Tiga tahun lalu, ketegangan begitu terasa di Astina Enterprise. Kericuhan terjadi di seluruh sudut perusahaan yang luar biasa besar itu. Semua lini bersibuk diri. Pasar saham gonjang-ganjing menunggu keputusan besar yang akan segera disampaikan dari pejabat teras perusahaan.
Drestrarasta, yang saat ini memegang tampuk kekuasaan sebagai direktur utama Astina Enterprise, duduk termenung di depan meja kerjanya. Ruangan kerjanya itu diterangi lampu yang temaram bahkan cenderung gelap. Ini sama sekali tak mempengaruhi lai-laki tua itu karena ia sebenarnya buta.
Sepasang matanya selalu ditutupi dengan kacamata hitam Ray Ban Bausch & Lomb G-15 Clip On. Rambutnya telah hampir memutih seluruhnya, tergerai sepanjang leher dan menyentuh bahunya yang ditutupi flannel suit abu-abu. Fedora dengan warna senada diletakkan di atas meja.
Drestrarasta adalah anak tertua dari Master Abyasa dari istrinya Lady Ambika. Master Abyasa sendiri adalah juga pemilik Astina Enterprise sebelumnya yang menjadi direktur perusahaan tersebut dengan proses dan kisah yang sangat rumit.
Bertahun-tahun lalu, Astina Enterprise didirikan oleh sepasang suami istri yang merupakan kelompok begawan. Mereka adalah Begawan Bahusena dan Dewi Resweni. Sepasang suami istri ini kemudian melahirkan seorang anak laki-laki bernama Swandana. Bahusena dan Resweni kemudian mengatur rencana dan memutuskan agar perusahaan mereka ini kelak akan diteruskan oleh keturunan mereka sehingga menjadi sebuah perusahaan keluarga yang agung dan abadi.
Namun, Bahusena sendiri sebelumnya telah memiliki anak laki-laki dari istri pertamanya yang bernama Lady Mandrawati. Lady Mandrawati sendiri telah wafat akibat melahirkan anaknya yang bernama Mandrabahu. Maka, Mandrabahu lah sebenarnya anak pertama dari Begawan Bahusena.
Menurut hemat Bahusena dan Resweni, tidaklah mungkin membuat satu perusahaan semata untuk kelak menjadi rebutan kedua keturunan mereka. Maka, diberikanlah Wiratha Company kepada Mandrabahu, dan Astine Enterprise kepada Swandana yang kelak lebih dikenal dengan nama dewasanya kelak, yaitu Sentanu.
Nah, disini lah letak kerumitan dimulai.
Mr. Sentanu beristri dua, yaitu Lady Jahnawi, sedangkan yang kedua bernawa Lady Durgandini. Dari istri pertama, Sentanu memiliki anak laki-laki yang dinamakan Dewabrata. Dari Lady Durgandini, Sentanu mendapatkan dua orang anak laki-laki, Citranggada dan Citrawirya.
Lady Setyawati menginginkan anak-anaknya kelak yang akan menguasai Astina Enterprise, bukannya Dewabrata. Permasalahan kekuasaan perusahaan yang dahulu dialami oleh kakeknya, Bahusena, kini dialami oleh ayahnya sendiri. Maka, dengan kebijakan yang luar biasa dari seorang Dewabrata, ia memutuskan untuk memberikan hak nya kepada anak-anak Lady Setyawati. Ia sendiri kemudian memutuskan untuk membujang seumur hidup dan tidak ingin mengganggu gugat kehidupan Astina Enterprise. Mulai saat itu, ia kemudian dikenal sebagai Mr. Bisma karena tidak menikah dan membujang selamanya.
Maka, Astina Enterprise akhirnya dipimpin oleh Citranggada. Sialnya, Citranggada wafat muda sebelum menikah. Sedangkan Citrawirya wafat ketika belum memiliki anak. Maka, Astina Enterprise pun mengalami masalah tampuk kepemimpinan yang kritis. Mr. Bisma memang masih bisa membantu untuk mengamankan perusahaan dari kehancuran dan persaingan dengan perusahan-perusahaan lain. Jangan sampai rival memahami bahwa Astina Enterprise sedang dalam masa krisis kepemimpinan.
Maka, Lady Durgandini pun memberanikan menjelaskan kepada sang suami, Sentanu, bahwa ia sebenarnya memiliki seorang anak lagi, anak pertama dari hubungan gelapnya dengan seorang begawan bernama Palasara. Anak laki-laki mereka itu bernama Abyasa.
Mau tak mau, Abyasa pun akhirnya dipanggil dan diminta menjadi pemimpin Astina Enterprise. Hanya saja, untuk menyelesaikan segala kerumitan masalah kontrak dan kepemilikan, Abyasa diwajibkan untuk menikahi dua orang janda Citrawirya yaitu Lady Ambika dan Lady Ambalika.
Permasalahan ini tentu tidak sederhana. Tekanan psikologis yang berat dialami kedua janda mempengaruhi kehamilan mereka kelak. Lady Ambika lah yang melahirkan Drestrarasta yang akibat tekanan luar biasa dilahirkan buta. Di sisi lain, Ambalika melahirkan Master Pandu yang memiliki cacat di leher.
Abyasa diam-diam menikmati kedudukannya saat itu. Ia bahkan menghamili seorang maid bernama Datri yang juga karena masalah psikologis yang berat akibat dihamili oleh seorang pemimpin perusahaan, melahirkan anak laki-laki yang cacat kakinya, pincang, bernama Widura.
Drestrarasta yang buta, awalnya jelas gagal menjadi pemimpin perusahaan. Bagaimana mungkin Astina Enterprise dipimpin seorang yang cacat? Master Pandu tentu menjadi pilihan utamanya. Laki-laki itu hanya memiliki sedikit masalah fisik. Bahkan, dengan keadaannya, justru membuat para rival gentar. Kehidupan persaingan antar mafia dalam dunia bisnis ini dapat ditangani olehnya.
Kegegeran kembali muncul ketika Master Pandu wafat.
Sepuluh orang anak Drestrarasta dari Lady Gendari yang menguasai seratus perusahaan dan bergelar keluarga Kurawa kemudian menuntut agar ayah mereka memimpin perusahaan dan memberikan hak kekuasaan Astina Enterprise kepada mereka. Sebaliknya, tentu saja, anak-anak Master Pandu yang merasa berhak atas singgasana tersebut. Di sinilah dimulainya kekacauan besar dalam negeri Jagad Wayang yang bahkan tercatat dalam sejarah negara.
Sebagai seorang pemimpin perusahaan dan mafia kelas kakap, Drestratrasta yang buta ini selalu dijaga oleh pasukan pilihan, pasukan elit yang terdiri dari orang-orang yang tidak hanya loyal, namun memiliki kemampuan khusus dalam beragam kemampuan. Termasuk tentu saja, kemampuan bertempur dan membunuh musuh. Pasukan ini diberi nama Lebur Geni Corps.
Para anggota Lebur Geni Corps yang semuanya mengenakan jaket kulit berwarna hitam, bersepatu boots dan bersenjatakan revolver di balik jaket mereka itu berdiri tersebar di beberapa titik di dekat sang tuan. Kebutaannya membuat anggota Lebur Geni Corps tak bisa jauh, tak peduli apapun yang terjadi dan dimanapun ia berada.
Lady Gendari, sang istri, yang termasuk seorang istri memiliki keseimbangan sifat: yang luar biasa setia dan yang luar biasa licik, duduk disamping sang suami. “Apa keputusanmu, Kakang?” ujarnya perlahan kepada sang suami.
Drestrarasta menengadah dan memandang kosong ke langit-langit tanpa bicara. Ia mendongak, mencari wajah sang istri, meyentuh lembut wajahnya yang sudah mendekati akhir usia paruh baya. “Bagaimana menurutmu, istriku?”
Lady Gendari tersenyum. Kesetiaan sang istri ini dihormati di kalangan para mafia di negara Jagad Wayang. Tidak tanggung-tanggung, ia sengaja melakukan sebuah operasi medis tertentu untuk membuat kedua matanya buta, sama seperti sang suami. Ini dilakukan agar ia juga tak perlu melihat dunia. Maka, kedua suami istri ini buta adanya.
Pada saat keputusannya untuk membutakan mata, seluruh hormat dipersmbahkan kepada sepasang suami istri pemimpin Astina Enterprise tersebut. Keduanya mendapatkan kesetiaan dan dukungan dari beragam kelompok kepentingan, termasuk dari kaum batara. Itulah sebabnya, keputusan untuk memberikan kekuasaan penuh Astina Enterprise pada keturunan mereka, Kurawa bersaudara, juga mendapatkan dukungan dari banyak pihak.
“Anak kita lah yang pantas memiliki Astina Enterprise. Kita tidak punya kewajiban membagi perusaaan itu kepada orang lain, Kakang. Kau adalah anak pertama, maka, kekuasaan sudah pasti harus jatuh ke tanganmu. Begitu pula kelak dengan anak-anak kita. Sepuluh anak kita sudah lebih dari cukup untuk mengatur perusahaan Astine Enterprise dan segala lini bisnisnya. Mengapa kita harus memikirkan nasib para Pendawa yang tak berhak?”