Episode 21

1248 Kata
Pagi ini Devany udah bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Dia cuma masak nasi goreng plus ikan mujair goreng kesukaannya. Belum sempat makan, tiba-tiba.. Tin..Tin... Ada suara klekson dari luar. Devany meletakkan kembali sendoknya lalu berjalan membuka gerbang. "Pagi Dev," Seseorang tengah tersenyum manis sembari meletakkan helmnya ditengah-tengah stang motornya. "Ciko? Ngapain Lo kesini?" Tanya Devany terkejut. Ciko turun lalu berjalan mendekati Devany. "Gue mau jemput Lo. Maksudnya, biar kita bareng berangkat ke sekolah. Gue takut akibat belajar semalaman Lo ngantuk,trus ketiduran lagi di angkot." Jelasnya canggung. Devany melipat tangannya. Dia tersenyum mendengar ucapan Ciko yang terdengar aneh. "Gue gak anak kecil lagi Cik,lagi pula Lo dateng cepet banget. Lo udah sarapan?" Tanya Devany lagi. Dia melihat jam mungil yang melingkar di pergelangan tangannya. "Udah,makanya gue langsung kesini." Jawab Ciko cepat. Devany melihatnya ragu-ragu. Ciko datang masih baru jam enam,apa mungkin dia bela-belain bangun jam empat supaya dia bisa jemput Devany? "Yakin udah sarapan?" Tanyanya menyelidik. "Yakin," Jawab Ciko kaku. Kriiiiiikkkkuuukkk... Tiba-tiba terdengar suara musik senam pagi dari dalam perut si Ciko. Devany melihatnya sedangkan Ciko langsung memegang perutnya itu. Dia tersenyum malu. Devany akhirnya geleng-geleng kepala. Merasa lucu banget,tapi apa daya, dia hanya bisa tersenyum menahan tawa. "Yaudah,masuk dulu. Gue juga baru masak tadi. Tapi kalau gak enak yah resiko elolah." Devany masuk gerbang,diikuti Ciko dibelakangnya. Ciko masuk setelah melepaskan sepatunya diluar. Dia mengikuti Devany menuju meja makan. Ada semangkuk nasi goreng dan beberapa potong ikan goreng juga. "Duduk Lo,gue ambilin dulu yah." Devany mempersilahkan Ciko duduk. Kemudian dia mengambil piring lalu menyendok nasi goreng kepiring tersebut. Lalu dia mengambil dua potong ikan goreng dan memberikannya kepada Ciko. "Nah,dimakan. Jangan gak habis. Kalau gak enak resiko." Devany duduk disamping Ciko. Lalu mengambil gelas dan menuangkannya dengan air putih. Ciko yang dari tadi memperhatikan Devany hanyut dalam lamunan singkatnya. Dia tersenyum gila lalu memandangi Devany seperti om-om genit. "Ciko,Lo yang buat doa. Elokan cowok sekaligus Abang angkat gue." Devany menengadahkan tangan. Lalu menunduk menunggu Ciko memimpin doa. "Apa?" Ciko terkejut. Membuat Devany menatapnya garang. Untung Ciko hafal doa makan. Dia pun berdoa lalu menyantap makanan itu. "Wahhh,enak banget Dev. Kayak masakan mama gue. Ini elo yang masak?" Tanyanya sambil mengunyah nasi goreng dimulutnya. "Iya,udah lama sih. Gue masak sendiri. Gue juga bisa masak gulai,sambal,rendang,trus numis atau nyemur." Ucap Devany sambil meneguk air putih. Ciko berdecak kagum. Dia gak nyangka kalau Devany memang hebat. Udah pintar di kelas,pintar juga masak. Memang,calon istri idaman banget. "Kalau gitu bisa dong,elo bawain gue sarapan tiap hari. Biar gue cepet-cepet jemput Lo," ucap Ciko sambil meneguk air putih. Devany pun tersenyum. "Gak mau." Ucapnya dengan ekspresi jahil. "Kenapa?" Tanya Ciko. Dia menyantap makanan itu dengan lahap. Hingga yang tersisa hanyalah duri-duri ikan di piringnya. "Emang gue istri Lo? Yaudah ah, cepetan. Nanti kita terlambat." Devany menyilangkan sendoknya,menunggu Ciko meminum habis air putih itu. Lalu dia meletakkan piring mereka di wastafel. "Yuk," Ajak Devany. Mereka berjalan menuju gerbang lalu berangkat ke sekolah. *** Sepanjang perjalanan,tak ada perbincangan diantara mereka. Yang terdengar hanyalah suara keramaian pagi dan angin berhembus yang melewati telinga mereka. Hingga Ciko melirik Devany. "Dev,Lo masih inget gak? Sewaktu Lo pernah nangis di kelas? Gara-gara gue?" Ciko melirik Devany sekilas dari spion. "Yang mana? Kan elo memang sering buat gue nangis. Kasus ketek kuning? Tali gitar putus? Atau saat Lo ngejekin gue karena kaus kaki gue hitam waktu hari Senin?" Devany menjabarkan semua garis besar dari kenakalan Ciko kepadanya selama ini. "Yaelah,inget semua yah Dev? Heran gue. Bukan itu semua,waktu gue niat ngerjain Bu Endang. Ternyata yang kena malah elo. Hahahaha" Ciko ketawa kayak penjahat siap ngerampok putri duyung. Devany memukul bahu Ciko keras karena sebel. "Oohhh,waktu itu....." Flashback on "Woyy,woy, geser semuanya. Gue mau ngelakuin ekperimen yang bakalan membuat Lo semua takjub sama gue." Ciko berteriak heboh saat memasuki kelas. Dia sama komplotan James berniat buat masalah biar Bu Endang gak masuk kelas . Ciko berjalan menuju meja guru. Dia membawa ember berisi air bekas pengepelan. Lalu tali panjang dan besar,serta sebuah batu bata. Mau dibuat apa yah sama dia? "Mau ngapain Ciko?" Tanya Devany menerobos kerumunan siswa di mejanya. "Entah,paling mau mandi air tujuh rupa. Penghilang sial," Jawab Suji santai lalu berjalan menuju mejanya. Devany hanya membentuk bibirnya bulat. Semua siswa lagi sibuk berkumpul di meja Ciko. Sampai-sampai mereka gak denger ada siswa kelas lain yang mengetuk pintu lalu memanggil-manggil mereka. Untung saja Devany melihatnya,akhirnya dia menemui siswa itu. "Ada perlu apa ya kak?" Tanya Devany lembut. "Disuruh panggilin Devany datang menjumpai Bu Endang. Ada tugas," jelasnya kepada Devany. "Gue sendiri. Ibu itu gak masuk?" Tanya Devany sembari mengikuti cowok tadi. "Gak tau, kayaknya sih enggak. Kalian mau dikasih tugas." "Ohhhh," ??? "Nah caranya ember yang udah kita ikat tadi talinya kita masukin ke ventilasi pintu kelas trus kita pegang. Setelah itu,embernya kita tahan sama batu tadi. Nah,pas guru masuk,kita tinggal tarik talinya,dan..... Ember bakalan jatuh dan guru kita marah-marah serta gak masuk kelas." Ucap Ciko seperti sedang presentasi di depan dosen mau nyusun skripsi. "Horeeee" Semua siswa sekelas berteriak kegirangan. Mereka menutup pintu lalu duduk kekursinya masing-masing. Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu dari luar. "Loh,kok pintunya tertutup? Mereka lagi belajar atau ada guru masuk?" Devany memegang kenop pintu lalu membukanya. "Satu,dua,tiga..." Buuurrrr... Ciko menarik tali itu sehingga embernya miring dan airnya tumpah. Seketika mereka heboh,tetapi karena targetnya salah sasaran,kelas mendadak hening kayak kuburan. "Apaan ini?" Devany melihat sekujur tubuhnya yang basah. Ditambah bau air bekas pengepelan yang membuat emosinya mendadak meletus. Kelas hening. "ULAH SIAPA INI??? HA??" Devany berjalan sambil membanting buku bertuliskan biologi itu ke meja guru. Kemudian matanya menangkap basah seorang cowok jangkung yang sedang tersenyum gila sambil memegang seutas tali yang terhubung ember diatas ventilasi. "JANGAN BILANG INI ULAH LO," Devany berjalan menuju cowok tadi. "Gue kira elo Bu Endang. Makanya gue tarik talinya,hehehe" Udah buat kesalahan masih sempat-sempatnya lagi dia ketawa. "CIKOOOOOOO!!!!" Devany spontan meninju wajah Ciko. Waktu seakan diperlambat! Devany dengan wajah garang penuh emosi itu,dengan gigi macam mau keluar dan mata seperti mata serigala, sedang mengepal tangannya dan diarahkan kepada si penerima. Ciko,yang lagi tersenyum sambil memegang seutas tali mendadak berputar karena wajahnya ditinju oleh Devany. Mulutnya miring dan matanya menyipit. Kepalanya berputar searah dengan pukulan tangan Devany. Brukk Ciko langsung tumbang! Matanya tertutup dengan hidung yang mulai mengeluarkan cairan merah. Sedangkan Devany,masih mengatur nafasnya pasca peristiwa itu. Semua siswa tegangan. Mereka melihat Devany lalu Ciko secara bersamaan. Devany yang kelihatannya gak peduli malah berjalan ke meja guru. "Kerjain halaman 45 di buku tugas. Semuanya wajib dikumpul hari ini,dan kepada saudaranya Ciko,harap bawa mahkluk ini ke ruang UKS. Terima kasih." Ucap Devany santai lalu dia duduk di kursinya dalam keadaan basah kuyup. Semua siswa langsung heboh mengerjakan tugas. Sedangkan James berlari seperti PMR mengangkat Ciko keruang UKS. Sungguh ajaibnya! Flashback off "Hahahaha,siap itu elo di tahan di ruang BK. Dan gue besoknya gak sekolah karena masuk angin. Hahahaha" Devany menyelesaikan ceritanya. Mereka berdua asik tertawa. Begitupula Ciko. Setiap mengingat kejadian itu,dia pasti selalu tertawa. Lucu rasanya ngingat waktu Devany nonjok mukanya dia. "Habis pukulan Lo kayak Hulk sih," Ciko menoleh kearah Devany. Dia membuat wajahnya seperti anak-anak yang jengkel karena tidak dibelikan mobil-mobilan. Devany hanya tertawa,ia memukul bahu Ciko pelan. "Kan yang salah elo. Coba Lo gak kayak gitu,mana mungkin gue nonjok Lo. Gue udah emosi pulak." Devany mulai sebel. "Iyah,gue salah. Cuma elo jadi tau rasanya mandi air pel, sedangkan gue tau rasanya ditonjok sama Juara kelas. Hebat sekali. Hahah" Ciko kembali tertawa terbahak-bahak. Sedangkan Devany, lama-kelamaan terukir sebuah senyuman indah di bibirnya. Dan semenjak itu juga,Lo jadi sering gangguin gue. Dasar Ciko... ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN