The Past and the Future

1023 Kata
Negara bagian Negeri Samudra beribukota di Girisamudra. Negara bagian kepulauan ini memiliki posisi yang misterius dalam percaturan kenegaraan. Sebagai negara bagian kepulauan, Negeri Samudra termasuk 'susah dikendalikan'. Aktifitas perdagangan di negara Jagad Wayang memiliki hutang yang besar terhadap Negeri Samudra. Sedikit banyak, ini menyebabkan terlalu rumit untuk mengusik Negeri Samudra. Jadi, bisa dikatakan, Negeri Samudra relatif 'aman' dari perpolitikan negara, walau bagaimanapun sebagai bagian dari sebuah negara besar seperti Jagad Wayang, tidak ada daerah yang benar-benar terbebas dari intrik kekuasaan. Kelompok-kelompok lain yang berbasis ras dan chauvinisme juga beredar di negara ini untuk terlibat aktif dan pasif dalam banyak isu. Sebut saja kelompok wanara atau garuda. Sedangkan kelompok orang-orang makara adalah sebutan untuk kelompok yang tidak berdarah 'murni' dan lebih merupakan campuran antar ras, atau berupa kelompok kepentingan. Selama ratusan tahun, perubahan yang terjadi di negeri Jagad Wayang ini tidak dalam bentuk revolusi, tapi cenderung merupkan evolusi yang terkesan alamiah. Darah memang tertumpah di dalam sejarah, tapi kegiatan ekonomi terus berjalan. Kekuasaan antar pemegang kontrol dan ekonomi silih berganti. Persaingan dan peperangan besar selalu ada. Korban manusia berjatuhan, uniknya bukan dari rakyat dan masyarakat biasa, tapi dari orang-orang pemegang kekuasaan itu sendiri. Masyarakat proletar atau buruh, pekerja dan orang-orang miskin dan berada dalam status kelas sosial paling bawah yang ingin meningkatkan status sosial dan ekonomi mereka kerap terjebak dalam persaingan frontal kelompok batara dan organized crime seperti buta, jin dan gandarwa. Atau mengikuti permainan perusahaan-perusahaan raksasa yang sudah layaknya kerajaan. Adalah seorang laki-laki bernama Bandung Bandawasa yang adalah seorang proletar yang terlibat di dalam percaturan politik negara Jagad Wayang ini. Awalnya ia meniti karir di perusahaan Pancala, anak perusahaan Astina Enterprise sebagai seorang bodyguard. Tidak heran, karena hidupnya yang keras sebagai buruh tani, buruh bangunan sampai penambang sedari kecil membuatnya memiliki fisik dan tekad sekeras baja. Pada usia belasan tahun ia meninggalkan Negeri Bawah Bumi, negara bagian dimana ia lahir dan berasal, ke Negeri Samudra. Dari Negeri Samudra, ia kemudian hijrah lagi ke negara bagian Arcapada. Di Pancala lah takdir dan nasib menemukan ia dan sang tuan, Gandamana. Seorang laki-laki yang hanya sedikit lebih tua darinya, namun memiliki kharisma luar biasa. Ia dengan cepat menjadi orang kepercayaan Gandamana. Bahkan ketika Gandamana diminta Master Pandu untuk berkarir di Astina Enterprise, Bandung Bandawasa juga turut serta. Praktis ia menjadi orang kuat di Astina. Kemampuannya mengendus niat buruk para rival bisnis Astina dan Pancala, serta kehebatan kemampuan melindungi tuannya inilah yang menjadikannya sebagai karakter 'mahal' bagi Gandamana. Beberapa tahun kemudian, Gandamana kembali memegang Pancala, namun ia lebih memilih memimpin divisi keamanan perusahaan bersama Bandung Bandawasa, sedangkan posisi direktur dipegang Sucitra yang bernama lain Drupada, suami adik perempuannya, Gandawati. Pasangan Drupada dan Gandawati inilah yang merupakan orangtua Lady Drupadi, istri dari Samiaji, anak tertua Pendawa. Bandung Bandawasa kemudian berganti tuan kepada sang Bratasena atas rekomendasi Gandamana. Pergantian pengabdian ini tidak sesederhana yang dipikirkan tentunya, karena Bandung Bandawasa telah mengabdi pada Gandamana selama bertahun-tahun. Hanya saja, Gandamana berkata jujur pada tangan kanannya yang setia itu bahwa Bratasena dan para Pendawa adalah masa depan. Ia sudah tidak bisa membantu Pancala yang sudah memiliki pemimpin pula. Gandamana menegaskan bahwa mengikuti Bratasena bukanlah sekadar pekerjaan, tapi sebuah pengabdian, sama seperti sewaktu ia mengabdi kepadanya. ‘Penyerahan’ Bandung Bandawasa dari Gandamana ke Bratasena bahkan bisa dikatan sebagai sebuah perintah dan titah yang harus dituruti dan dilaksanakan. Alasan Gandamana mungkin bisa dimaklumi karena walau belum bisa dikatakan tua, namun Gandamana sudah sakit-sakitan karena pola kehidupannya sewaktu masih muda. Ia terbaring mati setelah melewati asam garam dunia bisnis dan kekuasaan. Saat ini juga jugalah Bandung Bandawasa sedang melihat tuan mudanya yang sekarang, Bratasena, sedang terbaring lemah. Keadaan yang menyedihkan dan mengesalkan ini mengingatkan ia akan masa lalunya sewaktu masih berbakti pada Gandamana. Bandung Bandawasa merasa sangat menyesal karena dilarang untuk ikut menyerang Mretani melalui Jala Sutra. Namun, ia sedari awal sudah diperintahkan untuk melindungi ibu dan kakak ipar sang tuan, serta Kakang tertua, Samiaji. Perintah tersebut jelas memang harus dilaksanakan. Namun, bila saja ia ikut serta saat itu untuk ‘membersihkan’  Jala Sutra, mungkin ia bisa menghabisi para jin dan gandarwa, sama seperti yang telah biasa ia lakukan dari masa muda dulu bersama mendiang Gandamana. Syukurnya, Bratasena jelas bukan seorang pemimpin biasa. Ia hanya memerlukan sedikit waktu untuk memulihkan diri, tapi rasa kecolongan itu yang membuat Bandung Bandawasa geram. Walau ia berusia jauh lebih tua dari tuan mudanya ini, tapi masalah kepemimpinan dan sepak terjang dalam dunia bisnis termasuk kepelikannya juga merupakan makanan Bratasena sehari-hari. Bandung Bandawasa tepat memercayakan pengabdiannya kepada orang ini. Ia ingat sekali ketika Harya Suman, lawan politik Gandamana yang licik, yang bekerjasama dengan anggota buta untuk menjatuhkan Arimbaka, pemilik Pringgandani Corp. Harya Suman menghasut Master Pandu Dewanata dengan sedemikian rupa untuk memecat Gandamana yang telah setia selama bertahun-tahun kepadanya. Alasan yag diberikan Harya Suman adalah karena Gandamana dituduh bekerjasama dengan para buta. Padahal, yang terjadi jelas sebaliknya, Harya Suman yang bekerja sama diam-diam dengan para buta dan mencari keuntungan di baliknya. Memang sudah lama Harya Suman memiliki ambisi yang besar untuk menguasai perusahaan raksasa itu dengan segala cara dan upaya. Termasuk penghianatan, penipuan dan cara kotor lainnya. Berbicara mengenai kelicikan, tidak ada seorang pun yang bisa menilai orang lain sebagai seseorang yang licik sekaligus jahat. Penilian itu bersifat abu-abu di dalam dunia negara Jagad Wayang. Kelicikan memang sangat diperlukan untuk menggapai kekuasaan. Bedanya, beberapa orang yang licik cenderung menggunakan cara-cara yang kotor, sisanya mencoba melakukan cara-cara yang lebih elegan, cerdas dan memikirkan loyalitas serta prinsip. Harya Suman termasuk yang pertama, licik dengan melakukan segala macam cara, tidak memedulikan apapun di balik keinginan untuk menguasai Astina Enterprise. Namun bagaimanapun, ia adalah termasuk orang yang cerdas, jadi sedikit banyak Harya Suman sebenarnya berhasil dan kasus memporak-porandakan hubungan Master Pandu dengan Gandamana termasuk dalam menciptakan keadaan yang tidak adil bagi anak-anak dan saudara Master Pandu di kemudian hari. Itu sebabnya, kelak setelah kematian Master Pandu, praktis kelima anaknya yang seharusnya memegang tampuk pemerintahan perusahaan dipaksa disingkirkan ke Wanamarta akibat kerjasama licik Harya Suman dengan keluarga Kurawa. Mereka ini adalah sepupu sekaligus rival utama keluarga Pendawa di dalam perusahaan Astina Enterprise yang terus bergejolak selama bertahun-tahun kemudian.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN