Episode 20

1618 Kata
"DEV..." Mmmmmmm Devany mengigau. Kemudian dia membuka matanya lambat. "Cikoo," Ucapnya lemah. "Dev,Lo.." Ciko langsung memeluk Devany. Dia tertawa bahagia lalu membantu Devany duduk,kemudian memeluknya kembali. "Ciko,kok Lo bisa datang kesini?" Tanya Devany masih dalam keadaan lemas. Ciko melepaskan pelukannya. Ada sedikit air mata tumpah di pipinya. Sedangkan Devany menatapnya sayu. "Lo nangis?" Kata Devany menahan tawa. Ciko yang tersadar spontan mengucek-ucek wajahnya,kemudian tersenyum. "Enggak,gue tadi ngantuk aja. Trus menguap,biar cuci muka sekalian. Hahahaha" Ciko terkekeh kecil. "Mana mereka? Udah pergi?" Tanya Devany sembari mencari-cari kedua cowok tadi. Ciko masih menatap lekat-lekat wajah Devany,dia tersenyum bahagia. Matanya elangnya yang tajam melihat wajah Devany intens. "Sini,gue bantu berdiri." Ciko mengulurkan tangannya membantu Devany bangkit. Devany pun berdiri,tetapi kepalanya masih terasa pusing dan, "Wooppp,untung gue tahan." Ciko menahan bahu Devany yang hampir terjatuh. Kini Devany berada di rangkulan Ciko,sedangkan Ciko melihat pipi Devany dari samping. Waktu seakan diperlambat,dan mata mereka bertemu. "Makasih," Devany berdiri seimbang. Ciko menuntun Devany menuju motornya. Kemudian dia berjalan mencari helmnya tadi. "Loh,kemana helm gue?" Ciko mencari helm yang tidak ada di ninjanya. "Kenapa? Helm Lo hilang? Kok bisa?" Kata Devany sambil memijat kepalanya yang pusing. Ciko mengangguk pelan. Matanya langsung liar mencari kesana-kemari dimanakah helmnya berada. Tapi nihil,hasilnya sama aja. Dia tetap tidak menemukan helmnya itu. "Tadi gue lempar kemana yah?" Ciko menggaruk kepalanya sambil berpikir keras. Dia berjalan mengikuti arah mereka tadi sewaktu berkelahi. Dan ternyata,ada sungai dibawah. "Sial!" Umpat Ciko karena tahu helmnya pasti udah jatuh kebawah sana. "Gimana? Dapet?" Tanya Devany dari kejauhan. Ciko mencoba meredakan emosinya. Kemudian dia berjalan kearah Devany. "Enggak, mungkin udah kinter dibawa kali." Ucapnya lalu menyalakan ninjanya. Dia menyuruh Devany naik. "Jadi,kalau nanti kita ditilang gimana?" Tanya Devany sembari merapikan duduknya. Ciko menatap lurus. Matanya yang tajam tapi begitu meluluhkan membuat Devany diam. "Gak papa,asalkan elo selamat. Tapi tunggu dulu,Lo gak papa?' Ciko membalikkan badannya,sehingga mereka saling bertatapan kembali. "Enggak,tadi gue didorong,trus dijambak. Untung Lo dateng. Dan gue gak sadar apa yang terjadi selanjutnya." Devany menghela nafas berat. "Kok bisa Lo sampai sini?" Tanya Ciko lagi. Devany menunduk. Dia begitu malu kalau Ciko tau dia ketiduran dan gak tau jalan ini. "Kenapa Dev? Lo ketiduran di angkot? Atau Lo nyasar?" Tanya Ciko yang membuat Devany sedikit terlonjak. Kemudian dia menunduk lagi. "Iyah,gue ketiduran. Trus nyasar dan gue turun tanpa tau gue dimana." Jawabnya dengan suara pelan, nyaris tak terdengar. Ciko seketika terkekeh geli. Kok bisa seorang Devany yang terkenal karena keuletan serta kepintarannya malah nyasar disini? Ketiduran pulak itu. "Oohhh,kenapa Lo gak nelpon gue?" Tanya Ciko sambil tersenyum menyelidik. Devany ba-bi-bu. "Itu,apa,gue,itu," "Kenapa?" Karena Ciko menaikkan salah satu alisnya dan tersenyum jahil, akhirnya devany nyerah. "Sebenarnya tadi gue udah sempet nelpon Lo. Tiba-tiba handphone gue mati,karena lowbat." Jawabnya malu-malu. Ciko kembali tertawa. Kemudian dia mencubit pipi Devany. "Untung gue kebetulan lagi nongkrong di sini. Tiba-tiba perasaan gue maksa gue untuk cepat balik kerumah,ehh ternyata gue ngelihat elo dipinggir jalan lagi ditarik-tarik sama cowok. Yah gue langsung turun lah." Ucap Ciko antusias. Kemudian dia berbalik. "Sekali lagi,jangan ketiduran di angkot. Kalau nyasar,jangan malu untuk bertanya. Kalau diganggu sama cowok nakal kekgitu,Lo tinggal tunjang aja k*********a. Pasti langsung ka'o." Ciko melirik Devany sambil menyalakan ninjanya. Devany hanya menganggukkan kepala. Dia begitu bahagia. Akhirnya merekapun pulang. Ninja itu membelah jalanan raya. Ciko yang waspada ada razia selalu melihat setiap sudut jalan. Hingga kesialan kesekian kalinya pun terjadi. Pritt.. "Kemari kalian." Seorang pria dengan pakaian polisi lengkap dengan kain warna hijau dilengannya membunyikan peluit saat melihat Ciko dan Devany berboncengan. "Aduh Cik,gimana dong?" Tanya Devany panik. Ciko hanya meliriknya. Kemudian dia menuju kearah polisi tadi. "Gak papa,paling motor gue disita. Trus gue nyuruh nyokap gue aja yang ngambil." Ucap Ciko santai. "Trus,kita dipenjara?" Tanya Devany lebih panik. Ciko terkekeh geli melihat tingkah laku Devany. "Ya enggaklah. Udah,Lo santai aja. Kan ada gue disini," Ciko mengedipkan mata kanannya. "Kalian tau apa kesalahan kalian?" Tanya polisi tersebut. Devany dan Ciko turun. Ciko menghadap polisi tadi santai,sedangkan Devany memegang erat baju belakang Ciko. "Iya pak,kita gak pake helm." Jawab Ciko sopan. "Ada surat-surat lengkap? Tunjukkan pada saya!" Perintah polisi tersebut. Ciko mengeluarkan dompetnya dan memberi surat-surat yang diminta. Devany yang masih panik,memegang erat seragam sekolah Ciko.Dan Ciko yang tau kalau Devany benar-benar takut, melihatnya kebelakang,lalu melihat tangan Devany dan melepaskannya. Menggantinya dengan menggenggam tangan Devany. "Lo tenang dikit napa. Jangan buat gue cemas karna Lo." Bisik Ciko ketelinga Devany. Polisi tadi melihat mereka berdua yang lagi bisik-bisik dan saling berpegangan tangan. "Ehemm,ini kalian pacaran?" Tanyanya. Ciko dan Devany langsung melihat polisi itu. "Iya pak," "Enggak,pak" Jawab mereka bersamaan. Ciko mengangguk sedangkan Devany menggeleng. Kemudian mereka kembali bertatapan. "Kenapa pegang-pegang tangan?" Tanya polisi itu. "Biar gak jatuh pak." Jawab Ciko cepat. Devany melihatnya lemas. Pak polisi itu memberikan surat-surat tadi lalu mengeluarkan sebuah buku. Kemudian menulis sesuatu. "Kalian ini sudah tau peraturan lalu lintas bukan? Helm itu dipakai supaya kalian aman. Biar kalau jatuh gak fatal akibatnya,trus gak usah pegang-pegangan. Motor ini bapak bawa,kalian yang akan menebus kesalahan kalian dikantor." Ucapnya lalu memberikan secarik kertas dan membawa motor itu. Meninggalkan Devany yang masih terpaku panik dan Ciko yang terlihat santai seperti tidak terjadi apa-apa. "Tunggu bentar ya," Kemudian Ciko dengan santai membelikan minuman dan diberinya kepada Devany. Devany pun meminumnya,setelah itu Ciko melihat kearah jalanan raya. "Yaudah,kita naik angkot aja." Ciko menarik tangan Devany lalu berjalan kepinggir jalan. Ketempat dimana mereka bisa menunggu angkot. Beberapa menit kemudian sebuah angkot lewat. "Bang," Ciko mengacungkan jempolnya lalu menyuruh Devany naik deluan. Setelah itu,dia naik dan duduk tepat disamping Devany. "Maaf ya Cik,karena gue,Lo kena banyak masalah." Ucap Devany sambil memutar-mutar botol minuman ditangannya. Ciko melihat tangan Devany,lalu matanya. "Gak papa loh Dev,malahan gue seneng bisa menjadi salah satu bagian dalam satu hari Lo." Ucap Ciko tersenyum. Devany menatap mata Ciko. Matanya mulai berkaca-kaca. "Elo mau nangis? Jangan dong,gue gak kuat." Bisik Ciko. Senyumnya langsung hilang ketika Devany mengusap air matanya yang sempat terjatuh. "Enggak,gue bahagia aja. Baru kali ini ada orang yang peduli banget sama gue." Devany mencoba tersenyum meskipun bibirnya masih bergetar. Ciko menggenggam tangan Devany lalu menatapnya lembut. Alamak,baru kali ini nekad kali si Ciko! "Gue enggak peduli sama Lo. Tapi gue sayang. Eh,maksudnya gue itu anu,apa yah? Itu,maksud gue,kimia,eh,biologi,eh,Bu Suci,eh,gatau deh," Ciko langsung melepaskan tangannya. Dia jadi salah tingkah sendiri karena keceplosan ngomong. "Hahahah,Lo lucu deh," Devany tertawa lepas. Ciko yang melihat Devany tertawa lepas buat pertama kalinya seketika terkesima. Baru kali ini Devany tertawa bahagia. Di mata Ciko,Devany jauh lebih cantik kalau dia tertawa atau lagi tersenyum. "Iya? Gue lucu? Makasih ya,Lo orang pertama yang bilang itu." Ucap Ciko pura-pura sedih. Devany berhenti tertawa,dia memasang ekspresi serius."Emang selama ini orang-orang bilang Lo apaan?" Tanyanya. Ciko lama melihat Devany. Entah apa juga yang akan dikatakannya. "Banyak yang bilang,kalau gue itu...." "Apa?" "Gue itu" "Kenapa?" "Gue itu," "CIKOOOOOOO..." "Ganteng. Hahahah" Ciko mencolek hidung Devany sambil tertawa jahil. Devany pun ikutan tertawa. Mereka tertawa bersamaan,tak memperdulikan orang-orang di angkot yang memandang aneh mereka. Setelah itu,mereka sama-sama diam. Tak berapa lama mereka sampai di gang rumah Devany. Ciko turun deluan lalu membayarkan ongkos mereka. Sewaktu Devany turun,Ciko mengulurkan tangannya. Dan sewaktu Devany mau bayar ongkos, "Udah gue bayar. Kita pulang aja sekarang." Ucap Ciko. "Loh,kok elo yang bayarin terus sih? Kalau gitu,ini gantinya." Devany memberikan uang dua puluh ribu. Ciko hanya memandang uang itu lalu tersenyum. "Ini,gue udah ngerepotin elo banyak banget." Paksa Devany, tetapi Ciko tetap gak ngomong dan gak nerima. "Lo kenapa sih? Senyum mulu,Lo marah sama gue?" Tanya Devany dengan suara canggung. Ciko menggeleng. "Enggak,gue gak mau nerima uang Lo sebagai tanda gue nerima makasih Lo." Ucapnya sambil berjalan tepat didepan Devany. "Jadi maunya apa?" Devany mengerutkan keningnya. "Gue mau Lo jadi...." Bisik Ciko sampai bulu kuduk Devany merinding. "Jadi apa?" Jantung Devany berdegup kencang. Dia menahan nafas supaya tidak kelihatan. "Jadi," Ciko mendekatkan wajahnya. Devany semakin jantungan gak karuan. Badannya tiba-tiba panas tinggi dan matanya seakan mau keluar. "Apa Ciko?" "Jadi... "Iihhh,gue pulang deh..." Devany yang pura-pura marah hendak berjalan. "Iyah,Iyah.. jadi adik angkat gue." Ucap Ciko sembari menahan tangan Devany. Devany langsung terpaku! Adik angkat? Maksudnya jadi adik angkat Ciko gitu? "Kenapa?" Tanya Devany keheranan. "Yah biar elo jadi adik gue,biar gue jagain,biar gue ada status memperhatikan serta berada di samping Lo." Jawab Ciko kaku. Devany tersenyum. Dia menganggukkan kepalanya setuju. Ciko pun spontan berteriak kegirangan. Karena bahagianya dia jadi pengen meluk Devany. "Eittsss,adek angkat Lo. Bukan pacar," Devany menepis tangan Ciko. "Hehehehe... Maaf,saya khilaf. Hahah" Ciko tertawa. Mereka berjalan menuju rumah Devany. Ciko masih asik senyum aja. "Oh iya,tadi elo gak pa-pa? Gak ada yang terkilir kan? Waktu berantem?" Devany membuka percakapan. Dia berhenti ketika sudah berada didepan gerbangnya. "Enggak. Kalau masalah berantem gue selalu menang Dev. Paling-paling cowok tadi yang terkilir atau patah tulang. Hehehehe" Ucap Ciko melebih-lebihkan. Devany mulai canggung, kehabisan kata-kata. "Yaudah,gue pulang deluan. Lo gak mampir? Nanti pulangnya gimana?" Devany mulai panik lagi. "Gue seneng kalau Lo nanyain gue kayak gitu. Santai aja,banyak temen kok sekitar sini. Enggak usah,gue pulang aja. Lo istirahat langsung yah,yaudah gue pulang." Ciko juga ikut salah tingkah. Mau pulang,tapi kayak mau ngomong lama. Tapi ngomong gak tau apa lagi,sama halnya dengan Devany. "Oh,makasih banyak ya. Gue masuk dulu." Devany berjalan memasuki gerbang. "Tu..Tunggu Dev,gue ada salam perpisahan." Panggil Ciko sehingga Devany kembali mundur. "Salam perpisahan gimana?" "Kalau kita mau pisah,atau pulang. Kita harus ngelakuin salam perpisahan. Cuma gini aja. Kita salaman,trus TOS,trus saling colek hidung kayak di film kuch kuch hotahai. Bisakan?" Jelas Ciko ragu. Devany mengangguk setuju. Ciko yang seperti terkena serangan jantung karena ide konyolnya diterima langsung terbelalak gak percaya. Mereka melakukan salam itu. Lalu Devany masuk, meninggalkan Ciko yang masih mabuk akan kebahagiaan. "Love you Dev," Ciko memandangi rumah itu lalu berjalan pulang. Dia melompat dan terkadang menari ballet,bahkan memeluk tiang listrik yang ada di gang itu. Bahagianya... ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN