The Sixth Diary

1266 Kata
Malam Didi... Didi sayanggggggggg,gue baaahaagggiiiaaaa banget. Tadi gue ketiduran di angkot. Trus gue digangguin sama dua orang cowok. Untung Ciko datang. Dia nyelametin gue trus helmnya hilang. Pas kita lagi jalan, motornya kena tilang. Gue tau dia apes banget,tapi dia gak pernah marah sama gue,dia tetap tersenyum dan bahkan nganterin gue sampai kerumah. Oh iya,Lo tau? Gue ditembak jadi adik angkatnya. Gue terima. Trus tadi waktu di sekolah, sewaktu istirahat gue kegerbang sekolah. Bener kata orang,Ciko melukis besar-besar nama gue sama dia kalau kita udah pacaran. Sumpah! Gue gak tau jalan pikiran Ciko. Tapi,gue juga lucu ngelihat dia. Semenjak satu Minggu ini gue ngerasa hidup gue lebih berwarna. Jujur,gue nyaman deket dia. Udah dulu yah,gue mau ngerjain tugas. Met malam Didi.. Dan selamat malam juga mmmmm,Ciko.. Love Devany ??? Drttt.. Devany yang sedang mengerjakan tugas langsung menoleh kepada handphonenya. "Ciko? Ngapain dia ngubungin gue malam-malam begini?" Devany meletakkan handphone itu di samping telinganya. "Halo!" "Halo adik angkat gue,udah mandi belum? Kayaknya sih udah,soalnya kecium wangi sampai kesini." Devany berjalan menuju kasurnya,lalu dia membaringkan tubuhnya. "Udah. Mau ngomong apa sih?" "Gue cuma mau nanya,pr biologi halaman berapa?" "Halaman 78 sampai 84 diringkas trus latihan 9.2 dikerjakan." "Oohh,begitu yah? Mmmm, kayaknya Lo udah bisa deh hati-hati sama gue. Soalnya gue udah mau serius belajar. Gue yakin,tahun ini gue bakalan dapet tiga besar." Devany tersenyum. "Yakin Lo? Lo mau geser siapa emang?" "Yang pasti bukan elolah. Masa gue geser adik gue sendiri? Ya enggaklah. Gue mau geser Suji ajah. Tapi, setelah gue pikir-pikir Suji itu sahabat adik gue. Gue gak tega,jadi gue niat geser Reiza aja. Juara tiga gak papa toh?" Devany tertawa kecil. "Siapa takut! Berarti mulai besok kita saingan aja yah?" "Iya,kita saingan. Tapi cuma pas pelajaran doang. Tapi,gue bisa nanya-nanya sesuatu sama Lo kan?" "Iya,bisalah." "Kalau minta Lo selalu ada disamping gue?" "Ngaco," "Kalau minta Lo selalu jadi adik angkat gue?" "Tergantung waktu." "Kalau minta Lo jadi pacar gue?" Devany seketika nervous! Pertanyaan Ciko membuatnyaselalu merasa kaku dan canggung. "Halo... Halo... Masih ada Devany?" "Oh iya,ada. Lo udah siap tugas biologi? Kalau belum,siapkan gih,besok biar gak dihukum." "Elo belum jawab pertanyaan gue. Tapi gak papa,gue cuma bercanda. Pemanasan doang. Elo lagi sendiri pasti," "Iya,kok tau?" "Ya iyalah,kak Chintya belum libur. Otomatis Lo sendiri dikamar,hahahah. Gue tau karena gue lagi ada didepan rumah Lo. Dan dari tadi gak ada yang nyahut." Devany berlari kearah jendela. Dia membuka gorden lalu melihat seorang cowok diatas sebuah ninja sedang memegang handphonenya dan tidak lupa melambaikan tangan kearah Devany. "Mampus gue,ngapain sih dia?" Devany berjalan kebawah lalu membuka pintu rumah dan berjalan membuka gerbang rumahnya. "Tunggu! Lo mau bukain gerbang?" "Ya iyalah," Devany mampu mendengar suara Ciko dari luar sana. "Jangan dibuka,gue cuma mau ngecek keadaan Lo aja. Ini juga mau pulang." Devany mengerutkan keningnya. Tadi dia bilang dia diluar,memang sih dia gak nyuruh Devany membuka gerbang. "Jadi,Lo maunya apa?" Devany menaikkan nada suaranya. Dia agak sebel karena Ciko sering banget konyol. "Yah gak mau apa-apa. Video call yuk." Gila nih orang. Jarak berdekatan,hanya dibatasi sebuah gerbang tiba-tiba minta Vc-an. Dasar! "Mau ngapain? Yaudah,gue buka aja yah?" Devany mulai membuka kunci gerbangnya. "Enggak,jangan. Gue gak mau ganggu Lo. Lo tau sendiri'kan kalau Lo itu cewek,tinggal sendiri. Jadi nanti kalau Lo nerima tamu malam-malam,gue takut Lo disangkain cewek gak bener. Tiba-tiba terdengar kasus ke bos Lo,gue gak mau Lo dianggap buruk sama mereka." Devany terdiam. Entah kenapa dia merasa begitu sangat amat nyaman banget sama Ciko. Dia tersenyum lalu menutup gembok itu lagi. "Yaudah,kita video call aja. Tapi,gue dimana?" "Dikamar Lo aja. Disini banyak nyamuk,gue bisa jagain Lo dari cowok nakal. Tapi beda halnya dari nyamuk,masuk aja." Devany menurut. Dia masuk rumah lalu berlari menuju kamarnya. "Udah,gue udah dikamar gue." "Yaudah,gue matiin yah." Ciko mematikan telponannya. Tak berapa detik dia kembali menghubungi lewat video call. Devany mengangkatnya. Tampaklah wajah Ciko dari gadgetnya itu. "Halo cantik,widihh... Adik gue manis banget kalau lagi malam. Kayak putri kahyangan aja." Ucap Ciko tersenyum lebar. Dia lagi ngerapiin rambutnya. Devany pun ikut tersenyum. "Gue gak manis," Ucapnya bernada manja. Ciko mengernyitkan dahinya. "Lantas apa? Cantik? Udah biasa." "Gue ngangenin. Hhhahahaha" Dia tertawa lepas. Cikopun merasa takjub . "Gue bakalan masang muka gila gue,siap itu elo juga yah.." Ucapnya lalu dia memasang ekspresi gila yang membuat Devany sedikit terkejut.  "Hahahah....Serem banget." Devany bergidik ngeri. Kemudian dia memasang wajah termanisnya.  "Ini punya gue... Bisa apa Lo? Hahahah..." Devany kembali tertawa. Cikopun tersenyum lalu mengangkat tangan kirinya. "Up gan,nyerah gue. Lo ternyata benar-benar ngangenin. Gue baru sadar." Ucap Ciko bercanda. Devany kembali tertawa. "Udah dulu yah,gue ngantuk. Whoaaemmmm" Devany menguap. "Widihh... Besar banget mangap Lo. Kayak buaya lagi jemuran pagi. Hahahaha," Ciko tertawa terbahak-bahak. Devany hanya tersenyum. "Yaudah,gue bobo dulu yah." Ucapnya. "Siapa yang nutup?" Tanya Devany lagi. "Elo aja deh,"Jawab Ciko. Devany berjalan menuju meja belajarnya. "Lo aja deh Cik,kan elo yang ngubungin gue." Sanggah Devany. "Lo ajah deh,elokan adik gue." Ciko mencari alasan lainnya. Membuat Devany berdecak kesal. "Yaudah,kita matiin bareng-bareng ya. Satu,dua,tiga.." Devany hendak menekan tombol merah. Tetapi ia tidak melakukannya. "Loh,kok gak dimatiin?" Tanya Ciko yang wajahnya masih terpampang jelas di handphonenya Devany. "Elo juga gak matiin kan?" Devany mulai sebel. Sedangkan Ciko cuma terkekeh geli. "Yaudah,gue hitung ya? Satu,dua,ti....." Ciko memperlama hitungan ketiganya. "Cepet bilangnya," Ucap Devany gak sabar. "Tiga. Dadah Devany," "Dadah," Devany langsung menekan tombol merah. Kemudian dia merebahkan tubuhnya keatas kasur dan mematikan lampu. Hingga dia tersadar kalau Ciko masih diluar. "HAH! CIKOOOOOOO?" Dia langsung berlari ke deket jendela. Dan benar,Ciko masih belum pulang. Dengan langkah emosi Devany menyambar handphonenya lalu menelepon Ciko. "Halo,Ciko Lo pulang napa!" Seru Devany kuat, sepertinya dia lagi marah. "Yaudah,Lo tidur aja. Gue bakalan disini jagain Lo." "Pulang dong,gue khawatir sama Lo. Kalau Lo gak pulang,gue bakalan marah lagi sama Lo. Bener ya,gue marah." Ancam Devany penuh penekanan. Ciko melihat kearah Devany. Lalu melambaikan tangannya lagi. "Motor Lo udah balik? Kapan?" Tanya Devany. "Oh iya,tadi. Waktu pulang ke rumah gue dimarahi sama papa,trus kita ambil deh. Setelah itu gue kangen sama adik angkat gue. Yaudah,gue datengin kerumahnya. Tamat," Devany menarik nafas lega. Dia memiringkan kepalanya lalu tersenyum manis. "Makasih banget yah,buat hari ini. Lo udah ngajarin gue satu hal." "Iya. Hah? Emang gue ngajarin Lo apaan? Dari tadi kita gak ada buka buku deh. Hahahaha" Devany ikut tertawa lepas. Dia memegang gorden itu lalu bersandar di sisi jendela. "Lo udah ngajarin gue betapa pentingnya membuat seseorang itu tersenyum. Gue gak pernah sadar,hari ini udah berapa kali gue tersenyum karena Lo. Dan akhirnya gue juga ngerti Cik,membuat orang lain bisa tersenyum adalah hal yang paling membahagiakan." Ucapnya seperti seorang penyair. Ciko masih memperhatikan Devany dari motornya. Dia tersenyum dan mendekatkan handphonenya ke dekat mulutnya. "Lo salah Dev,bukan gue yang ngajarin Lo semua itu. Tetapi waktu. Waktu yang memperbolehkan kita saling mengenal dan waktu juga yang mempersilahkan kita bisa saling merindukan. Eh,kok kita jadi kayak adegan di n****+-n****+ romantis gitu yah? Gue canggung nih," Ciko menggaruk kepalanya sambil tersenyum malu. Sedangkan Devany malah tertawa. "Yaudah,Lo pulang gih. Biar gue tidur. Lagipula Lo butuh istirahat. Lo udah capek banget hari ini. Bisa gak,Lo pulang? Trus tidur?" Pinta Devany dengan sangat. Ciko tampaknya lagi berpikir. Dia menunduk lalu melihat Devany lagi. "Okelah,gue pulang. Tapi ingat yah,mulai besok Lo jadi adik angkat gue. Gue bakalan ada disamping Lo,nemani Lo,jagain Lo, nyubit pipi Lo,ngacakin rambut Lo,dan terakhir sebangku sama Lo." Ucap Ciko gak pake titik koma "Iya. Udah deh,Lo pulang sana." Devany menggerakkan tangannya. Ciko langsung menutup telpon lalu menyalakan ninjanya. Dia sempat melambai setelah itu pergi. Meninggalkan Devany yang masih berdiri dibalik kaca jendela sambil tersenyum manis. "Dasar Ciko... Tunggu! Apa tadi dia bilang sebangku sama gue? OMG!! CIKOOOOOOO!!!" ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN