The Third Diary

1193 Kata
Hai Didi... Gue lagi badmood banget hari ini,mulai dari pagi sampai pulang sekolah. Lo tau kenapa? Bayangin aja,gue tadi kepeleset di depan kelas. Nginjek batu licin trus betis gue tergores duri bunga mawar. Sakit banget tau gak? Udah pas gue siap kepeleset,gue ketabrak sama si kunyuk lagi,iya si Ciko. Gue ngerasa gue gak pernah bisa deh,satu hari aja lepas dari dia. Pasti dia minimal muncul tiba-tiba,atau nyenggol gue,atau lihatin gue,atau bahkan nyakitin hati gue. Yaelah,masakan gue cerita tentang dia melulu ya? Elo capek gak dengerinnya? Sama. Gue juga. Trus gue juga pernah dibuat kesel setengah mati karena dia. Sewaktu kelas sepuluh,pelajaran seni musik. Ciko sedang berlari keliling kelas sambil membawa-bawa sebuah gitar berwarna hitam. Tampaknya dia lagi kejar-kejaran deh,tapi sama siapa ya? "CIKOOOOOOO!! Balikin gitar gue!" Seru seorang gadis yang sedang mengejarnya dengan wajah merah padam. Cowok itu hanya menoleh,lalu melompat ke atas salah satu kursi. "Gue gak mau,sebelum Lo manggil nama gue 'Ciko sayang pujaan hati gue' di depan semua orang." Ucap Ciko bertolak pinggang dengan tangan kanannya memegang gitar itu. Gadis tadi,alias Devany berdecak kesal sambil mengerutkan keningnya. "Lo apaan sih? Mana mau gue,OGAH." Tolaknya mentah-mentah seraya melipat kedua tangannya. Ciko melompat dari kursi tersebut lalu berjalan menuju depan Devany. "Gue gak pernah malu kok,kalau gue manggil Lo sayang. Tapi kali ini,gue minta Lo manggil gue sayang elo malah gak mau." Ucap Ciko dengan ekspresi gila yang selalu dibenci Devany. Devany membesarkan matanya. Sedangkan Ciko merambas gitar itu dengan sembarangan. "Yaelah,elokan udah gila. Mana asing lagi kalau Lo manggil gue kayak gitu. Lah,kalau gue? Mana mungkinlah! Pokoknya minta gitar gue sekarang! Gue mau belajar," Devany menarik gitar itu dari tangan Ciko. Mengambil sesuatu dari genggaman Ciko bukanlah hal yang mudah! Butuh perjuangan ekstra untuk mendapatkan kembali apa yang sudah berada di tangannya. "Gue gak mau,sebelum Lo manggil sayang sama gue!" Seru Ciko dengan mempererat cengkeramannya. Devany yang mulai emosi menarik nafas dalam-dalam. "CIKOOOOOOO!!" Teriaknya kuat sampai guru di kantor bisa denger. Bahkan siswa yang lagi boker di toilet mendadak terkejut sehingga terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. "Apa itu Devany?" Tiba-tiba suara berat seorang laki-laki membuat kelas hening seketika. Pak Bastian. Devany menoleh ketakutan. Ciko yang abstraknya minta ampun hanya menggeser kepalanya kesamping,guna melirik pak Bastian dari depan Devany. "Pak," Sapa Ciko manis seperti kucing tetangga minta dibelai. Mereka langsung duduk, sedangkan pak Bastian berjalan sambil menjepit sebuah map tebal berisi rangkaian lagu. Tangan si Ciko kunyuk ini masih aja nempel di gitar Devany. Devany juga sedang memegang gitar itu. Tapi karena Ciko gak mau nyerah, akhirnya Devany duduk bersebelahan dengannya.Ciko melihat Devany yang masih memegang gitarnya dengan wajah sebel,lantas Ciko tersenyum. Dia merasa Devany lucu kalau lagi marah. "Ciee,kita jadi pegangan gitar barengan ya.. Gue suka," Bisik Ciko ke telinga Devany hingga membuat gadis itu menatap tajam kearahnya. "Diam Lo!" Devany menggeram setengah mati. Pelajaran musik dimulai! Kali ini materinya tentang alat musik gitar. Beberapa siswa sudah membawa,hanya aja masih ada juga yang melawan perintah Pak Bastian. Salah satunya, Ciko. "Bapak sudah bilang,jika kamu tidak punya,pinjam aja dari Abang kelas." Pak Bastian membentak Ciko sambil menjewer telinganya. Anehnya,Ciko malah tersenyum lebar. Membuat teman sekelas tertawa melihat kegilaan seorang Ciko. "Sudah,duduk!" Perintah pak Bastian. Kembali Ciko tersenyum sambil mengangguk pelan. Dia kembali duduk disampingnya Devany. Kemudian tangannya memegang gitar itu,membuat Devany tak habis pikir karena Ciko memang gak bisa nyerah. Akhirnya Devany menghela nafas berat. Gue gerem banget. Kalau bisa pada saat ini juga gue mukulin gitar ini ke kepalanya Ciko,biar dia sedikit waras. Hedehhh.. Pak Bastian berjalan sambil memberikan secarik kertas yang berisi chord beserta lirik lagu. "Hari ini kita akan menyanyikan lagu yang ada di kertas itu. Bapak harap kalian bisa menyanyikannya dengan iringan gitar dengan baik." Pak Bastian berjalan kearah Devany. "Kalian pasangan?" Tanya pak Bastian begitu polosnya. Devany menggelengkan kepalanya cepat. "Enggak ah pak," Bantah Devany. Mata pak Bastian tampak menyelidik, soalnya Ciko sama Devany memegang gitar yang sama. Mereka seperti sepasang kekasih yang sedang memegang bunga pengantin bersamaan. "Lah,jadi itu apaan? Kok gitarnya dijaga-jaga?" Tanya pak Bastian menahan tawa. Devany dan Ciko saling berpandangan. Dengan cepat Devany melepaskan tangannya. "Sudah,pelajari lagunya." Pak Bastian berjalan kekursinya lalu duduk. Ciko langsung merangkul gitar itu. Membuat Devany berdecak kesal lagi. "Gue aja yang gitarin." Ucapnya lalu menggeser posisinya berhadapan dengan Devany. "Gue aja," Devany membesarkan matanya lalu menarik gitarnya pelan. "Gue aja," Ciko menarik gitar itu lagi sambil mengacak rambut Devany. Devany yang sudah pitam tersenyum paksa tetapi tetap mencengkeram erat gitar itu. "Gue aja Ciko," "Gue aja Devany," "Gue," "Enggak,gue aja," Akhirnya,kejadian tarik-menarik pun terjadi! Tidak ada yang mengalah karena Ciko dan Devany sama-sama bersikeras ingin memakai gitar itu. Hingga tiba-tiba... Tuing Tuing Tuing Tuing Tali gitarnya putus satu persatu! Ini pasti karena mereka sama-sama mencengkeram gitar itu kuat, alhasil talinya juga tertekan. Dan,putus deh! "Loh,talinya putus? Tali satu,dua,tiga,sama lima?" Devany merampas gitar itu dengan ekspresi tak percaya. Ciko yang awalnya terkejut langsung menggaruk tengkuknya yang tak gatal sambil tersenyum. "CIKOOOOOOO!!!" Devany berubah seperti cewek berkekuatan api. Ia meremas tangannya lalu berjalan mendekati Ciko. Matanya berubah merah seperti hendak memusnahkan Ciko lewat kornea lasernya. "Iya Dev," Sahut Ciko ketakutan. Teman-teman sekelas malah jadi kompor sehingga Devany makin emosi tingkat dewa! "Habisin aja Dev," Sorak yang lain dengan semangat berapi-api. "PECAHIN aja gitar Lo," Tiba-tiba James teriak sendiri. Mereka semua mengarahkan pandangannya ke arah James,lalu kearah Devany. Devany semakin panas,dia jalan maju sedangkan Ciko mundur. Hingga.. "Itu Dev,ada Panji Zoni lagi berdiri di depan pintu!" Ciko berseru sambil menunjuk kearah pintu. Bodohnya Devany,dia menoleh kebelakang. Tidak ada semenit aja,Ciko udah hilang ketelan angin. Mereka mencari-cari Ciko yang udah pergi entah kemana. Emosi yang berapi-api tadi gak jadi meledak, akhirnya.. "CIKOOOOOOO!!!" Devany berteriak sekuat yang dia bisa. Menghasilkan bunyi dengan ketinggian melebihi tingginya Gunung Himalaya. Sedangkan di tempat lain,Ciko masih mengatur nafasnya. Dia pun melihat kearah kelas. Tak lama kemudian dia pergi kebelakang sekolah lalu melompati tembok. *** Setelah habis pelajaran musik,Devany bersama teman-teman berjalan melewati koridor ingin kekelas. Ketika Devany sedang berjalan sambil membawa-bawa gitarnya yang hanya tinggal dua tali, tiba-tiba Ciko datang mengagetkannya. "Derrr," Ciko menepuk pundak Devany. Devany langsung terkejut. Dia berteriak panik. Tetapi untungnya si Ciko menyadarkannya. "Ini gue,gue mau minta maaf karena udah buat gitar Lo cacat sementara. Dan sekarang,gue udah beli talinya. Tinggal masukin ke gitar Lo aja. Lo marah sama gue?" Tanya Ciko dengan ekspresi merayu. Devany menghentakkan kakinya. Kemudian dia memberikan gitar itu kepada Ciko dengan kasar. "Udah terlambat. Tapi bagus kalau Lo masih mau bertanggungjawab. Balikin aja nanti ke meja gue." Jawabnya datar dan dingin. Ciko mengambil gitar itu dengan senyuman manis yang membuat Devany ingin muntah pada saat itu juga. "Yaudah,makasih ya." Ucap Ciko sedangkan Devany langsung membelakanginya dan berjalan menuju kelas. Beberapa menit kemudian Ciko datang ke meja Devany. Lalu memberikan gitar itu. Tapi,ada yang berbeda dari gitarnya. Sewaktu Devany masih melihat gitar itu,Ciko udah menghilang entah kemana. "Loh,kok gitar ada tulisannya sih? Pake spidol permanen pulak itu. Loh,cikonya mana?" Devany marah lagi karena di gitar itu tertulis besar-besar 'Jangan dibanting,nanti rusak dan Lo bakalan mendapat sanksi yang tegas dari Devany. Si Juara kelas tergarang se-lautan.' Mata Devany langsung membesar, "CIKOOOOOOO!" Flashback off Yaudah Di, kekgitu ceritanya. Udah dulu ya,gue mau bobo siang dulu. Dadah Didi... Love you, Devany ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN