Siapa yang baik, siapa yang jahat, mana yang putih, mana yang hitam, bukanlah hal yang bisa begitu saja dijelaskan. Dunia kerap berada dalam titik abu-abu. Tidak berbeda dengan negara Jagad Wayang yang aktifitas ekonomi dan kesejahteraannya juga dipengaruhi bahkan kerap ditentukan oleh aktifitas para anggota mafia. Kepentingan para penguasa, batara, dan pejabat-pejabat pemerintahan, selalu memerhatikan perubahan peta kekuasaan para mafia tersebut.
Mafia sendiri bisa didefinisikan sebagai sebuah organisasi kejahatan yang kegiatan utamanya adalah penyelesaian masalah dan kepentingan antar penjahat atau perilaku melawan hukum lainnya di luar hukum. Tentu saja hampir bisa dipastikan setiap permasalahan tersebut diselesaikan dengan cara kekerasan. Kegiatan-kegiatan mafia yang menentang hukum itu biasanya berhubungan dengan perjudian, peminjaman uang melalui lintah darat, penjualan narkoba, prostitusi dan penipuan lainnya.
Ada pula kelompok-kelompok mafia yang berdiri di balik perusahaan besar atau perusahaan itu sendiri adalah mafianya. Para anggota mafia berdiri di belakang bisnis dan perusahaan sebagai bentuk dari protection racketeeting, alias jasa keamanan kepentingan ekonomi dan bisnis perusahaan tersebut. Mereka menggunakan reputasi menakutkan mereka dalam kekerasan untuk menghalangi orang-orang yang menipu, merampok atau berkompetisi dengan kelompok orang atau perusahaan yang membayar mereka.
Sebut saja kelompok buta yang memiliki bawahan untuk menekan perusahaan-perusahaan lainnya agar bekerjasama dengan Pringgandani Corp., atau justru menekan agar tidak mampu bersaing dengan mereka. Para kelompok mafia buta ini juga menekan perusahaan yang lebih kecil yang dimiliki oleh kaum jin dan gandarwa sehingga mereka juga melakukan banyak hal untuk Pringgandani Corporation.
Dalam kasus Astina Enterprise yang besar itu, kegiatan mafia dilakukan untuk melawan musuh bisnis termasuk di dalam tubuh perusahaan itu sendiri. Tumbuh kembangnya mafia juga disebabkan oleh ketidakpercayaan terhadap para anggota kepolisian atau batara yang mereka tahu juga akan ikut mengambil keuntungan dari permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan tersebut.
Astina Enterprise tidak ingin melibatkan batara karena para Kurawa memang menginginkan kekuasaan penuh, sedangkan hal itu malah akan menjadi rumit ketika pihak lain ikut serta. Selain itu, memang banyak bisnis perusahaan berjalan di belakang layar, pasar gelap, yang tentu tidak resmi. Maka, jalan satu-satunya adalah melakukan tindakan kekerasan sendiri, ala mafia.
Mafia sangat dibutuhkan untuk mendapatkan keuntungan besar-besaran pada aktifitas kriminal yang melawan dan mengadali hukum ini, misalnya sebut saja menghindari tagihan pajak atau biaya-biaya lain yang terlalu banyak. Selain itu mengapa mafia dapat bekerja dengan baik dan struktur yang tersusun, bahkan terhindar dari perhatian para batara?
Banyak kasus perusahaan atau perorangan yang melakukan bisnis secara tidak resmi atau ilegal. Kedua pihak tentu tak bisa saling melaporkan kepada batara atau hukum atas permasalahan yang mereka alami. Maka, ada beberapa cara yang kesemuanya melibatkan para anggota mafia. Mereka akan meminta kaum buta atau jin dan gandarwa dan membayar mereka untuk mengancam, mengintimidasi, melukai bahkan membunuh pihak lain. Atau, kedua pihak bersepakat menyelesaikan masalah tersebut dengan mafia sebagai hakimnya.
Bila salah satu pihak ternyata berbisnis dengan curang atau tidak sesuai dengan kesepakatan kedua pihak sebelumnya, para anggota mafia yang dipercaya untuk memberikan hukuman. Dari perusakan barang kepemilikan: termasuk pembakaran rumah, hukuman fisik yang kejam, sampai pembunuhan.
Harya Suman sangat paham dengan permasalahan ini.
Harya Suman tidak sendiri. Ia masuk bersama orang kepercayaannya pula yang menempel terus kemana ia pergi bagai lintah. Namanya Minyak Tala. Keduanya sudah berumur lebih dari lima puluh tahun. Harya Suman adalah saudara tua laki-laki Lady Gendari, istri Drestrarata. Ini menjadikan Harya Suman sebagai kakak ipar Drestrarata dan paman bagi para Kurawa. Mimiknya yang jahat tak bisa tertutupi dengan senyuman lebarnya sekalipun. Wajahnya yang sedikit cacat karena pernah dihajar oleh Gandamana di masa lalu dilengkapi sekaligus dengan cara jalannya yang tertatih, pincang, sebagai akibat kelicikannya pada Gandamana. Suit yang serba putih tak bisa pula menutupi keangkuhan dan kekeraskepalaannya. Rambutnya yang tipis namun masih belum rontok, tersisir rapi berminyak di balik topi fedora putihnya.
Tapi, bagaimanapun juga, sebagai seorang anggota mafia kelas atas dan orang terpercaya di Astina Enterprise, Harya Suman sangat cerdas dan memiliki ide-ide brilian dan berani. Minyak Tala di sisi lain, meski umurnya terpaut lebih dari speuluh tahun lebih muda, seakan menjadi hasil fotokopi sang tuan, meski yang membedakan adalah bahwasanya Minyak Tala memiliki kemampuan fisik yang masih terjaga. Selain itu, dalam hal kecerdasan, Minyak Tala bisa dikatakan berkebalikan dengan sang tuan. Ia begitu bodoh.
“Ah, adik dan kemenakanku sedang berkumpul di tempat ini. Bukankah ini sebuah hal yang membahagiakan?” ujar Harya Suman sembari tersenyum yang lebih nampak seperti orang yang sedang meringis.
Suyudana, sang kemenakan, membalas sapaan sang paman dengan sumringah. Tak bisa dipungkiri, Suyudana adalah kemenakan favorit Harya Suman. Begitu pula Harya Suman adalah paman kegemaran sang kemenakan tersebut. Nampaknya keduanya menikmati kelicikan dan ambisi yang sama. Senyawa yang saling satu itu kelak akan terus bersama dan saling setia, saling mendengarkan, saling mendukung sampai ajal menjemput.
“Paman,” sapa Suyudana.
Harya Suman mengangguk, tertawa lebar dan menepuk bahu kemenakan laki-lakinya tersebut dengan bangga.
“Rupanya, engkau, Kakang Suman. Ada kepentingan apa engkau kemari?” tanya Drestrarasta.
“Ah, ah, ah ... adikku Drestrarasta. Bagaimana kabarmu?” Harya Suman merespon pertanyaan Drestrarasta dengan sapaan basa-basi.
“Beginilah keadaanku selalu, Kakang Suman. Selalu tua, selalu buta dan selalu ceroboh dalam mengambil keputusan,” jawab Drestrarasta mendongakkan kepalanya.
“Bagaimana Adi ini. Tidak pantas merendahkan diri seperti itu sebagai seorang pemimpin, apalagi di depan sang putra, anak laki-laki mu sendiri yang kelak akan menggantikanmu di tahta perusahaan Astina Enterprise ini, Adi.”
Drestrarasta kini yang tersenyum. “Itu adalah faktanya, Kakang. Bila tidak bagaimana bisa aku mengecewakan anak-anakku dan tidak mampu menyelesaikan masalah kekuasaan ini dengan baik.”
“Loh, Adi. Itu sebabnya aku, saudaramu yang paling setia ini datang memberikan solusi sehingga dapat membuat segalanya lebih genah, lebih benar,” kedua mata licik Harya Suman mengerling liar dan jahat. Kedua telapak tangannya di gosok-gosokkan. “Aku sebenarnya telah berbicara dengan kemenakanku, Suyudana, tentang bagaimana kita dapat memenangkan situasi ini, Adi Drestrarasta.
Kembali sepasang mata buta Drestrarasta bergerak-gerak. Ia menyampingkan wajahnya untuk dapat mendnegar lebih jelas. “Bagaimana caramu menyelesaikan masalah ini, Kakang? Kau terkenal bijak dan cerdik, Kakang. Aku tak akan mungkin meragukannya. Tapi, masalah ini sudah benar-benar berada di puncak.”
Harya Suman terkekeh. Ia berjalan pincang ke arah telepon IRISVO rotary dial berwarna hitam dan mengangkat gagangnya. “Tapi biarkan aku sebelumnya menelepon seseorang, Adi.”
Meski penasaran, Drestrarasta menyenderkan punggungnya si kursi kulit berwarna krem di depan meja kerjanya. Ia menghela nafas panjang, kemudian mengangguk seraya berkata, “Silahkan, Kakang. Aku membutuhkan bantuannya,” ujarnya perlahan.
Harya Suman sekali lagi terkekeh sembari memutar angka pada telepon.