The Second Diary

1351 Kata
Hy Didi, my dear... Gimana kabar Lo Di? Gue harap Lo baik-baik aja. Mama sama papa belum pulang juga yah? Atau memang mereka udah gak peduli lagi sama gue? Lo tau Di,gue itu masak sendiri. Papa sama mama gak mau kalau di rumah ini ada pembantu. Mereka gak percaya. Mereka bilang kalau gue itu lebih baik mandiri. Meskipun gue pernah minta, tapi papa gak mau. Dia malah bandingin gue sama kak Chintya. Lo tau Di?terkadang gue cuma nyeplokin telur aja. Kalau enggak beli mie instan. Meskipun begitu,gue gak pernah kepikiran buat sporing dari rumah. Bisa aja sih,gue bandel,gue keluar malam,gue malas belajar,gue pacaran,atau gue .... Ahhhhhh Cuma gue gak pernah kepikiran kekgitu. Tapi pernah gak yah,papa sama mama itu mikirin gue?Bisa ajakan, gue minta dikasih uang banyak biar gue bisa hidup foya-foya. Cuman,gue gak mau kekgitu. Tapi selalu aja,mama sama papa memuji-muji kak Chintya. Tapi mama sama papa gak tau kalau kak Chintya itu nakal. Memang iya, dia pintar. Cuma,dia itu pergaulannya aneh banget. Sama yang nakal gitu,trus dia minta uang banyak-banyak,dia boros,dia selalu ganti gadgetnya seriap minggu. Laptop juga. Yah, gue gak bisa apa? Gue gak bilang kalau gue itu anak yang baik. Memang piala sama piagam dia lebih banyak. Okeh,gue salah. Dia memang pantes dibanggain. Dia memang hebat,dia segalanya. Setiap kita semua ngumpul baik itu makan,nonton,atau jalan bareng,pasti mereka cuma nanyain kak Chintya. Terkadang gue sedih,tapi gue tetap paksa tersenyum. Sakit banget tau gak,nanti kita lagi makan trus yang ditanyain kak Chintya melulu. Gue cuma diam,ngelihat mereka tertawa sendiri. Trus kalau gue misalnya sakit,gue disuruh pergi berobat sendiri,karna mereka sibuk. Tapi kalau kak Chintya sakit,pasti papa bela-belain izin dari kantor buat nganterin dia ke rumah sakit. Trus kalau dia dirawat,papa sama mama pasti nyediain waktu buat ngejaga dia. Lah,kalau gue mana ada. Gue malah pernah berpikir,gue anak mereka gak sih?Tapi yaudahlah,gue yakin kelak gue pasti bakalan dapetin apa yang gue ingin. Gue percaya Tuhan gak tinggal diam melihat gue kekgini. Udah dulu yah,gue ngantuk. Malam Didi, Love you.. Devany.. ??? "Cik,Ciko bangun nak. Sayang,bangun. Ada yang mau mama bilang." Panggil Ayu sambil mengetuk pintu kamar Ciko. Ciko bangun,dengan sigap dia mengambil Jam Beker di atas meja. "Masih malam mah,masih jam lima lewat tiga. Ciko ngantuk. Ngantuukkk banget." Sahutnya lalu dia menutup kepalanya dengan bantal. Ayu kembali mengetuk pintu kamar Ciko. "Sebentar sayang,ada hal penting yang mau mama bilang." Ucap Ayu kembali. Dengan jalan sempoyongan Ciko menghidupkan lampu kamarnya lalu membuka pintu. "Apa sih mah?" Tanya Ciko sambil menguap besar. "Nanti malam ada pertemuan antara keluarga kita dengan keluarga pak Bayu. Kamu kenal kan?" Tanya Ayu. Ciko menyipitkan matanya seperti mengingat-ingat. "Ohh,iya ma. Ciko ingat. Yang direktur utama ditempat kerjaan papa kan?" Tanyanya balik. Ayu mengangguk. "Iya nak. Jadi keluarga kita diundang kesana. Nanti malam jam tujuh,kamu harus ikut ya. Ini sebagai silaturahmi antara kita dengan mereka." Jelas Ayu dengan lembut. Ciko menganggukkan kepalanya. "Iya mah,iya. Apa sih yang enggak buat mama? Mama suruh beli gas jam tiga pagi aja Ciko mau,apalagi makan malam bareng. Asalkan mama gak nyuruh Ciko bangun cepat,Ciko mau kok." Gombal Ciko kepada Ayu. "Helehhhh,kamu sama aja seperti papa kamu. Udah sana,mandi. Nanti terlambat." Ucap Ayu. "Aahhhh,bentar lagi dong ma. Mata Ciko belum dicas penuh. Kira-kira lima belas menit lagi. Okeh?" Kata Ciko lalu pergi ke kasur empuknya dan tidur lagi. Ayu hanya tersenyum dan geleng-geleng kepala. "Dia sama saja seperti ayahnya." Lalu menutup pintu kamar Ciko dan kembali ke dapur. ??? Hari ini kelas heboh karena Geby 'sang anak kost' menunjukkan alat tulis barunya. Dia baru membeli tipeks kertas,pulpen warna,lem, gunting minion dan lain sebagainya. Pokoknya lengkap. Ciko and the gengs datang ke kumpulan itu. "Esssssss,ada lapak baru nih." Ucap James seraya mengambil sebuah pulpen warna dari meja Geby. Geby langsung menyambar pulpen itu. "Sini,ini pulpen masih baru. Lo mau nyuri? Gue udah buat tandanya didalam. Dan gue bisa tau kalau ini barang gue." Ucapnya lantang. Ciko duduk di meja belakang Devany. Lalu dia tersenyum. "Sebenarnya setiap kasus pencurian dikelas,gak selamanya si pencuri disalahkan. Terkadang si korban yang salah." Ucapnya sehingga semua mata mengarah kepadanya. "Maksud Lo?" Tanya Geby geram. Ciko melompat dari meja itu lalu berjalan kehadapan Geby. "Elo yang ngundang maling ke meja Lo . Seandainya Lo diam-diam aja,mungkin kita gak ada niat buat ngambil barang Lo." Ucap Ciko sambil menunjuk mata Geby dengan telunjuknya. "Dan Lo itu orangnya suka banget nuduh. Jangan karena kita-kita pernah sekali ngambil tipeks Lo,Lo nuduhnya kita mulu." Lanjut James. Geby terdiam. Lalu dia berdiri sambil memukul meja. "MAKANYA, JANGAN PERNAH MENCURI SUPAYA GAK DICURIGAI." Ucapnya kuat dan penuh vokal. Ciko dan James seketika mundur. "Okeh,kita salah. Bye-bye" Ucap Ciko lalu pergi keluar. Geby duduk kembali. Ketika hendak memasukkan alat tulis barunya ke dalam kotak pensil,dia tidak menemukan tipeks serta salah satu pulpen warnanya. "CIKKKKKOOOOOO" Ciko berlari keluar kelas sambil tertawa jahil kearah Geby. Tetapi sewaktu dia hendak menghadap kedepan, Brukk.. "Awwh," seseorang terjatuh kelantai. Dia ditabrak oleh tubuh jangkung milik Ciko. Ciko awalnya hanya diam. Tidak merespon,tetapi hatinya meronta ingin membantu. Devany... Gadis itu membersihkan roknya. Lalu dia berdiri sambil menatap mata Ciko dan berjalan melewati Ciko begitu saja. Ekspresinya begitu dingin. Ciko mematung,dia merasa dadanya sesak. Udah lebih dari dua minggu dia tidak mengganggu Devany,mencubit pipinya,menyontek tugasnya,memakan bekalnya,atau mengatakan 'sayang' sama Devany lagi. Jujur,dia merindukan itu. Ciko menggigit bibirnya sambil menoleh kebelakang. Dia melihat Devany berjalan sedikit pincang. Mata elangnya seketika menajam saat melihat ada bekas luka di betis Devany. "Mmm, itu..." Ucap Ciko begitu pelan. Namun cepat dia sadar kalau dia udah berjanji gak bakalan gangguin Devany lagi. James datang lalu merangkul Ciko. "Geby udah tau kalau Lo yang ngambil tipeks barunya. Hahahaha" ucap James heboh. Ciko hanya menatapnya datar. Lalu ia memberikan tipeks di saku celananya itu kepada James. "Yaudah,balikin ajah." Ucapnya lalu pergi meninggalkan James yang sedang kebingungan. Tak ambil pusing,James yang sama abstraknya sama Ciko berlari ke meja Geby. Dia meletakkan tipeks itu ke dalam laci Geby. "Geby,ini tipeks Lo. Kita gak jadi minjam," ucapnya lalu berjalan keluar. Geby langsung meledak. Dia marah-marah dengan suara kuat. "Minjam Lo bilang? Nyuri bilang aja. Dasar Jamesss" teriakannya melebihi emak-emak lagi nyuruh anaknya mandi. James hanya tersenyum. "Jangan marah-marah entar Lo suka sama gue." Katanya. Tiba-tiba matanya melihat Devany dengan wajah pucat sedang menatap kearah luar seolah menatapnya. James langsung berlari ke kantin. Kediaman kedua Ciko di sekolah. "Cik,ada yang aneh loh." Ucapnya saat menemukan Ciko sedang makan bakso kosong. Ciko menghentikan makannya. Ia menyeruput jusnya lalu menatap James serius. "Apa? Siapa yang aneh? Elo? Kan udah lama." Balasnya lalu Ia melanjutkan makannya kembali. "Enggak, akhir-akhir ini Devany kayak aneh gitu, Lo merasa gak dia jadi berubah. Dia jadi pendiam,gak suka banyak ngomong,sering duduk dikelas. Padahal dia itu dulunya anak yang aktif,suka marah-marah,sering becanda,trus selalu ceria. Lo merasa gitu gak?" Tanya James yang asli membuat Ciko merasa sakit hati. Entahlah,Ciko seperti merasa hatinya begitu rapuh. Dia memakan baksonya seolah tidak peduli. "Ohh,jadi? Maksud Lo ngomong gitu ke gue biar kenapa? Terserah dia mau apa,bukan urusan gue." Balasnya cuek. James membesarkan hidungnya. "Sok banget sih Lo? Sok seterong. Gue tau Lo itu pasti sering juga memperhatikan Devany dalam diam. Lo gak usah bohong. Tadi aja gue ngelihat Lo memperhatikan Devany. Udahlah cik,kurang lama apa gue kenal sama Lo?" James menarik mangkuk bakso itu dari hadapan Ciko. Lalu ia memakannya. Ciko terdiam. Mungkin yang dikatakan oleh James itu benar. Devany memang berubah. Kalau ada jam kosong,dia langsung tidur. Udah jarang juga baca n****+,kenapa yah? "Yaudah. Gue pergi dulu. " Ucapnya sambil menepuk pundak James. James tersedak lalu meminum jus Ciko. "Lo mau kemana? Baksonya gimana?" Tanyanya dengan mata memelas. Ciko menjitak jidatnya James. "Gue yang bayar,udah lo santai aja. Kali-kali disuruh nyuci piring Lo pasrah aja. " Ucapnya lalu berlalu pergi, meninggalkan James yang sedang berpikir keras. "Bu,ini udah dibayar?" Tanyanya sama ibu tukang kantin. "Belum nak," Spontan James menelan bakso dimulutnya. "CIKOOOOOOO...." Flashback off Yah kekgitu ceritanya. Semenjak kejadian itu,gue gak mau lagi bawa gitar kesekolah. Takut entar si Ciko dengan rasa penasaran yang tinggi tiba-tiba malah menggulai gitar gue. Kalau gak salah,ada dua Minggu gue gak ngomongan sama dia. Biarin aja, Udah dulu ya Di. Gue mau bobo siang dulu. Dadah, bye-bye Love, Devany ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN