Ayo perbaiki

1476 Kata
Sinar matahari yang begitu terik membuat kedua mata Firna menyipit hampir segaris, namun bibirnya tersenyum riang karna melihat pemandangan pantai dengan pasir putih yang begitu cantik didepan nya. Sudah lama sekali Firna tidak melihat hamparan air pantai yang begitu indah dan bersih, rasanya Firna ingin cepat-cepat bermain air jika saja Fares tidak menyuruhnya untuk menunggu sebentar. "Kak, ayo cepetan kesini." Panggil Firna melihat Fares yang berjalan dengan malas sambil membawa topi pantai yang dibelinya untuk Firna agar tidak kepanasan. "Na, ini panas banget loh gua sampe gak bisa melek gini, yakin mau main air?" Firna mengangguk dengan antusias, Fares hanya bisa pasrah jika begini mau tidak mau Fares mengikuti kemauan Firna agar istrinya itu senang karna itu akan jauh lebih baik dibandingkan dengan Firna yang terus bersikap murung karna kepergian anak mereka. "Pake ini dulu." Fares memakaikan topi pantai yang dibelinya pada kepala Firna lalu merapihkan helaian rambut Firna yang tertiup angin pantai. "Cantik." "Ah? Apa kak?" "Topi nya bagus, cocok buat lu." "Beneran?" Fares mengangguk. Firna menggenggam tangan Fares lalu menariknya, mengajaknya untuk lebih dekat kepinggiran pantai dan mulai bermain air, tawa riang Firna yang sedang bermain air pantai membuat Fares ikut tersenyum senang. Keduanya saling berusaha membasahi satu sama lain, Fares yang awalnya sangat malas bermain air karna panas seketika menjadi orang paling bersemangat main basah-basahan. " kak Fares liat, aku nemu ini." "Kerang?" "Di film SpongeBob kita bisa buat permohonan, ayo kita coba." "Na, yang bener aja." "Bener, kak. Siapa tau permohonan kita jadi kenyataan." Fares menatap tidak percaya pada istrinya yang kini sedang membuat permohonan pada cangkang kerang kosong yang ditemukannya. Tuhan, sepertinya istrinya kebanyakan menonton film SpongeBob, bagaimana mungkin cangkang kerang bisa mewujudkan permohonan? "Giliran kakak sekarang." Firna memberikan kerangnya pada Fares. Fares berkedip menatap cangkang kerang ditangannya, apa dirinya juga harus melakukan hal i***t itu? Ah yang benar saja, Fares memejamkan matanya lalu berucap dalam hati. Apapun itu mau hal i***t apapun yang dilakukannya jika itu untuk istirnya, Fares pasti akan melakukannya walaupun terlihat sangat bodoh melakukan permintaan pada cangkang kerang sekalipun. "Aku mau bawa pulang nanti." "Na?" "Gak boleh?" Sorot kecewa tatapan mata Firna membuat Fares tidak bisa melarangnya. "Boleh." "Yeayhhh. Makasih kak." Girangnya lalu berlari ketepi pantai untuk menyimpan kerang yang dianggapnya bisa mewujudkan permohonan itu. Fares yang melihat Firna hanya geleng-geleng saja, pada dasarnya Firna memang masih sangat kekanak-kanakan dirinya tidak bisa memungkiri hal itu, jadi dirinya sebagai suami memang harus bisa menuntun Firna secara perlahan. ***** "Uh, udah berapa lama gua tidur?" Fares mengerjakan matanya yang baru saja bangun dari tidurnya. Kepalanya sedikit berdenyut pusing, otaknya berusaha memutar kembali ingatan terakhirnya sebelum tidur. "Na." Hening, tidak ada yang menjawab membuat Fares dengan lunglai bangun dari tempat tidur dan berjalan keluar kamar untuk mencari keberadaan istirnya. "Kakak udah bangun?" "Berapa lama gua tidur?" "Kakak tidur dari kemarin sore." "Sekarang jam berapa?" "Tujuh pagi." Fares memijat keningnya pelan, astaga kenapa dirinya bisa tidur selama itu dan kenapa Firna tidak membangunkannya. "Siapin baju gua, Na, gua mau pergi." Gerakan tangan Firna yang sedang menyiram kaktus kecil kesayangannya berhenti. Ditatapnya Fares sebentar lalu menghela nafas pelan. "Aku kira hari ini kakak gak akan pergi lagi, aku udah buat rencana buat jalan-jalan keluar hari ini." "Lain waktu ya, Na, Gua harus kerja. Cafe belakang ini lagi sepi gua gak bisa ngandelin pendapatan dari situ terus." Ucap Fares. "Apa kakak gak bisa buat sementara waktu dirumah dulu?" "Aku kesepian kak." Gumamnya pelan. "Na, gua bukannya gak mau cuman buat sekarang gua gak bisa, tunggu semua urusan gua selesai ya, sabar buat sebentar lagi, oke?" "Aku siapin baju kakak dulu." Fares termenung saat Firna pergi begitu saja ke kamar dengan wajah murungnya. Fares menghela nafasnya gusar lalu menyusul Firna ke kamar. Dikamar Firna dengan telaten menyiapkan keperluan Fares, selesai menyiapkannya Firna hendak ingin pergi keluar tapi Fares menahan pergelangan tangannya. "Na." "Kakak mandi dulu aja, aku mau buatin sarapan buat kakak." Fares tau Firna kecewa dengannya tapi dirinya tidak bisa berbuat apa-apa, dirinya juga ingin sekali selalu menemani Firna tapi yang dilakukannya sekarang juga demi dirinya dan Firna dimasa depan. Firna keluar dari kamar dengan lesuh, hari hari nya selalu seperti ini kosong dan kesepian semenjak bayi nya meninggal. Sebenernya Firna bisa saja keliling keluar untuk menghilangkan rasa kesepiannya tapi dengan kondisi lingkungan dan para tetangganya yang kurang mendukung membuat Firna agak malas, Firna tidak ingin kejadian terakhir kali kembali terulang dan membuat hati nya sakit sendiri. Terlalu berhanyut dengan pikirannya Firna sampai tidak sadar jika jari manisnya tergores dengan pisau yang dirinya pakai memotong daging. "Ah." Firna cepat-cepat membasuh tangannya dengan air lalu mengemutnya agar darahnya berhenti keluar. Firna menggelengkan kepalanya pelan dirinya terlalu sering bersikap ceroboh seperti ini, jika Fares tau pasti dirinya akan diceramahi lebih baik sekarang Firna segera mengobati luka nya sebelum Fares melihatnya. Selang beberapa saat Fares datang menghampiri Firna hanya dengan menggunakan handuk yang dipakai di pinggangnya. "Na." Firna membalikkan badannya lalu spontan menjatuhkan sendok yang dipegangnya. "Kak Fares ih, kenapa belum pake baju nya." Cerca Firna menutupi mata dengan telapak tangannya. Fares menaikan satu alisnya, memang nya kenapa jika dirinya hanya berpenampilan seperti itu toh hanya mereka berdua dirumah itu kenapa Firna panik sekali wajar-wajar saja padahal kecuali dirinya suami orang baru tidak wajar dilihat. "Lebay." "Bukan lebay tapi aku malu liat nya." "Apa yang harus dimaluin, gua suami lo mau gua b***l juga gapapa halal-halal aja liatnya." Timpal Fares dengan enteng membuat wajah Firna semakin merah padam. "Tetep aja!" Firna mendengus sebal membuang wajahnya enggan melihat ke arah Fares. "Apasi Na, gitu aja sebel." Fares mendekati Firna dan berdiri tepat didepan istirnya itu. "Ka-" ucapan Firna berhenti suaranya tercekat ditenggorokannya saat aroma tubuh Fares yang begitu harum sabun menyerbak ke penciumannya. Badan Firna kaku seperti patung, bulu matanya bergerak pelan berkedip. "K-kak Fares pakai baju sana, nanti telat katanya mau pergi." Ucap Firna terbata. "Gua dirumah aja nemenin lo." Spontan Firna mendongak menatap Fares. Gemas dengan raut wajah Firna, Fares mencubit pelan ujung hidung mancung Firna lalu mengecupnya singkat. "Muka nya biasa aja, sengaja banget bikin gua gemes." Ujar Fares lalu berjalan menuju kamar meninggalkan Firna yang masih terbengong disana. "Astaga jantung aku." Firna bergumam sembari memegangi letak jantungnya yang sedang berdebar tidak karuan karna Fares. ***** Fares benar-benar tidak jadi pergi dan memilih menghabiskan waktunya bersama Firna dirumah, keduanya kini sedang fokus menonton film horor ditv dengan banyak bungkus cemilan yang berserakan diatas meja. Firna menjerit dan menutup wajahnya dengan bungkusan ciki saat sosok hantu muncul dilayar tv dengan tiba-tiba. Sedangkan Fares laki-laki itu cukup santai dan tenang menontonnya tanpa ada rasa takut sambil mengunyah ciki jagung nya, walau sesekali jantungnya juga berdebar karna kaget. "Kak Fares gak takut?" "Ngapain takut, setan boongan." "Tapis serem." "Lebih serem abang lo kalo ngamuk." "Bener juga." Oh iya, Firna memang punya satu Abang yang umurnya sudah 25 tahun dan tinggal dibandung bersama dengan istirnya. Fares bertemu dengan kakak iparnya itu saat pernikahan nya dengan Firna itu adalah pertemuan pertama dan terakhir kalinya dengan kesan yang cukup buruk menurut Fares. Bagaimana tidak, tepat setelah akad badannya tiba-tiba ditarik kebelakang dan dipukuli oleh kakaknya Firna dengan alasan kesal dengan Fares karna telah menghamili adik kesayangannya yang masih bocah di matanya. Pukulan kakaknya Firna tidak main-main wajah Fares sampai lebam-lebam jika saja tidak dipisahkan oleh orang-orang mungkin Fares sudah dirawat dirumah sakit. Cukup sekali saja dirinya merasakan pukulan kakak iparnya itu, tidak lagi-lagi. Tapi walaupun begitu kini hubungan mereka sudah membaik bahkan Fares sering berbicara lewat telpon. "Arghhhhh kak fares, hantu nya muncul lagi!!" Fares tersentak kaget saat Firna tiba-tiba memeluk badannya dengan erat dari samping, menyembunyikan wajahnya didada Fares. Astaga apa ini kenapa tiba-tiba jantung Fares berdetak tak karuan seperti ini? Apa Firna bisa mendengar detak jantungnya sekarang? Oh astaga. "Na." Panggil Fares dengan nada pelan mendorong badan Firna agar tidak terlalu menempel kepadanya. "Aku takut." Firna semakin mengeratkan pelukannya pada Fares. Fares menelan ludahnya saat d**a Firna semakin menempel kepadanya, ya Tuhan cobaan apa ini. Tangan Fares bergerak mengambil remote tv lalu menekan tombol off membuat suasana menjadi hening seketika. Debaran jantung Fares semakin menggila, dengan perlahan Fares melepaskan pelukan Firna sehingga membuat jarak untuk Fares bisa melihat wajah istirnya yang masih memejamkan mata nya itu. Firna yang masih memejamkan matanya tidak mengetahui bahwa sekarang suami nya itu sedang memandang wajahnya dengan lekat dari dekat. Sapuan halus di pelipis Firna membuat Firna kaget dibarengi dengan susuatu yang lembut menyentuh bibirnya, spontan Firna langsung membuka matanya. Kecupan singkat itu Fares akhiri dengan menyatukan kedua kening mereka, Fares menghembuskan nafasnya dengan berat, matanya terpejam menahan sesuatu yang tidak seharusnya. "K-kak." Panggil Firna ragu. "Gua gak bisa tahan lagi, Na." Kening Firna mengkerut bingung dengan ucapan Fares. Apa maksudnya? "Aku ga—." Ucapan Firna berhenti saat Fares tiba-tiba kembali menempelkan bibir mereka. Awalnya Fares hanya menempelkan bibirnya tapi karna tidak ada perlawanan dari Firna, Fares anggap itu lampu hijau untuk dirinya. "Ayo perbaiki semua nya lagi, Na." To be continued
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN