Samiaji mengenakan ivory dinner jacket dengan bow tie hitam. Wajahnya yang dingin membayang di bawah fedora putih. Hampir semua anggota keluarga Pendawa mengenakan dinner jacket berwarna hitam atau putih, namun hanya Permadi yang berpenampilan flamboyan dan paling menonjol seperti biasa. Ia mengenakan Swank Red Brocade Evening Tuxedo dengan single button alias kancing tunggal. Warna hitam dan merah marble dipadukan dengan matte satin lapels membentuk indah di tubuhnya yang ramping itu.
Ternyata kelima orang Pendawa berangkat bersama sang ibunda, Madame Kunthi.
Semua mata membelalak. Suyudana, Harya Suman dan tentu saja Purocana. Mereka tak menyangka bahwa para Pendawa membawa serta ibu mereka. Bukankah ini akan menjadi masalah bagi rencana ini? Pendawa tidak akan menjadi satu-satunya korban dalam kebakaran yang telah dirancang selama berbulan-bulan ini, namun bahkan sang ibu juga akan mengalami dampaknya. Madame Kuthi akan menjadi collateral damage.
Apakah ini adalah rencana balasan dari Samiaji dan adik-adiknya? Begitu pikir Suyudana.
“Samiaji ternyata tak kalah licik, paman,” bisik Suyudana pada Harya Suman. “Ia sengaja membawa bibi Kunthi untuk membuat kita membatalkan rencana apapun pada mereka hari ini. Samiaji mungkin berpikir bahwa dengan membawa sang ibu, itu berarti kita akan melempem dan memikirkan kekejian kita,” Suyudana mendengus. “Apakah harus kita batalkan rencana hari ini, paman?”
Harya Suman yang awalnya membelalak, kini sudah tersenyum lebar kembali. “Tentu tidak, ngger. Kita sudah merencanakan ini lama. Semua persiapan sudah berjalan dengan baik, tinggal menunggu eksekusi. Bila kita batalkan, entah kapan kita akan dapat melaksanakannya lagi.”
“Maksud paman, kita akan ikut membunuh bibi Kunthi?”
Harya Suman melirik ke arah kemenakannya itu dengan pandangan seakan-akan berkata, “Ada apa denganmu, Suyudana? Tentu kita akan membunuhnya. Bukankah ia adalah bagian dari Pendawa? Ia adalah ibu kelimanya. Ia adalah penghasil kelima pembawa masalah itu.”
Harya Suman melebarkan senyumannya, namun bukan kepada Suyudana. Ia menggunakan senyuman palsunya itu sebagai sebuah penyambutan kepada keenam tamu. “Selamat datang, tamu-tamu agung sekalian. Kemarilah kalian semua,” ujarnya manis sembari memeluk masing-masing anggota Pendawa. Ia juga mencium punggung telapak tangan Madame Kunthi yang terlihat anggun malam ini. Suyudana langsung meniru tindakan pamannya, bahkan ia terlihat lebih ramah dan bersahaja. Ia seakan berusaha sekuat tenaga agar para Pendawa terlihat nyawan dan merasa diterima.
Di belakang Suyudana, Harya Suman dan Purocana yang melakukan penyambutan kepada Pendawa lima dan Madame Kunthi, sembilan orang adik-adik Suyudana, para Kurawa, juga berdiri berdampingan memberikan senyum terhebat mereka. Ada Dursasana, Bogandenta, sang kembar Citraksa dan Citraksi, Durmagati, Kertawarma, Surtayu, Widandini dan Dursilawati satu-satunya adik perempuan mereka. Semuanya menyalami dan memberi hormat kepada tamu agung mereka di lobby hotel yang bernuansa coklat kayu keemasan itu.
Dursasana anak kedua keluarga Kurawa adalah laki-laki bertubuh besar. Sepasang matanya bulat mengerling c***l, namun takut-takut. Ini menunjukkan sifatnya yang memang adalah seorang pengecut. Mungkin itu sebabnya ia hanya diserahi satu perusahaan dan lini bisnis oleh sang Kakang, Suyudana. Nama perusahaan itu adalah Dursaya Corporation. Sewaktu dulu ia protes tentang hal ini, sang Kakang menenangkannya dengan berkata, “Kau adalah adik nomer pertamaku, Dursasana. Maka aku ingin engkau ada di dekatku saja. Kita akan memeimpin perusahaan-perusahaanku bersama,” ujarnya. Dursasana pun akhirnya terbujuk, walau sebenarnya ia toh memang tak becus mengurus perusahaan. Bagaimana tidak, Suyudana memimpin empat belas perusahaan sekaligus. Nama-nama perusahaan itu adalah Dusadara Coorporation, Dusprajaya Corporation, Gardapati Corporation, Gardapura Corporation, Hanudara Corporation, Jalasaha Corporation, Jayaboma Corporation, Jayadarma Corporation, Jayapermeya Corporation, Jayasakti Corporation, Jayasusena Corporation, Jayasuwirya Corporation, Jayawikata Corporation dan Kartadenda Corporation.
Adik Suyudana lainnya, Bogadenta, yang terlihat perlente dan sedikit tenang, menguasai dua belas perusahaan yang terdiri atas Agrariyin Corporation, Agrasara Corporation, Bimaratha Corporation, Bimasuwala Corporation, Bomawikata Corporation, Carucitra Corporation, Cedhakapuspa Corporation, Citrabaya Corporation, Citraboma Corporation, Citradharma Corporation, Citradirgantara Corporation dan Citrakala Corporation.
Dua adik kembar Suyudana, Citraksa dan Citraksi yang jangkung dan sangat identic, memiliki sifat sampai gaya berbicara yang serupa. Mereka berbicara dengan gagap dan bertindak grusa-grusu. Meski begitu, keduanya diberikan kepercayaan memimpin sekaligus dua puluh tujuh perusahaan kecil. Perusahaan tersebut adalah Citrakunda Corporation, Citrakundala Corporation, Citramarma Corporation, Citrasanda Corporation, Citrasena Corporation, Citrasurti Corporation, Citrawicitra Corporation, Citrayuda Corporation, Danurdara Corporation, Darmajahi Corporation, Darmayuda Corporation, Dirgabahu Corporation, Dirgacitra Corporation, Dirgasura Corporation, Dredawarma Corporation, Durasa Corporation, Durdara Corporation, Durgahamong Corporation, Durganda Corporation, Durgandasena Corporation, Durgangsa Corporation, Durganta Corporation, Durgantara Corporation, Durgapati Corporation, Durgempo Corporation, Durjaya Corporation, dan Durkaruno Corporation. Kadang-kadang mereka mengacaukan bisnis ini dan memaksa Suyudana turun tangan, untungnya, perusahaan-perusahaan tersebut hanyalah perusahaan kecil.
Durmagati, bertubuh pendek dan gemuk, bersuara bindeng atau sengau, erap menjadi olok-olokan yang lain. Ia sebenarnya cerdas dan tidak terlalu suka dengan perilaku saudara-saudaranya dalam persaingan bisnis dengan para Pendawa ini, namun karena perilaku dan tabiatnya ini, ia kerap disepelekan oleh yang lainnya, terutama Harya Suman. Durmagati juga akhirnya lebih banyak diam dan berkonsentrasi mengurusi enam perusahaannya yang terdiri atas Durmanggala Corporation, Durmuka Corporation, Durnetra Corporation, Durpakempa Corporation, Dursaha Corporation dan Dursahesa Corporation.
Di sudut jauh, ada Kertawarma yang berpendidikan tinggi. Selain memiliki tiga belas perusahaan, ia juga diserahi tanggung jawab manajemen utama Astina Enterprise. Ia adalah orang kepercayaan Suyudana dalam hal manajemen. Ketiga belas perusahaannya adalah Kertipeya Corporation, Kratana Corporation, Naranurwenda Corporation, Permeya Corporation, Rupacitra Corporation, Satrunjaya Corporation, Satrusaha Corporation, Senacitra Corporation, Sudarga Corporation, Sudirga Corporation, Sulacana Corporation, Suradurma Corporation dan Surasudirga Corporation.
Surtayu, adik Suyudana lainnya, dianggap sebagai seorang loser yang selalu kalah berjudi dan perusahaannya kembang kempis, tetap masih berusaha setengah mati mempertahankan sembilan perusahaan yang bahkan lebih kecil dibanding milik Citraksa dan Citraksi. Perusahaan-perusahaan tersebut adalah Surtayuda, Surtayuni, Susena, Swaradenta, Swikandini, Swikerna, Tokayo, Upacitra, dan Wahkawaca. Ia bahkan tak perlu repot-repot menambahkan Corporation di belakang nama-nama perusahaan yang ia pimpin tersebut.
Ada pula Widandini, adik Suyudana yang paling keras hati, angkuh, namun cerdik dan pandai. Ia terbilang sukses menjalankan enam perusahaan besar bernama Wikarpa Corporation, Wikataboma Corporation, Wiryajaya Corporation, Wiwingsati Corporation, Wresaya Corporation dan Yudakarti.
Terakhir, adik bungsu Suyudana, satu-satunya perempuan dari kesepuluh keluarga Kurawa, Bernama Dursilawati, adalah seorang perempuan yang cantik, namun dingin dan kejam. Dua perusahaan yang diserahkan kepadanya, yaitu Durwimocana Bauties dan Duryuda Fashion, bergerak di bidang kecantikan dan fashion denga popularitas dan keuntungan yang lumayan besar.
Mendadak pintu lobby Bale Sigalagala terbuka dan enam orang masuk ke dalam hotel dan restoran tersebut. Dursasana paham dengan rencana awal mereka dan hendak mengusir keenam orang asing itu. Ia merasa bahwa enam tamu sudah lebih dari cukup mengganggu rencana malam ini. Bisa-bisa akan ada enam korban tambahan dari rencana busuk mereka. Sayangnya Samiaji menahannya. “Tidak mengapa saudaraku, Dursasana. Keenam orang tersebut bersama kami. Mereka memang sengaja kami ajak untuk ikut menikmati hidangan di Bale Sigalagala. Akankah itu diperbolehkan, saudaraku?” pertanyaan ini ternyata lebih ditujukan kepada Suyudana, Harya Suman dan Purocana.
Suyudana tersenyum kecut. Harya Suman mengangguk keras, “Tentu-tentu. Tiada masalah yang harus dibesar-besarkan, ngger. Acara ini memang merupakan acara istimewa bagi kita, terutama bagi para Pendawa. Tidak mungkin kami melarang siapapun untuk hadir.”
Walau begitu, Harya Suman dan Suyudana paham sekali, Samiaji kembali memberikan perlawanan. Ia rupa-rupanya menantang balik Suyudana dan rencana-rencana licik nan misterius Harya Suman.