya Danieru sambil menarik tangan Camila. Pria itu masih belum puas mengerjai Camilla, ia ingin melihat iris mata Camilla pagi ini, ia juga ingin melihat bagaimana reaksi Camilla.
“Camilla, bangun!” ujar Danieru dengan suara yang agak nyaring, pria itu menggelengkan kepala saat Camilla tidak juga bangun.
Danieru segera menyibak selimut yang menutupi tubuh Camilla, ia berdiri dan memegang pergelangan kaki Camilla. Ditariknya kaki Camilla, dan membiarkan wanita itu terjatuh ke kasur tipis di bagian bawah.
“Akh, si-alan!” tegas Camilla sambil meringis, wanita itu langsung terbangun saat tubuhnya berada atas kasur tipis. Tidak terlalu sakit, tapi cukup untuk membuat Camilla meringis.
Camilla membuka mata, ia menatap ke arah Danieru yang masih memegangi pergelangan kakinya.
“Bodoh, apa yang kau lakukan?” tanya Camilla. Ia menggerakkan kakinya, berusaha membuat Danieru melepaskan kakinya.
“Membangunkan seekor babi yang sedang tidur,” sahut Danieru.
“Babi?” tanya Camilla bingung. “Apa kau memelihara babi?”
Danieru menahan tawanya, ternyata ia tak salah memilih istri kontrak. Camilla bisa membuatnya tertawa, melupakan sejenak masalah pekerjaan.
“Kenapa kau tidak menyahut?” tanya Camilla.
Danieru kembali fokus, ia melepaskan pegangannya pada kaki Camilla. Ia menatap Camilla yang kini berbaring dengan posisi telentang, belum lagi wanita itu sedang dalam keadaan telanjang.
“Camilla, kenapa tidurmu seperti seekor babi?”
Camilla membulatkan mata, ia tak menyangka jika Danieru sangat suka menyamakan dirinya dengan hewan. Wanita itu segera duduk, ia kemudian berdiri dan menyetarakan tinggi badannya dengan Danieru.
“Apa yang baru saja kau katakan?” tanya Camilla. Wajahnya kini begitu masam, ia bahkan menatap Danieru dengan tatapan yang sangat tajam. Jika mata adalah pedang, Danieru kini sudah mati bersimbah darah.
“Aku baru saja mengatakan tidurmu seperti seekor babi, kau sangat sulit dibangunkan.” Danieru mundur satu langkah, ia bersiap lari jika Camilla juga ingin menyerangnya. Wanita itu tidak bisa ia tebak, dan ia yakin Camilla sedang menahan rasa jengkel.
“Coba katakan sekali lagi.” Camilla bersiap menyerang Danieru, ia akan menarik rambut pria itu hingga botak.
“Tidak ada pengulangan, jika kau tak mendengar itu urusanmu.”
Mendengar jawaban Danieru membuat Camilla semakin kesal, wanita itu segera melangkah cepat dan menyerang Danieru. Tetapi sial baginya, Danieru malah menghindari serangannya dengan cepat.
“DANIERU!” teriak Camilla.
“Apa?” tanya Danieru dengan wajah tak bersalah. Beruntung saja kamar Danieru luas, hal itu memudahkannya untuk lari dan menghindari Camilla.
“Kau menyebalkan!” tegas Camilla lagi. Semenjak ia mengenal Danieru, hidupnya yang damai menjadi sangat berantakan. Danieru berhasil mengusiknya, pria itu menjadi orang pertama yang selalu membuatnya kesal.
“Jika aku menyebalkan, kenapa kau tidak memukul wajahku?” tanya Danieru.
“DANIERU, KAU BENAR-BENAR MENYEBALKAN!” tegas Camilla dengan suara nyaring.
Danieru tertawa, ia kemudian mengingat kejadian semalam. “Meong ... ah, meong.”
Wajah Camilla terasa panas, ia ingat kejadian memalukan itu. Wanita cantik itu semakin merasa kesal, ia juga merasa malu karena Danieru masih membahas tentang itu.
“Meong ... meong ... hahaha ... meong.” Danieru mengulum senyum, ia bersiap membuka pintu dan lari dari dalam kamar.
Camilla yang merasa kesal segera berlari, wanita itu berusaha menggapai tubuh Danieru. Tetapi lagi-lagi gagal, Danieru segera membuka pintu dan berlari keluar dari kamar.
“Aku akan membunuhmu, awas saja kau!” tegas Camilla. Wanita itu tak peduli pada tubuh telanjangnya, ia segera mengejar Danieru yang sudah berada di luar kamar. Camilla menatap ke arah tangga, Danieru juga sudah berada di lantai dasar.
Dengan cepat Camilla menuruni anak tangga, ia juga bisa menyusul Danieru dengan cepat. Wanita itu melewati sofa, ia segera meraih bantal sofa dan melemparkannya ke arah Danieru.
Danieru yang merasa ada bahaya segera mengalihkan tatapannya, ia melihat bantal sofa yang melayang ke arahnya. Pria itu segera menghindar lemparan bantal dari Camilla, ia tertawa puas saat serangan Camilla tidak mengenainya.
Camilla yang merasa kesal mengentakkan kaki kanannya. Kenapa harus gagal, padahal sedikit lagi bantal itu akan mengenai kepala Danieru.
“Hentikan, kau membuatku lelah di pagi hari,” ujar Danieru.
“Tidak sebelum aku mendapatkanmu,” balas Camilla.
Danieru menatap jam pada dinding, ia kembali tersenyum geli. Ingatannya kembali pada kejadian semalam, walau ia tidak menginginkan tubuh Camilla, tetapi sangat munafik jika ia tidak menikmatinya.
“Kucingku yang manis, kenapa kau masih menatapku begitu? Apa kau menganggapku sebagai ikan segar?” tanya Danieru.
Camilla kembali meraih bantal sofa, ia kemudian melemparkannya pada Danieru.
Danieru menghindari lemparan itu, ia kembali menatap Camilla. “Apa kucingku yang manis sangat kelaparan? Lihat, hanya bagian dadanya saja yang berisi, sedangkan perutnya rata. Apa kau kelaparan kucingku sayang?”
“IYA, AKU LAPAR DAN AKU INGIN KAU MENJADI MAKANANKU!” tegas Camilla kesal.
Danieru kembali tertawa, melihat Camilla kesal adalah hiburannya mulai hari ini. Mungkin bukan hanya sebagai istri kontrak, Camilla akan menjadi teman baginya.
“Camilla, bagaimana jika mulai hari ini kita menjadi teman?” tanya Danieru.
Camilla yang sejak tadi merasa kesal masih menatap Danieru tajam. “Teman? Jika kau ingin berteman denganku, maka kau akan menerima seranganku.”
Danieru menggelengkan kepala. “Apa kau pikir aku bodoh?”
“Ya, kau bahkan i***t bagiku.” Camilla membuang muka, ia merasa nyaman saat Danieru mengatakan tentang pertemanan kepadanya. Ia tak memiliki teman, dan ia ingin merasakan bagaimana saat memiliki seseorang yang disebut sebagai teman.
“Baiklah, kau boleh membalasku. Tapi setelah ini kau harus menjadi temanku,” ujar Danieru.
“Kau pasti berbohong,” balas Camilla.
Danieru maju, ia mendekati Camilla. “Balaslah, aku tidak berbohong padamu. Tapi kau harus mendengarkan ini lebih dulu.”
Camilla cukup kaget saat Danieru menghampirinya, ia menahan tangannya agar tidak menarik rambut Danieru, ia dengan sabar menunggu apa yang akan Danieru ucapkan.
“Pertama, sebagai seorang teman aku tak ingin kau membeli pria-pria itu lagi. Selain kau menjadi istriku, kau adalah temanku. Aku tak ingin temanku berhubungan dengan pria lain, aku tak ingin kau kembali ke dunia yang tidak seharusnya kau tempati.” Danieru menatap Camilla, ia ingin membebaskan wanita itu dari dunia yang begitu gelap dan juga menjadi candu bagi Camilla.
“Lalu kau ingin aku mati, menahan rasa sakit yang bahkan tak bisa aku hindari.”
“Kau terlalu cepat mengambil kesimpulan.” Danieru mendesah lelah, bicara dengan seorang wanita memang sangat sulit.
“Aku akan menjadi obatmu, aku membantumu sebagai seorang teman. Selain statusku sebagai suamimu, aku juga temanmu. Karena itu, datanglah padaku saat kau merasa sakit, jangan bersembunyi dan mencari orang lain.”
Camilla mulai memahami maksud Danieru, ia tahu pria itu sesungguhnya tidak sejahat yang ia pikirkan. “Apa ada lagi?”
“Aku akan tetap memanggilmu kucing, dan kau bebas memberikan panggilan apa saja untukku.”
“Bagaimana jika aku memanggilmu anjing?” tanya Camilla.
“Kitty, dan Doggie? Tidak buruk, anggap saja itu nama spesial kita.”
Camilla mengangguk, ia kemudian tersenyum penuh misteri. Sepertinya ini akan menyenangkan, tetapi ia berharap tidak akan pernah jatuh cinta.
“Sekarang kau boleh membalasku,” ujar Danieru.
Camilla meraih tangan Danieru, ia menggenggam tangan itu dengan begitu erat. Wanita itu tersenyum, kemudian ia menggigit tangan Danieru.
“CAMILLA, KAU KETERLALUAN!” teriakan Danieru terdengar begitu nyaring, suara pria itu sampai menggema.
“Hahaha ... aku sudah membalasmu, Doggie.”
Danieru yang mendengar ucapan Camilla terpaku, kini mereka sudah menjadi teman, dan mereka bisa saling berbagi masalah. Entah sampai kapan status sebagai suami-istri kontrak akan mereka jalani, yang jelas Danieru akan menjaga hubungan pertemanannya dan Camilla dengan baik.
“Hari ini kita akan memilih gaun pengantin, untuk gedung dan persiapan yang lain sudah aku selesaikan.”
“Baiklah, sekarang kita adalah teman.” Camilla melepaskan tangan Danieru dari genggamannya. Ia segera mengacungkan jari kelingkingnya.
“Ya, kita sekarang adalah teman.” Danieru segera menautkan jari kelingkingnya pada kelingking Camilla.
“Doggie,” ujar Camilla.
“Ada apa, Kitty?” tanya Danieru.
“Terima kasih,” jawab Camilla dengan tulus.