Persepsi itu kuat sedangkan penglihatan lemah. Dalam strategi, penting untuk melihat hal-hal yang jauh seolah-olah mereka dekat dan untuk mengambil pandangan jarak jauh dari hal-hal yang dekat. Penjelasan ini mengingatkan untuk melihat sifat dan karakter orang dengan baik.
Perempuan-perempuan itu perempuan-perempuan suci. Mungkin bisa dikatakan mereka terbaik dari yang ada, namun sekali lagi jelas bukan yang suci.
Madame Kunthi yang sebenarnya sudah cukup berumur tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda penuaan. Wajah ayunya sukar sekali untuk dibantah. Rupa nya cenderung tenang dan teduh. Tapi bila diperhatikan dengan lebih seksama, kerutan yang tersembunyi dengan baik seakan menunjukkan alur-alur nasib dan takdir yang pernah ia jalani. Pengalaman kelam yang dijalaninya di masa lalu telah membentuk karakter dan keadaannya saat ini.
Ia ingat dengan baik 'kenakalannya' sewaktu remaja. Saat ia masih kecil, ia diberi nama Dewi Prita, kemudian ketika diangkat oleh pengusaha sahabat sang ayah yang tidak memiliki seorang anakpun, barulah ia diberi nama Kunthi, merujuk pada nama sang ayah angkat sendiri yaitu Kuntiboja.
Saat masih remaja itulah ia mengenal seorang pria dewasa yang begitu memesona bahkan bercahaya bagai matahari di hadapan Prita. Pria dewasa itu memberikan getaran aneh yang belum pernah ia rasakan sepanjang usia mudanya. Tak waktu lama bagi Prita untuk mabuk kepayang pada sang pria yang bernama Surya, seorang batara, seorang tokoh penting dalam pemerintahan Suralaya. Prita tergila-gila dengan ketampanan, kedewasaan dan kemapanan sang Surya sehingga gampang sekali untuknya jatuh ke dalam pelukan pria tersebut.
Maka, terjadilah sebuah hubungan yang sama sekali tidak diharapkan dan diinginkan oleh semua pihak kecuali keduanya, terutama Dewi Prita yang sudah dimabuk asmara. Hubungan gelap mereka langsung membuahkan hasil. Prita hamil diluar pernikahan pada umurnya masih terlalu muda untuk baginya siap menjadi seorang ibu. Sebagai seorang batara, Surya tentu pergi begitu saja, karena tidak sulit baginya meninggalkan seorang perempuan yang tergila-gila padanya. Toh, sudah terlalu banyak pula perempuan yang menjadi korban atas pesonanya, Dewi Prita bukanlah yang pertama.
Dewi Prita yang kemudian telah berganti nama dengan Kunthi itu harus menutup erat aib ini seorang diri. Ia berusaha keras menyembunyikan sang jabang bayi bahkan sampai kelahirannya. Bayi laki-laki itu kemudian diberi nama Karna yang berarti 'telinga', karena Kunthi berusaha setengah mati menyembunyikan kabar memalukan ini dari telinga orang-orang, tidak hanya demi nama baik perusahaan besi dan baja Mandura milik sang ayah kandung, Basukunthi, namun juga keluarga besar Kuntiboja, ayah angkatnya. Tapi Kunthi juga menambahkan nama Suryatmaja di belakang nama Karna yang berarti 'anak Surya' karena bagaimanapun Kunthi tetap mencintai sang pria dewasa itu dan menganggap hubungan terlarang mereka adalah sebuah guilty pleasure nya.
Ketika Kunthi merasa hanya ia di dunia yang kejam ini satu-satunya yang mengerti tentang kehamilannya sendiri, ternyata ada begawan Drumasa yang mengetahui hal ini. Orang tua veteran perang tersebut sudah lama mengendus hubungan gelap batara Surya dan Kunthi. Harusnya ia melabrak sang batara karena mempermainkan seorang gadis muda yang merupakan anak kandung dan anak angkat kedua pengusaha besar pula. Tapi rasa kasihannya pada Kunthi yang membuat ia membantu kelahiran Karna Suryatmaja. Praktis, begawan Drumasa lah orang pertama yang mengetahui permasalahan ini. Ia pula yang kemudian membantu agar Karna 'dilarikan' dan diberikan tempat untuk diasuh. Karna Suryatmaja kemudian diberikan pada seorang chauffeur atau driver limosin perusahaan Astinapura bernama Adirata.
Kunthi percaya bahwa jalinan nasib akan tetap tersambung. Maka dari itu, kelak di masa depan pada saat ia telah menikah dengan Master Pandu, ketika istri kedua sang suami, Madrim, memutuskan untuk bunuh diri setelah kematian suaminya yang begitu ia cintai, kedua anaknya, Pinten dan Tangsen, mendapatkan cinta yang sama besarnya dengan ketiga anak kandungnya. Baginya, anak-anak adalah harta. Tidak peduli seperti apa status mereka. Rasa bersalah Kunthi terhadap anak pertamanya, Karna Suryatmaja, ternyata diserap semesta dan kembali lagi ke kehidupannya.
Madame Kunthi yang mengenakan swing dress berlengan panjang berwarna hijau duduk anggun disamping menantunya, Lady Drupadi. Kedua wajah mereka yang cantik memiliki persamaan dalam gurat-gurat kehidupan, walau Drupadi memiliki kulit yang jauh lebih gelap dibandingkan mertuanya tersebut.
Lain Kunthi, lain Drupadi.
Sewaktu kecil, Drupadi tidak percaya diri atas warna kulitnya yang seperti warna daun kering yang mati. Ia berpikir bahwa semakin gelap warna kulit seorang perempuan, maka semakin kurang menarik lah ia. Padahal, Drupadi kemudian dikenal sebagai seorang gadis yang paling cantik di seantero Arcapada. Kesadaran akan kecantikannya inilah yang nantinya akan membuatnya jemawa dan menaikkan kelas nya sendiri.
Hal ini bukan tanpa latar belakang. Sang ayah, Drupada, dari awal menginginkan seorang anak laki-laki sebagai penerus perusahaannya. Kelahiran Drupadi jelas membuyarkan mimpinya tersebut. Anak kedua pun bahkan masih belum memuaskannya, yaitu Wara Srikandi yang tomboi karena harapan sang ayah, besar dalam harapan maskulinitas. Barulah anak ketiga, Drestajumena, yang membuat Drupada merasa lengkap sebagai laki-laki.
Bayang-bayang mimpi sang ayah, membuat Drupadi menyadari bahwa ia benar-benar figur bertentangan dari yang diinginkan sang ayah. Maka, ia tumbuh menjadi gadis cantik yang perlahan sadar atas keunggulan fisiknya. Kegelapan kulitnya malah membuatnya menjadi eksotis dan menjadi perbincangan para eksekutif muda di empat negara bagian. Selera tinggi akan calon pendampingnya itulah yang membuatnya menjatuhkan diri pada pesona dan kekuasaan ekonomis dan politis Samiaji dari keluarga Pendawa asal Astina Enterprise, setelah sebelumnya menolak pinangan 'anak haram' Kunthi, Karna Suryatmaja.
Lihatlah bagaimana semesta bekerja.
Lady Drupadi dahulu menolak pinangan Karna Suryatmaja yang notabene adalah putra pertama dari Madame Kunthi yang bagaimanapun sekarang tetap menjadi ibu mertuanya. Seakan sudah ditakdirkan bahwasanya Madame Kunthi tetap ditetapkan oleh langit untuk menjadi mertua Lady Drupadi walau dari putranya yang lain. Karna Suryatmaja kelak akan mengisi selipan hidup Madame Kunthi di masa depan.
Penolakan Lady Drupadi terhadap sembarang laki-laki ini memang tak pantas dan tak terpuji. Namun bila diperhatikan, ketinggian hati dan lidah tajamnya dalam menghina laki-laki mungkin juga bentuk dari protes terhadap harapan maskulinitas sang ayah terhadap dirinya.
Meski kini cinta yang berbicara sehingga Drupadi dapat menerima keadaan sulit dan menantang suaminya, para Pendawa serta ibu mertuanya, tidak jarang sifatnya yang kental dengan harga diri dan kesombongan masih kerap muncul, apalagi kali ini ia mengenakan pencil dress polkadot abu-abu hitam, dihiasi topi sinamay lebar dengan hiasan pita indah di atasnya, membuatnya terlihat semakin cantik dan 'high class.'
Kedua figur perempuan penting dalam keluarga Pendawa di Wanamarta ini memandang Arimbi yang masih mengenakan pakaian samarannya.
"Mengapa kau sembunyikan kecantikanmu itu, anakku?" ujar Madame Kunthi sembari tersenyum teduh.