Hai Di,gimana kabar Lo? Gue mau ngasih tau kalau hari ini gue itu senenggg banget.
Tadi,sewaktu gue pulang sekolah,gue diboncengi sama Ciko. Memang sih,biasa aja. Tapi entah kenapa gue ngerasa bahagia banget. Setelah itu kita makan bakso. Dia tau kalau gue suka bakso dan jus jeruk. Dia juga tau kalau gue suka warna pink. Heran banget gue. Ehh,kok gue jadi muji dia gitu yah? Padahal dia itu musuh bebuyutan gue mulai dari kelas sepuluh. Tapi sekarang,kok gue jadi gak benci lagi yah sama dia? Bahkan semua kutukan,sumpah serapah,atau apalah itu udah gue bilangin sama dia. Lah kalau sekarang?
Trus Didi, sewaktu kita mau pulang, tiba-tiba dia berhenti....
Flashback on
"Loh,kok Lo berhenti sih? Bukan disini tempatnya. Buruan,jangan bercanda lagi. Udah sore tau. " Devany spontan memukul pundaknya Ciko yang mendadak merem motor itu sampai membuat tubuh mungil Devany sedikit bergeser ke depan.
Ciko membuka helm lantas tersenyum genit.
"Tenang aja,kalau kemaleman kita bisa nginap di hotel terdekat. Turun sebentar princess," Ucapnya santai yang langsung mendapat tatapan tajam dari Devany. Devany hanya diam,gak turun-turun juga.
"Apa? Gue gak bakalan nyakitin Lo kok,turun aja." Ucap Ciko lagi.
Mau tak mau Devany akhirnya turun. Ciko ikut turun dan menggenggam tangan Devany sambil berjalan ke depan sebuah pedagang gulali.
"Mau ngapain?" Tanya Devany kesal. Ciko tersenyum lagi lalu mencubit pipi Devany.
"Mau ngelas ban motor gue. Ya beli kembang gula lah," Jawabnya dengan tertawa kecil. Kemudian dia mengambil sebuah kembang gula lalu membayarnya.
"Buat Lo,tapi jangan dimakan banyak-banyak." Ucap Ciko sambil memberikan gulali itu kepada Devany.
Devany menerimanya,tetapi dia mengerutkan kening. Tampak kalau perkataan Ciko tadi lagi diproses di otaknya.
"Kenapa gak boleh dimakan banyak?" Tanya Devany keheranan.
Ciko yang ajaib luar biasa mengucek rambutnya Devany jahil. Kemudian dia ketawa ngakak. Kayak cowok polos gak berdosa gitu.
"Lo lucu banget loh Dev,gue baru sadar. Sumpah! Hahahha....Gue takut kalau Lo makan gulali banyak-banyak,Lo jadi sakit gula. Soalnya Lo udah manis banget,sumpah! Jadi,daripada Lo kena sakit gula,lebih baik makannya berjadwal. Biar lebih sehat." Jelasnya lagi.
Devany hanya membentuk bulatan di bibirnya. Ia memperhatikan tiap detail dari gulali ditangannya.
" Kenapa Lo beli kalau Lo takut gue sakit?" Tanyanya polos.
Mendengar pertanyaan Devany yang polosnya hampir sama dengan James si kembaran alien,Ciko memilih mendekatkan wajahnya ke wajah Devany. "Soalnya gue pengen ngelihat Lo tersenyum tulus sekali aja. Senyum dong," Ucapnya serius. Matanya menatap lekat-lekat mata Devany.
Jantung Devany berdegup kencang lagi! Oh Tuhan,cobaan apa ini? Devany menahan nafasnya lalu menatap mata Ciko dalam-dalam. Perlahan-lahan sebuah senyuman manis terlukis di bibirnya.
"Makasih," Ucapnya sambil tersipu malu.
Ciko menganggukkan kepalanya lalu tersenyum puas. Semua itu terpancar dari raut wajahnya. "Dimakan dong,jangan cuma dilihat-lihat doang. Nanti basi," Ciko mencolek hidung Devany. Semakin lama Ciko jadi suka-suka deh, mencolek hidung Devany. Emang dikirain tuh hidung sabun colek apah?
Devany akhirnya tertawa. Dia mengambil secuil gulali itu lalu memakannya. Ciko hanya memperhatikan dengan mata memelas. Seolah memberi kode supaya Devany memberikan gulali kepadanya.
"Mau?" Tanya Devany sambil menyodorkan gulali di tangannya.
"Mau dong,tapi harus disuapin." Jawab Ciko. Dia membuka mulut besar-besar sambil menggoyangkan alisnya.
"Ambil sendiri,kan Lo bisa," Devany memegang tangan Ciko lalu memberikan gulali itu ketangannya. Jantungnya semakin berdegup kencang. Apalagi Ciko gak henti-hentinya memandangi Devany dengan mata elangnya. Bahkan tanpa dia sadari,pipinya mulai memerah. Dia berusaha menyembunyikan nervous nya didepan Ciko.
"Gue gak mau,kalau Lo gak nyuapin gue,gue bakalan duduk disini sambil memanggil setiap orang yang lewat. Trus gue bakalan bilang kalau gue udah gila karena Lo." Ciko merengek kayak anak kecil. Dia mengembalikan gulali itu ketangannya Devany.
Dengan nekad dia duduk dipinggir jalan lalu memanggil setiap orang yang lewat. Dia memanggil 'Wak kalem,Bu jutek,Kakak baju pink,Adek manis' dengan suara kuat sehingga semua orang yang berlewatan melihat mereka dengan ekspresi aneh.
"Wak kalem,nama saya Ciko . Sayang gila karena Devany dan gulali. Saya ini .."
"STOP Ciko,iya. Gue bakalan nyuapin Lo. Bangkit Lo, malu-maluin tau." Devany yang malu setengah mati memukul bahu Ciko lalu membantunya berdiri.
"Nah,gitu dong. Dari tadi kek, Aaaaaa" Ciko membuka mulutnya lagi sebesar tong. Kini mulutnya tengah menganga seperti buaya lagi berjemur pagi. Ingin rasanya Devany berdoa biar lima ekor lalat masuk kedalam sana lalu Ciko keselek trus pingsan. Tapi yaudahlah,Ciko itu pikirannya seperti ombak di samudera,susah untuk ditebak. Jadi daripada Devany malu lagi, terpaksa dia mengikuti keinginan Ciko.
"Nah,tapi janji gak gitu lagi yah?" Ucap Devany sambil menyuapkan gulali itu. Ciko langsung lega karena keinginannya udah terpenuhi.
"Sekarang gulali dipinggir jalan, beberapa tahun lagi kita akan saling bersuapan di pelaminan. Pulang yuk," Ciko berjalan menuju motornya lalu memakai helm dan menyuruh Devany naik. Untung aja Devany enggak menggubris perkataan Ciko tadi.
Sepanjang perjalanan,mereka hanya diam. Tidak ada yang bergeming. Sesekali Ciko membuka pembicaraan dengan meminta Devany menyuapinya lagi dengan gulali itu.
"Oh iya,Cik.Lo kenal sama Wak kalem yang lewat tadi?" Devany mendekatkan wajahnya ke samping bahu kiri Ciko.
Ciko meliriknya dari kaca spion." Enggak,cuma karena gue lihat dia jalan dengan ekspresi datar. Jadi gue pengen manggil dia dengan nama Wak kalem." Jawabnya dengan tatapan lurus ke depan.
Devany tertawa kecil. "Trus ibu jutek?" Tanyanya lagi.
Ciko berpikir sejenak. Otaknya seakan berputar kencang supaya mendapatkan rangkaian kata yang bisa membuat Devany tersenyum.
" Tadi gue lihat dia berjalan terburu-buru. Trus Wak kalem gak sengaja nyenggol dia karena ngelihatin gue. Eeh,dia marah-marah. Kasihan wak kalem, akhirnya gue manggil dia ibu jutek. " Jawab Ciko menahan tawa.
Devany kembali tertawa. Ciko meliriknya dari spion dengan senyuman yang tak pernah pudar. Jantungnya juga berdegup kencang. Apalagi setiap melihat Devany tersenyum,ingin rasanya Ciko memeluk Devany sebagai miliknya sendiri.
"Oh iya Dev,gue pernah baca sebuah kertas. Tulisannya kekgini,'Tersenyumlah,karena senyum itu adalah sebagian dari ibadah.' jadi Lo harus tersenyum terus. Biar ibadah Lo makin ningkat dan kalau mati masuk surga. Hahahaha" Ciko ketawa lepas. Entah apa yang lucu dari perkataannya tadi.
Sedangkan Devany menyerngitkan dahinya.Meskipun dia gak ngerti Ciko ketawa karena apa,tapi akhirnya dia ikutan tertawa juga.
***
"Sudah sampai." Ciko membuka helmnya ketika mereka sudah sampai didepan rumah Devany.
Devany pun turun sambil membawa gulali yang tinggal setengah.
"Loh,kok enggak dihabisin?" Ciko menunjuk gulali yang ada ditangannya Devany dengan dagunya.
Devany melihat gulali itu,kemudian tersenyum lebar.
"Kan gue udah manis,jadi makannya juga harus berjadwal. Biar gak sakit gula," Bisiknya dengan ekspresi jahil.
Ciko melihatnya sekilas,lalu dia tertawa kuat sampai-sampai motornya goyang.
"Lo percaya banget sama apa yang gue bilang ya,hahahah" Ucap Ciko di sela-sela tawanya.
Devany kembali tersenyum. Sama halnya dengan Ciko. Yaelah,mereka berdua kebanyakan tersenyum mulu!
"Yaudah,makasih ya. Gue masuk dulu. Atau,Lo mau mampir?" Tanya Devany.
Ciko menyeringai lebar. Entah apa yang sedang dipikirkannya. Yang jelas dia tak bosan-bosannya tersenyum manis. "Sebenarnya sih,gue mau. Cuma,belum waktu yang tepat. Nanti aja,sewaktu Lo jadi pacar gue,ehh guru privat gue maksudnya. Hehehehe" Jawab Ciko lalu menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
Devany hanya tersenyum lagi. Mereka berdua tampak canggung pada saat itu.
"Yaudah,makasih ya. Gue deluan." Ucapnya lalu berbalik meninggalkan Ciko.
"Devany!!" Panggil Ciko kuat,padahal jarak mereka kurang lebih tiga langkah. Devany berbalik merasa penasaran dengan si perusuh kelas yang sedang duduk di atas motornya.
"Apa? Oh iya, hati-hati di jalan yah. Jangan ngebut-ngebut. Ikuti peraturan lalu lintas." Ucap Devany lembut,kemudian dia kembali berjalan ke gerbang rumahnya meninggalkan Ciko yang masih senyum-senyum sendiri.
"Devany!!" Ciko memangil Devany lagi,sumpah! Abstrak bener nih anak. Devany keluar,tetapi tetap saja yang dilihat seorang Ciko yang lagi tersenyum gila.
"Apaan sih? Yaudah,pulang!" Seru Devany yang mulai emosi. Ciko gak ngomong sepatah katapun. Dia tetap tersenyum. Itu yang membuat Devany makin gerem pengen menjitak jidatnya Ciko. Udah lama banget Ciko senyum mulu,apa gak pegel tuh muka? Tapi yaudahlah,namanya anak muda.
"Gue titik-titik sama Lo. Yaudah,gue pulang yah,jangan kangen. Kalau kangen,telepon aja gue." Ucapnya lalu memakai helm dan menyalakan ninjanya.
Devany mengangguk pelan lalu menutup gerbang dan masuk kerumahnya. Dia berjalan menuju kamarnya.
Sampai dikamar,ada suara klekson-klekson dari luar. Devany berjalan menuju jendela kamarnya. Dan ternyata,Ciko belum pulang juga. Dia tersenyum lalu melambaikan tangan. Devany pun melambaikan tangannya juga,barulah Ciko pergi. Sungguh,Ciko si perusuh kelas yang aneh.
Ya ampun,cuma mau melambaikan tangan doang? Ciko,Ciko..
Devany menjatuhkan dirinya keatas kasur lalu tersenyum lagi. Jantungnya kembali normal,hanya saja hatinya masih terus berbunga-bunga.
Yaudah Di,gitu ceritanya. Udah dulu yah,gue mau mandi. Ngomong-ngomong,papa sama mama lagi keluar kota? Yah,gue sendiri dong. Tapi gak papa,kan ada elo. Dadah...
Love
Devany
***