Happy reading
"Lain kali jangan kaya tadi lagi ya, Na. Gua panik." Ujar Fares setelah kecanggungan yang mereka alami selama perjalanan pulang sampai rumah.
"Maaf."
"Sekarang bersih-bersih terus tidur ya, ini udah larut." Firna mengangguk lalu masuk kedalam rumah lebih dulu meninggalkan Fares tanpa banyak berbicara.
Setelah memasukan motor nya ke garasi Fares masuk kedalam rumahnya menyusul Firna. Sampai dikamar Fares langsung melepas jaket lalu merebahkan dirinya di kasur, ya seperti itu Fares selalu mengingatkan Firna tentang kebersihan tapi dirinya sendiri malah bersikap kebalikannya.
Fares melamun menatap lelangitan kamar. "Firna liat gak ya?" Gumam Fares bertanya kepada dirinya sendiri, ada sedikit rasa cemas dalam benaknya sedari tadi.
"Kakak ngga ganti baju dulu?" Fares menoleh pada Firna yang sudah mengenakan piyama tidurnya. Fares tersenyum kecil melihat betapa cantik istrinya itu, namun Fares cepat-cepat langsung menggelengkan kepalanya menepis isi pikiran nya yang tiba-tiba melantur kemana-mana.
"Gua cape, badan gua pegel-pegel."
"Mau aku pijitin?" Tanya Firna menawarkan diri seraya naik keatas kasur duduk disamping Fares yang posisinya masih berbaring terlentang.
Fares bangun dari posisinya lalu menarik Firna kedalam pelukannya. "Gak usah, gua gak mau lu cape. Gini aja udah jauh lebih baik." Tutur Fares.
"Maafin aku ya kak."
"Buat?"
"Selama ini aku selalu nyusahin kakak, jadi beban buat kakak." Fares tertegun mendengar ucapan Firna yang tiba-tiba seperti itu, ditangkupnya kedua pipi chubby itu lalu ditatap dengan lekat manik matanya dengan dalam.
"Ada gua bilang lu nyusahin gua?" Firna menggeleng.
"Aku cuman sadar diri aja kak, apalagi pemikiran aku yang kurang dewasa selalu aja nyusahin kakak."
"Na, dengerin gua, lu itu istri gua tanggung jawab gua jadi jangan pernah ada pemikiran kesana, ngerti?" Firna menatap lekat wajah tampan Fares kemudian mengangguk kecil.
"Maafin aku ya, kak." Lirih nya menyadarkan kepalanya di d**a Fares.
Fares mengecup singkat kening Firna dan berucap. "Gak usah bahas apa-apa lagi ya, Sekarang tidur gua juga udah ngantuk banget." Firna mengangguk kemudian keduanya berbaring dengan posisi saling berpelukan.
Rasa hangat dan nyaman membuat Firna mulai kehilangan kesadaran nya dalam pelukan Fares, kedua matanya terpejam dengan mulut yang sedikit terbuka mengeluarkan suara dengkuran halus.
Fares menarik sudut bibirnya tersenyum gemas, dikecupnya bibir menggemaskan itu lalu mulai memejamkan matanya ikut larut kedalam alam bawah sadarnya.
*****
Pagi yang cerah membuat Firna mulai menjalankan aktivitas nya dengan semangat, pagi-pagi sekali Firna sudah bangun dan melakukan pemanasan olahraga dihalaman rumahnya. Rasanya sudah lama sekali Firna tidak berolahraga semenjak menikah dengan Fares dan mempunyai bayi, dengan pakaian tidurnya Firna keluar dari pekarangan rumahnya dan berlari pelan mengelilingi komplek perumahan nya.
Walaupun baru jam enam lewat sepuluh menit tapi rupanya sudah banyak orang-orang yang beraktivitas, langkah kaki Firna memelan saat hendak melewati tukang sayur keliling yang dikerumuni ibu-ibu dan para art.
"Neng Firna." Teguran seorang ibu-ibu membuat Firna berhenti dan melampar senyuman ramah nya.
"Sini neng belanja dulu mumpung sayurannya masih seger-seger, nih." Ajak ibu itu, Firna tersenyum kikuk merasa Canggung dan asing, Firna tau ibu yang menyapa nya itu adalah tetangga rumahnya tapi karena sangat jarang bersosialisasi Firna jadi merasa Canggung.
"Oh ini Firna yang katanya nikah muda karna hamil duluan itu ya?" Pertanyaan spontan itu berhasil membuat senyuman Firna luntur dalam sekejap berganti dengan wajah murung.
"Saya tuh kasian banget sama kamu, masih kecil harus nikah mana ngga sempet tamat sekolah ya? Padahal kamu tuh seusia anak saya. Untung aja anak saya pergaulan nya terjaga, jadi diusianya sekarang masih sibuk ngejar pendidikan bukan ngurusin suami."
Jleb.
"Huss... kamu kalo ngomong disaring dulu toh Rin, jangan asal jeplak aja."
"Saya ngomong apa adanya loh jeng, hal kaya gini tuh harusnya dijadikan contoh biar anak kita ngga ngalamin hal yang sama seperti Firna ini." Ketus nya dengan bibir merah nya.
Ibu-ibu lain hanya bisa geleng-geleng kepala dengan tingkah wanita yang sikapnya memang asal ceplos itu, sedangkan Firna dirinya menarik senyuman paksanya merespon omongan yang cukup menusuk hati nya, walaupun memang itu kenyataan nya.
"Udah neng Firna, lanjut aja lari pagi nya. Kelamaan disini cuman buang-buang waktu neng Firna aja." Ujar ibu yang menyapa Firna tadi.
"Yaudah kalo gitu aku duluan ya, permisi." Dari luar mungkin Firna terlihat cuek tapi dalam lubuk hati nya setiap omongan yang didengar ditelinganya terngiang-ngiang dengan jelas dipikirannya.
Sedih memang jika membandingkan dirinya dengan orang lain, tidak terasa air mata mulai menetes dari pelupuk mata Firna. Berlari sambil menangis membuat pandang Firna sedikit buram membuatnya beberapa kali harus mengucek matanya yang basah.
Ketika sampai didepan rumahnya Firna segera menghapus jejak-jejak air matanya takut jika Fares nanti melihatnya dan bertanya-tanya apa yang telah terjadi kemudian masuk kedalam rumah dengan wajah yang kembali ceria menutupi perasaan sedihnya.
"Kak Fares masih tidur?" Gumam Firna bertanya pada dirinya sendiri ketika melihat isi rumah yang masih sepi, biasanya jam segini Fares sudah bangun dan bersiap-siap untuk pergi ke cafe nya.
Firna berjalan menuju kamar namun saat hendak membuka kenop pintu samar-samar suara obrolan dari dalam kamar membuat Firna mengurungkan niatnya.
Tidak sopan memang secara diam-diam menguping pembicaraan orang tapi entah kenapa Firna merasa sangat penasaran apalagi ketika dirinya mendengar nama dirinya disebut dalam obrolan itu.
"Eh." Kaget Firna saat tiba-tiba badannya terhuyung kedepan ketika pintu kamarnya dibuka secara mendadak dari dalam oleh Fares.
Fares yang melihat keberadaan istri nya langsung menutup sambungan teleponnya. "Nanti gua telpon lagi." Ucapnya lalu menyimpan ponselnya ke kantong celana jeans cargo yang dipakai nya.
"Lu nguping?" Firna menggeleng gugup.
Mata Fares menatap jemari tangan Firna yang saling bertautan lalu menghela nafasnya pelan. "Apa aja yang udah lu denger?" Tanya Fares, Firna tidak berani menatap suami nya.
"A-aku cuman denger kakak mau pergi terus aku disuruh buat nginep sementara dirumah Mamah." Jawab Firna, lagi-lagi Fares menghela nafasnya.
"Lain kali gak boleh nguping kaya gini lagi ya, Na?"
"Aku tau aku gak sopan, maaf."
Fares mengelus sayang rambut Firna lalu tersenyum kecil. "Ayo sarapan, lu abis lari pagi pasti cape kan? Liat nih sampe keringetan gini." Ucap Fares mengusap keringat di pelipis Firna.
Firna mendongak memberanikan diri menatap Fares. "Tapi aku belum bikin sarapan buat kita." Cicitnya.
"Masih ada roti kan?" Firna mengangguk.
"Yaudah itu aja."
"Aku buatin nasi goreng aja ya, kak?"
Fares melihat jam tangannya lalu menggeleng pelan. "Gak usah, gua harus pergi lima belas menitan lagi soalnya."
"Aku sendirian, lagi?"
Mendengar gumaman Firna Fares seketika termenung, dirinya sering kali meninggalkan Firna sendirian apalagi dikondisi sekarang, harus nya Fares selalu disamping istrinya bukan malah bepergian terus.
"Gua pergi gak akan lama, setelah itu kita jalan-jalan ke mall mau?"
"Aku mau ke pantai."
"Siang-siang panas loh na, nanti item kaya tetangga sebelah, dekil, gua gak mau punya istri dekil kaya gak ke urus." Gurau Fares.
Jleb
Ucapan Fares barusan berhasil menusuk hati Firna, semenjak hamil dan melahirkan Firna sudah jarang sekali merawat diri, karna memang sehari-hari nya hanya dirumah saja. bahkan pakaian yang dipakainya tidak jauh dari kaos oblong dan baju tidur saja, sangat jauh dari kata modis seperti remaja pada umumnya.
"Aku jelek ya, kak?"
Fares hampir saja Fares tersedak dengan ludahnya sendiri. Apa yang istrinya itu bilang barusan, jelek? Apa dia tidak melihat kaca? Atau memang sedang merendah untuk dipuji?
"Mau gua liat dari ujung sedotan pun, lu tetep cantik, Na." Dalam sekejap pipi Firna langsung merona mendengar ucapan Fares. Pada dasarnya mulut laki-laki memang sangat manis jika sedang memuji perempuan.
To be continued