The Information

1011 Kata
Angin malam menghempas ombak danau membuat speedboat yang dikendarai Arimbi terguncang-guncang, apalagi gadis buta itu memacunya dengan dengan kecepatan yang semaksimal mungkin. Ketiga gadis muda yang menjadi penumpang berpegangan dengan apapun yang bisa mereka manfaatkan. Arimbi beberapa kali memperhatikan keadaan mereka, namun pikirannya masih berada di Jala Sutra. Kecemasannya semakin menumpuk melihat ketiga gadis yang telah ia selamatkan dan membayangkan hal yang akan terjadi pada entah berapa banyak gadis lain di sana. Para jin, gandarwa dengan bantuan para buta kali ini memang sudah benar-benar keterlaluan. Arimbi mematikan mesin beberapa meter sebelum sampai ke dermaga kecil lain di seberang danau dari Pringgandani. Ia tambatkan Chris Craft speedboat nya disana dan meminta ketiga gadis untuk kembali menunggu di speedboat tersebut. "Kalian harus menunggu di sini, akan aku bawa teman-teman kalian kembali," ujarnya menenangkan ketiga gadis tersebut. “Jangan khawatir,” lanjutnya. Yang diajak berbicara saling tatap, mata mereka menunjukkan kebingungan dan rasa takut namun juga ada secercah kepercayaan di sana. Mereka mengangguk hampir bersamaan. Arimbi merasa dirinya bukan orang yang ramah dan penuh kasih. Ia tidak lihai berkata-kata. Mungkin karena dididik dalam keluarga klan buta yang kasar dan penuh kekerasan, ia tumbuh menjadi seorang perempuan yang kaku. Arimbi sebenarnya bukanlah seorang gadis lagi, ia adalah seorang perempuan dewasa dan matang. Namun untuk hal berkomunikasi, ia merasa seperti anak-anak. Syukurnya untuk kejujuran dan ketulusan, ia tidak ada bandingannya. Oleh sebab itu siapapun dapat melihat dua hal itu di kedalaman sepasang matanya. Para gadis muda itu tidak memiliki pilihan. Mereka juga sebenarnya masih tidak mengetahui siapa penolong mereka ini, laki-laki atau perempuan, mereka pun tak terlalu banyak pikir. Selain karena masih dalam keadaan kebingungan, kepanikan dan rasa takut juga melanda jiwa muda mereka. Syukurlah, buta yang satu ini berusaha untuk menunjukkan kebaikan hatinya, pikir mereka mengenai Arimbi. Sesaat sebelum ia menyerang Agni, Arimbi sempat berbicara empat mata dengan Kakangnya, Arimba. Di ruangan itu, sang Kakang mau tak mau habis-habisan membuka rahasia Brajadenta, termasuk bisnis prostitusinya yang juga pada dasarnya ditentang oleh sang Kakang. Walau usia mereka terpaut lumayan jauh, dalam banyak hal mereka hampir selalu sepakat mengenai masa depan Pringgandani Corp. karena bagaimanapun juga, Arimbi adalah calon kuat pengganti Arimba yang menaungi adik-adiknya yang masih bertulang muda, penuh semangat namun sangat sembrono. Usia Arimbi dan adik-adiknya yang sebaliknya tidak terpaut jauh sedikit banyak membuat ia menjadi istimewa di mata sang Kakang, namun benar-benar diragukan oleh adik-adiknya yang ambisius tersebut. Perbincangan Arimba dan adiknya, Arimbi, kerap sekali merupakan percakapan yang sungguh-sungguh dan serius. Percakapan mengenai masa depan Pringgandani Corp., meski tak jarang Arimba menjadi bias karena rasa sayangnya kepada sang adik, atau Arimba sendiri yang kerap menyembunyikan informasi dan merahasiakan banyak hal dari Arimbi. Ini semua adalah penilaian yang kompleks, paradoks dan saling bertentangan. Di satu sisi Arimba sangat memanja dan mencoba dengan beragam cara melindungi sang adik perempuan, di sisi lain, ia tahu bahwa Arimbi sangat cerdas, berjiwa pemimpin dan memiliki kemampuan yang baik dalam mengurusi masa depan Pringgandani Corp. Namun tetap saja, meski dalam keadaan seperti ini, untuk urusan dengan Pendawa, Arimba sulit diajak bernegosiasi. Dendam lama telah menutupi akal sehatnya. Ini karena sewaktu ia muda, Arimba adalah saksi pertempuran bisnis Pringgandani Corp. dan Astina Enterprise. Entah apa yang sebenarnya ia saksikan waktu itu sebenarnya yang membuat kemarahannya menempel erat di dalam sanubarinya. Masalah informasi mengenai bisnis adik-adiknya, Arimba bagaimanapun sepakat dnegan Arimbi. Mereka dianggap duri di dalam daging Pringgandani Corp. Harus ada yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah ini sampai ke akar-akarnya. Cuma, Arimba sedang terfokus pada masalah kedatangan para pengganggu dari Astina itu. Memberikan informasi kepada Arimbi, berarti memberikan kepercayaan padanya. Oleh sebab itu, berdasarkan informasi dari sang Kakang dan adinya, Kalabendana, Arimbi mencuri beberapa buah granat bhanga dan mencari tahu lebih detil mengenai sepak terjang Brajadenta dan bisnisnya tersebut. Sebagai seorang buta, Arimbi paham dengan sebagian besar area Pringgandani sampai Mretani dan Wanamarta. Ia bahkan paham seluk beluk area yang ditinggalkan atau tersembunyi. Itu sebabnya ia juga berhasil menemukan bangunan restoran sekaligus hotel bernama Agni dan keluar dari tempat itu dengan selamat. Maka tak heran pula dengan gampang ia tahu ciri dari sebuah area, seperti dermaga di seberang Pringgandani ini, ia mengutak-atik sebentar Jeep Willys M-38A1 yang ia temukan tersembunyi di balik sebuah terpal militer, sebelum ia nyalakan dan melaju menembus kegelapan malam bersama Browning Automatic Rifle yang telah ia lemparkan ke dalam jeep itu sebelumnya. Tak berapa lama ia menderukan jip nya, di kejauhan suara rentetan tembakan terdengar lamat-lamat dan percikan api terlihat seperti sebuah pesta. Jala Sutra terlihat di balik jalan. Dticeretan gedung putih lusuh bercampur akar-akar pepohonan membuat siapa saja dapat tersesat di dalamnya, apalagi kepekatan malam membantu kerumitan struktur kompleks perumahan tersebut. Di Jala Sutra, Bratasena masih bertahan dari serangan M1 Carbine kaum jin gandarwa. Pinten dan Tangsen berada di kiri kanan Bratasena, bertahan pula dengan senjata mereka. Pinten berusaha menyerang dengan Beretta M1951, Tangsen sudah berganti dengan Remington Model 870 milik salah satu anak buah Pendawa yang sudah tewas. Bratasena sendiri ngeyel untuk tetap menggunakan sepasang kudhi nya. Jadi, pada dasarnya, ketiga adik-beradik Pendawa ini sudah terdesak. Tiba-tiba terdengar raungan Jaguar Xk 120 menerobos asap mesiu dan debu di kegelapan malam Jala Sutra. Mobil itu masih berbunyi ketika entah darimana Permadi sudah keluar dan memuntahkan peluru ke arah sekumpulan jin dan gandarwa. Tubuh rampingnya dibalut weapon vest yang tergantung beragam handgun. Ia sendiri langsung menggunakan Oyod Bayura pemberian Anggaraparna alias batara Citrarata di tangan kirinya, membobol kepala satu jin. Tangan kanannya memegang Beretta Model 92 dan juga sudah memutar nyawa satu gandarwa. Di gun holster nya Gandiwa dan Pasupati menempel di balik weapon vest Permadi dimana sebuah senjata lain tergantung di punggungnya, sebuah sub-machine gun bergaya Ceska Zbrojovka vz 26 dengan modifikasi. Di kedua paha bagian luar Permadi juga menempel dua pasang Smith & Wesson Model 29 .44 Magnum. Dengan lihai Permadi menggunakan semua jenis senjata ini. Kehabisan peluru Oyod Bayura dan Beretta nya, Permadi mencabut kedua Smith & Wesson, menumpahkan pelurunya, ketika habis peluru, dengan cepat dan cekatan langsung mengisi peluru lagi dari kantong-kantong di weapon vest nya. Jin dan gandarwa berjatuhan, tewas.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN