Hari Senin. Suasana di sekolah Devany lagi hening banget. Soalnya semua orang lagi upacara bendera. Devany berbaris paling depan. Disampingnya ada Suji, dibelakang ada Nessa. Semua siswa lagi mengulang kembali pembacaan Pancasila oleh pembina upacara.
Upacara berjalan dengan lancar. Setelah bubar barisan,Devany baru sadar kalau Ciko gak ada di barisan. Dia berjalan kekelas,namun si perusuh kelas itu juga gak ada disana. Entah kenapa dia merasa kecarian,Ciko seolah sudah menjadi sesuatu yang Devany ingin lihat pagi ini.
"Devany,Devany,Dee...Va... Ny...!!" Seru Suji di bangkunya karena Devany dari tadi gak ada menggubris perkataan Suji. Devany spontan tersadar.
"Apaan sih Ji?" Tanya Devany marah karena Suji berteriak tepat di samping telinganya.
"Lo sih,dari tadi gue cerita,jawaban Lo cuma mm,oh,iya, itu aja. Trus gue bilang awas ada taik ayam Lo malah tersenyum trus Lo pijak. Kenapa sih Lo? Tumben banget melamun. Gak ada pikiran apah?" Celoteh Suji tanpa titik atau koma. Devany menarik nafas dalam-dalam.
"Iya,gue minta maaf. APA? Gue mijak kotoran? Temani gue ke toilet dong, mumpung belum dateng guru. Plis Suji," Pinta Devany dengan mata super puppy-nya yang meluluhkan hati.
Suji yang lagi sebel melipat kedua tangannya dengan ekspresi kecut,tapi bagaimanapun juga dia yang bakalan kena imbas kalau Devany teman sebangkunya mijak kotoran. Baunya itu loh,mampu menembus daerah pertahanan hidung sehingga setiap hembusan angin yang bertiup akan membuat hidung itu lambat laun mati rasa.
"Yaudah,ayok." Balasnya jutek. Devany memeluk Suji lalu mereka berjalan menuju toilet.
Setelah membersihkan sepatunya,Devany mencuci tangan. Ada dua orang perempuan yang lagi make-up. Salah satu dari mereka menatap jengkel Devany.
"Eh, denger-denger Lo pacarnya Ciko yah?" Tanyanya dengan mata layas tanpa perkenalan atau salam pembukaan.
Devany mengerutkan keningnya. "Enggak,siapa bilang?" Tanyanya balik.
Perempuan tadi tersenyum angkuh lalu menggertak Devany dengan suara nyaring. "GAK USAH BOHONG!!Kita lihat kemaren Lo berdua boncengan pas mau pulang. Iyakan?" Telunjuknya menunjuk mata Devany,seolah ingin mencongkelnya pada saat itu juga.
Devany menggelengkan kepalanya cepat. "Enggak,kita cuma temenan aja. Lagipula dia teman sekelas gue. Lo tau kabar burung dari mana?" Bantahnya gak terima. Perempuan tadi berjalan maju, membuat Devany berjalan mundur kearah pintu.
Perempuan tadi mengambil handphonenya. "Lo tau dia tadi gak baris karena apa? Dia terlambat dan dihukum masuk BK. Lo tau kenapa? Dia nulis di dinding gerbang sekolah kalau LO SAMA DIA UDAH PACARAN!" Bentaknya kepada Devany. Lalu menunjukkan sebuah gambar Ciko yang lagi melukis di dinding.
Devany yang terkejut pun sontak membesarkan matanya. "Dimana?"
"Gerbang sekolah." Jawab teman perempuan itu yang satu lagi. Devany yang pitam hendak keluar,hingga tangan perempuan tadi mencengkeram erat tangan Devany.
"Mau kemana Lo? Kita belum selesai ngomong." Ucapnya menggertak lagi.
Devany yang kepancing emosi langsung menghempaskan tangannya kasar.
"Apaan sih Lo? Lo pikir gue takut sama Lo? Gue bisa aduin Lo sama guru BK juga. Dengan kasus pembulian dan tindakan fisik tanpa alasan. Gue juga bisa masukin Lo ke penjara dengan tuduhan mencemarkan nama baik dan melanggar HAM gue sebagai anak atau karena Lo gak ngasih gue menyatakan pendapat." Jelas Devany lantang. Membuat kedua gadis didepannya mundur dengan ekspresi takut. Mereka gemetaran. Karena mendengar suara dari dalam,Suji masuk dan melihat Devany lagi pitam.
"Udah Dev," Suji menenangkan sahabatnya itu. Untung Devany nurut,mereka pergi meninggalkan kedua gadis yang awalnya sangar tadi berubah menjadi pucat pasi.
"Lo kenapa sih?" Suji menenangkan Devany sambil berjalan menuju kelas. Devany tetap diam,tak mau menjawab pertanyaan sahabatnya itu sedari tadi.
Saat masuk kekelas,Devany melihat Ciko yang lagi ketawa-ketawa sama komplotan James.
Sewaktu melihat Devany dan Suji masuk kelas,Ciko sempat bertatapan dengan Devany. Hanya aja Devany langsung duduk.
Ciko yang kebingungan pun melihat Suji lalu mengangkat wajahnya. Sedangkan Suji yang enggak tau juga apa yang terjadi cuma menggeleng.
Guru belum juga datang. Ciko pun berjalan menuju meja Devany,lalu mencolek Suji menyuruhnya pindah kebelakang. Suji menghela nafas lalu pindah.
"Hai sayang,ngapain nih?" Tanya Ciko sambil duduk di samping Devany. Devany melihatnya sekilas,lalu memutar bola matanya malas.
"Gak ngapa-ngapain." Jawabannya jutek.
"Trus kok elo cuek gitu sih? Masih pagi-pagi muka Lo kayak pakaian gak disetrika. Kenapa sih say? Cerita dong sama gue." Rayu Ciko sambil mencolek pipi Devany. Devany pun marah lalu memukul tangan Ciko. Ekspresinya kali ini benar-benar datar. Dia lagi marah. Tapi,Ciko terus aja gangguin Devany.
"Lo tau,gue marah kenapa?" Devany memutar posisinya berhadapan dengan Ciko.
"Gak tau,makanya gue nyari tau." Ciko tersenyum lebar seperti anak polos tak berdosa.
"Tadi kok elo gak baris?"
"Masuk BK Dev,"
"Kok bisa?"
"Terlambat,"
"Kenapa terlambat?"
"Habis nyoret din... Eh, maksudnya terlambat bangun." Ciko tersenyum kaku seperti sedang menyembunyikan sesuatu.
"Nah,tu'kan. Elo bohong. Gue diejekin sama cewek-cewek di toilet gara-gara Lo bilang gue pacaran sama Lo. Kapan sih Cik,Lo gak buat gue marah satuu hari aja. KITA GAK USAH CAKAPAN LAGI!" Devany kembali keposisinya semula lalu membuka buku dan bersandar pada meja.
Ciko yang kehabisan akal karena ketahuan langsung kacau. Dia mau minta maaf, tapi Devany kalau lagi marah susah orangnya.
"Dev,"
"Hmmmm.."
"Lo marah sama gue?" Tanya Ciko konyol.
Devany menatapnya garang. "Yaelah,Lo udah tau tadi. Nanti kita gak usah pulang bareng dan gak usah chat malem. TITIK!" Devany menggebrak meja lalu meninggalkan Ciko yang lagi bengong.
"Ya ampun,gimana dong?"
***
Bel pulang berbunyi. Secepat kilat Devany berlari keluar. Ciko pun berlari hendak mengejar Devany. Namun nihil,Devany gak nampak dimana aja.Akhirnya setelah lama keliling kelas, mencari-cari Devany,Ciko nyerah. Dia berjalan kearah motornya dengan berat hati.
Semoga gue jumpa sama dia di jalan nanti.
***
"Loh,gue udah sampai dimana yah??" Devany terbangun di sebuah angkot yang sudah kosong. Dia melihat jalanan yang gak dikenalnya. Jantungnya berdetak cepat dan kakinya langsung gemetaran.
"Pak,ini udah dimana yah?" Tanyanya kepada supir yang separuh baya itu.
"Udah di simpang mayat neng," Jawabnya sambil melirik Devany dari spionnya.
Deg... Deg
Jantung Devany seakan berhenti. Dia ketakutan luar biasa. Takut bukan karena nama jalan ini begitu menyeramkan,tetapi takut karena dia gak tau sekarang dia lagi dimana. Devany ketiduran karena sepulang sekolah tadi hujan deras,jadi dingin dan Devany mengantuk. Eh ternyata dia udah nyasar entah kemana.
"Minggir pak," Devany mengeluarkan ongkosnya lalu turun di pinggir jalan. Meskipun dia gak tau, lagi dimana sekarang. Dia mengeluarkan gadgetnya, berharap bisa menghubungi siapapun pada saat itu juga.
Papa
"Nomor yang anda tuju sedang sibuk atau berada..." Devany hanya mendengar suara operator wanita dari seberang sana.
Kembali dia mengetik nama di gadgetnya.
Mama
"Maaf,nomor yang Anda tuju tidak dapat dihubungi, cobalah beberapa saat lagi." Kembali yang terdengar hanyalah suara operator wanita.
"Aduhhhhhh,siapa lagi yah? Kalau Ciko,tapi gue lagi marah sama dia. Tapi kalau gue gak ngubungin dia,gimana caranya gue pulang?" Devany mulai panik. Setelah lama berperang dengan otaknya,akhirnya dia memilih untuk menelpon Ciko.
Ciko
Kliing..Kling..Kling
Handphone Devany lowbat. Dia langsung mematung dan merasa waktu seolah berputar begitu lambat. Belum saja diketik, handphonenya udah mati deluan.
Deg..Deg...
Deg..Deg..
Devany susah bernafas! Pikirannya berkecamuk semakin kacau. Keringat lambat laun menetes deras dan kakinya seakan tak berdaya. Tubuhnya lemas,dan terakhir jantungnya seakan tak berdetak.
Hingga Devany melihat ada dua orang cowok yang tampaknya seperti anak jalanan sedang berjalan satu arah dari Devany. Mereka menunjuk kearah Devany lalu tertawa seperti memiliki niat jahat.
Devany makin lemas gak karuan. Kemana lagi dia mau berlari? Berjalan pun tak mampu. Semakin lama kedua orang itu semakin dekat. Devany memaksakan kakinya berjalan agak jauh,tapi tetap aja cowok tadi bisa mengejarnya.
"Hai cantik,lagi sendiri? Abang temani yah?" Goda salah satu dari mereka sambil mencolek pipinya Devany. Devany menepis tangan itu,mencoba untuk terlihat tegar.
"Apaan sih, minggir Lo."
Yang satu lagi ketawa-ketawa gak jelas. "Mungkin dia baru berantem sama pacarnya kali bang,sama gue aja dulu. Iyakan manis?" Katanya sambil merangkul Devany.
Devany yang udah ketakutan setengah mati mencoba melepaskan tangan orang itu . Namun,cukup disayangkan tenaganya enggak cukup kuat.
"Ya ampun,mau melawan dianya? Langsung ajalah yuk,"
Cowok pertama tadi mencoba memeluk Devany,tetapi Devany langsung menghindar dan mencoba berteriak.
"Awas, TOLONGGGGGG!!"
"Mau berteriak? Gak ada yang denger,mending sama Abang aja." Cowok itu menarik paksa tangan Devany. Mereka tertawa bersamaan. Tiba-tiba..
Pukkk...
Devany menampar salah satu dari mereka. Cowok yang ditamparnya itu nampaknya tidak suka. Dia memegang pipinya lalu menatap marah kepada Devany.
"KURANG AJAR BANGET NIH CEWEK," Sambil marah dia mendorong kuat tubuh mungil Devany sehingga gadis itu terjatuh. Devany belum bisa bangkit,tetapi seorang cowok itu menarik rambut Devany kasar seperti seseorang tengah menyiksa binatang peliharaannya.
"BERDIRI LO!!"
"WOOYY... ANJING!! TURUNIN CEWEK GUE!! b*****t LO!!"
Tiba-tiba seseorang berteriak kuat dari belakang mereka. Kedua cowok tadi menoleh,kemudian melepaskan rambut Devany. Devany langsung terjatuh lemas. Dia masih belum bertenaga,hingga pikirannya kosong dan dia tak sadarkan diri.
"Berani banget nih anak gertak kita berdua. Gak tau kalau kita itu preman disini?" Ucap cowok yang menarik rambut Devany tadi.
"Habisin aja bro," Pancing cowok yang satu lagi.
Kedua cowok itu berjalan kearah seseorang tadi. Tidak lain tak bukan adalah Ciko. Ciko yang diam dengan wajah garang dan mata seperti iblis yang siap menghancurkan siapa saja yang sedang berjalan dihadapannya. Mereka jumpa di tengah,hingga..
"ANJING LO,LO APAIN CEWEK GUE?" Tanpa ada aba-aba Ciko langsung mendaratkan kepalan tangannya di wajah salah satu cowok itu.
Brukkkk
Kemudian dia menunjang cowok yang disampingnya dengan brutal.
Belum saja mereka sempat berdiri,Ciko langsung menyambar kerah baju cowok yang dipukulnya tadi lalu menghajarnya tanpa ampun.
Bushhhh
"Dasar anjing,gilak. Beraninya sama cewek doang. Mati Lo,mati."
Dia seperti kesetanan. Setelah itu dia menyambar yang disampingnya lagi. Dia memukul cowok tadi tanpa perasaan. Kemudian dipukul,Ciko mengangkat kepala cowok itu lalu membantingkannya ke atas aspal. Sesudah itu dia meninju wajah cowok tadi bertubi tubi. Susah dijelaskan bagaimana cara Ciko meluapkan emosi dalam dadanya. Yang ada saat ini adalah sebuah pertunjukan seperti cuplikan adegan dalam film action.
"Kalau ada apa-apa sama cewek gue,sampai neraka pun gue bakalan ngejar Lo." Ciko menghajar kedua cowok itu dengan brutal. Merasa tak puas,dia mengambil helmnya lalu membantingkannya ke kepala mereka. Darah sudah mulai bercucuran dari hidung dan kepala mereka berdua. Sampai akhirnya mereka lari meninggalkan Ciko.
Sewaktu Ciko ingin mengejar,matanya terbelalak melihat Devany yang sedang terbaring lemas dipinggir jalan. Ciko melemparkan helmnya sembarang arah lalu berlari kencang menuju Devany.
"Devany," Ciko mengangkat pelan kepala Devany lalu disandarkan di lengannya.
Jantung Ciko seakan berdetak lambat. Tiba-tiba saja air matanya mulai terbendung,dia merasa ada sebuah ketakutan luar biasa yang tiba-tiba membuat tulangnya seakan lepas satu persatu. Bahkan dia bisa mendengar sendiri detakan jantungnya. Kakinya langsung lemas,dia terduduk.
"Dev," Kembali Ciko menepuk pipi Devany. Dia menggoyang-goyangkan badan pelan,Devany berharap Devany sadar.
"DEV..."
***