Malam Didi...
Hari ini gue mau cerita tentang Ciko lagi. Hahahaha,gak ada habis-habisnya yah si Ciko bikin ulah. Mungkin semua guru udah pada angkat tangan sama dia,bahkan Bu Suci sering bilang kalau si Ciko itu biang kerok di kelas. Lo tau? Tadi waktu belajar biologi,dia dihukum naik kursi,trus dia malah kumat Di. Dia ngeletakin buku paket diatas kepalanya. Padahal dia gak seimbang,dan jatuh deh. James sama temen-temen ngangkat dia ke ruang UKS. Kita jadi gak belajar dua les,hihihi..
Pas dia udah sadar,katanya mereka dia malah manggil-manggil nama gue. Trus dia kayak amnesia gitu. Aneh kan? Pas gue datengin dia lagi minum teh manis,trus tiba-tiba mereka semua mendadak nangis. Kayak drama gitu. Ciko yang awalnya onggang-onggang kaki langsung tidur dan membuat kompres di kepalanya. Gue nanya,gimana keadaan dia. Trus dia jawab kalau dia gak ingat apa-apa selain gue. Gue yang ragu-ragu menatap jauh matanya dia. Dan spontan dia ketawa.
Hahahah, setelah itu gue menjitak jidatnya Ciko. Gue tau kalau dia lagi bersandiwara. Trus dia meringis kesakitan dan bilang kalau dia geger otak. Gue ketawa lepas Di,lucu banget ngelihat dia. Yaudah,kita semua masuk kelas. Dan anehnya lagi Di,dia minta gue pegangin. Biar gak jatoh katanya. Disitu,gue inget waktu kita ditilang dan dia bilang dia takut gue jatuh. Jadi,mau gak mau gue pegangin deh tangannya dia. Dia senyuuum mulu. Sama sih kayak gue. Trus kita belajar. Setiap ditanya guru,dia selalu jawab "maaf Bu,saya lagi amnesia sementara. Susah kalau diajak berpikir." Dan membuat kelas langsung ribut. Hahahaha,sumpah Di,dia lucu banget.
Pas pulang sekolah,gue niatnya pulang naik angkot aja. Eh dia nongol mau boncengin gue. Pas gue nolak,dia bilang otaknya bakalan geger. Yaudah,gue naik dan dia ngantarin gue kerumah. Pas dia mau pulang,gue pesanin sama dia biar hati-hati dan jangan ngebut. Gue bilang jangan berantem. Lo tau dia jawab apa? Dia bilang " iya umi... Dadah.." dia melambaikan tangannya lalu pergi. Gue cuma ketawa lepas. Memang dia itu beda dari yang lain.
Oh iya,Lo belum pernah gue ceritain tentang si Ciko yang ngejekin gue karena kaus kaki gue hitam waktu hari Senin kan? Ceritanya kekgini Di..
Flashback on
"Mampus,mati gue. Udah tengah tujuh." Devany berteriak histeris sewaktu sinar matahari mulai menyentuh kulitnya.
Dia langsung menyambar handuknya dan berlari ke kamar mandi. Tanpa waktu lama,dia keluar lalu mengambil pakaian Pramuka.
"Semalaman gue belajar. Sampe-sampe terlambat bangun. Mati gue! Sekarang kan hari Senin?" Devany salah memakai baju. Dia membongkar bajunya kembali lalu memakai seragam putih abu-abu.
"Buku gue," Dia memasukkan segala jenis buku yang ada di meja belajarnya dengan hanya membacanya sekilas. Pulpen, buku-buku,ataupun kertas-kertas dimasukkannya ke dalam tas.
"Siap itu,rambut." Devany menyambar sisir lalu berkaca. Setelah itu dia mengambil sepatunya dan berjalan kebawah.
"Oke siap!" Devany langsung mengunci pintu dan meletakkan kunci itu dibawah pot. Lantas berjalan membuka gerbang. Saat Ia membuka gerbang,dia melihat anak SD lewat lalu menertawakan dirinya.
"Loh kenapa dek?" Tanya Devany keheranan. Dia melihat mulai dari dasi sampai sepatu.
"Sial,gue belum pakai kaus kaki." Devany kembali berlari lagi kerumah. Dia menyambar kunci sampai pot bunga itu terguling dan membuka pintu secepat kilat. Dia berlari keatas. Menuju kamarnya.
"Hari ini kaus kakinya apa yah?" Dia membuka tempat kaus kaki. Yang ada di otaknya hanyalah warna hitam. Kemudian dia mengambilnya lalu memakai kaus kaki hitam. Setelah itu dia memakai sepatu lalu menutup pintu dan gerbang. Dia bergerak seperti ninja.
Devany pergi ke sekolah. Untung saja,saat dia baru memijakkan kakinya di gerbang sekolah,bel berbunyi. Dia berjalan santai menuju kelas. Setiap orang yang dilewatinya selalu menunjukkan ekspresi menahan tawa.
"Mereka kenapa ya?" Devany berjalan saja menuju kelas. Setelah itu dia berjalan menuju lapangan untuk upacara. Upacara dimulai. Devany baris paling depan. Hingga tiba-tiba pak Sholeh,guru BK menepuk pundak Devany.
"Nak,kaus kaki kamu warna hitam. Seharusnya warna putih. Ayo,gabung kebarisan siswa yang melanggar aturan." Bisik pak Soleh tepat di telinga Devany.
Cetaakkk
Devany seperti kena lempar batu. Dia melihat kaku kebawah. Benar! Kaus kakinya berwarna hitam. Dengan wajah merah padam,telinga panas,dan kaki gemetaran dia berjalan mengikuti pak Soleh menuju barisan para persetan. Semua siswa memandang Devany kebingungan.
"Hah? Devany?"
Ciko. Salah satu siswa paling nakal dan terkenal dengan senyumnya yang manis rela menerobos barisan demi melihat Devany yang lagi tertunduk malu.
Devany melihat wajah-wajah para siswa yang melanggar aturan. Semuanya pada sangar. Dan hebatnya lagi,hanya ada tiga cewek di barisan itu. Devany,dan dua cewek lainnya dengan kasus sama. Memakai kaus kaki hitam.
"Psstt... Devany" Seseorang memanggil Devany dari belakang. Devany diam. Dia tetap gak mau bergerak. Dia merasa wajahnya kini begitu panas.
"Ppssttt... Juara kelas." Panggil orang itu lagi. Sontak Devany kayak kesambar petir. Kata-kata 'Juara kelas' itu membuatnya ingin mati langsung. Dia tetap gak bergerak. Saat dia melirik samping kanannya,kedua cewek yang sering masuk BK menatapnya tajam.
"Apa Lo!" Bentak seorang dari mereka. Devany langsung menunduk lagi. Keringatnya langsung menetes seperti embun di pagi hari.
"Awas lo," Tiba-tiba seseorang berjalan dari belakang. Menggeser posisi kedua cewek disamping Devany.
"Ciko?" Devany mendongakkan kepalanya. Dia melihat Ciko lagi berperang mata dengan cewek disampingnya.
"Lo kenapa baris disini?" Tanya Ciko setelah sukses membuat kedua gadis tadi mundur kebelakang.
"Kaus kaki gue hitam." Jawab Devany pelan, nyaris tak terdengar.
"Ohhh..Cuma karna itu doang?" Tanya Ciko lagi.
Devany mengangguk pelan. "Lo kenapa?" Tanyanya dengan mata berkaca-kaca.
Ciko tersenyum. "Wuihhh,banyak. Gak pake dasi,gak pake topi,name tag gak ada, atribut sekolah gak ada,sepatu berwarna merah dan terakhir,kaus kaki hitam." Ciko membisikkan kata-kata terakhir ketelinga Devany. Membuat gadis itu merinding. Kemudian Devany menunduk lagi.
"Kenapa Lo nunduk terus dari tadi? Semangat dong." Ciko memegang pundak Devany dengan senyuman manisnya.
"Gue malu cik," jawab Devany dengan suara parau.
"Kenapa?" Ciko mendekatkan wajahnya ke wajah Devany.
"Karna gue dibarisan siswa yang melanggar aturan." Devany meneteskan air mata.
"Loh,ngapain malu. Seharusnya Lo bangga Dev,gak semua orang masuk barisan ini. Kita orang yang terpilih. Lihat,barisan kita dibedain. Paling belakang dan gak kena panas. Lagipula elo baru sekali ajakan? Gimana kami semua? Udah pelanggan tetap. Selow aja." Ucap Ciko santai. Tak terlihat sedikitpun rasa takut di wajahnya.
Devany tetap menunduk. Hingga upacara selesai dan mereka dihukum. Karena Devany baru sekali melanggar,dia masih diberi teguran. Beda halnya dengan Ciko yang mendapat surat panggilan orangtua.
***
"Hey kaus kaki hitam. Hari ini hari Senin,kaus kakinya warna putih. Hahah" Udah kesekian kalinya Ciko ngejekin Devany dari belakang. Devany yang masih mencoba sabar hanya diam sambil duduk membaca n****+.
"Trus dia tadi kayaknya nangis Cik," kali ini James angkat bicara. Mereka semua tertawa terbahak-bahak.
"Gue gak nyangka,juara kelas bisa juga lupa warna kaus kaki. Padahal gue kira kalau juara kelas itu orangnya teliti gan, ternyata gue salah." Ciko menyindir Devany makin heboh.
"Bener tuh," Sahut yang lainnya.
"Trus tadi dia sempat perang mata sama dua orang cewek anak IPS. Untung gue datang. Kalau enggak,mungkin dia udah nangis pulang kerumahnya. Hahah" Ciko semakin melanjutkan sindirannya.
Devany sudah tak tahan lagi. Dia mengepal tangannya lalu bangkit berdiri.
"Wesss.. Si kaus kaki hitam udah bangkit gan. Mungkin dia bakalan berubah jadi penyihir hitam dengan kaus kaki putih. Hahahaha" ledek Ciko lagi. Kali ini dia membuat suaranya seperti ditakut-takutkan.
"Kaus kaki hitam... Kaus kaki hitam...Kaus kaki hitammm" ledek Ciko dan teman-temannya sambil berjoget-joget. Devany yang meledak pun berjalan menemui Ciko dengan tatapan garang.
"Emang kalau gue pakai kaus kaki hitam,apa masalahnya sama Lo?" Tanya Devany penuh emosi. Ciko dan James hanya bertatapan sebentar,lalu kembali melakukan ulahnya tadi.
"Ciko!" Devany menggebrak meja. Kelas seketika hening.
"Apa masalah Lo?" Tanya Devany penuh penekanan.
"Kaus... Kaki...... Hitam.... Bleeeeeee" Ciko menjulurkan lidahnya mengejek Devany. Devany yang tak kuasa menahan emosinya pun langsung kembali duduk dan menangis. Dia menelungkupkan kepalanya di atas meja. Kemudian dia menangis.
"Mati Lo Cik,Devany udah nangis." James menjitak jidatnya Ciko.
"So? Gue harus gimana?" Tanya Ciko pelan.
"Bujuk dia gih," Bisik James lagi. Dengan sekejap mata teman sekelas memandang mereka. Lalu kearah Devany lagi.
Devany masih menangis. Untung ada Suji yang mencoba menenangkannya. Tiba-tiba Ciko berjalan menuju meja Devany dengan membawa sebotol minuman.
"Ini buat Lo. Jangan menangis lagi yah. Kita cuma bercanda doang kok." Ucap Ciko sembari membuka tutup botol itu dan hendak memberikannya kepada Devany. Hingga James si kembaran alien menyikut lengan Ciko.
"Iya Dev,kita cuma ber..."
Bushhhh
"Hah,apa ini?" Kepala Devany basah karena air dari botol minuman yang ditangannya Ciko tumpah. Air mengalir di permukaan meja Devany,termasuk kepala dan leher Devany. Ciko dan James langsung berpandangan.
"Elo sih," Ciko menyiram James dengan sisa air ditangannya.
"Yah maaf,gue gak sengaja." Ucap James sambil mengelap air diwajahnya. Masih saja mereka lagi berantem, tiba-tiba Devany menggebrak meja.
"CIKOOOOOOO!!!
JAMESSSSSS!!!!!!!
AAAAARRRRGGGHHHHHHHH"
Nah,siap itu gue ganti baju. Untung hari itu ada pelajaran olahraga. Kalau enggak? Yah gitu deh. Semenjak itu,kalau gak salah gue gak mau ngomongin Ciko kurang lebih satu Minggu. Makanya Di. Gue gak nyangka kalau Ciko itu sebenarnya baik. Hanya aja,dia selalu gangguin gue. Kenapa yah? Gue gak tau. Yang jelas gue mau tidur dulu..
Dadah Di...
Love,
Devany
***