Episode 18

1126 Kata
Setelah pulang sekolah tadi,Ciko terus aja nungguin si Devany. Temen-temen sekelas pada bingung,kok Ciko aneh banget. Trus,tumben juga James sama Reiza gak nuntut kesalahan si Ciko lagi. Mereka berdua malah bingung,karena si Ciko bertingkah agak gak biasa gitu. Dia selalu tersenyum dan terlihat bahagia. "Naik," Ucap Ciko bersemangat. Dia melihat Devany yang masih agak sangsi. "Mmmm,gimana kalau Lo boncengin gue cuma sampe gerbang sekolah aja." Tiba-tiba Devany megang pundak Ciko. Ciko membuka helm,trus mematikan ninja miliknya. "Kenapa? Lo malu boncengan sama gue? Hmmmm?" Tanya Ciko santai. Devany tampaknya risau. Entah kenapa dia kayak agak malas pulang bareng Ciko . Tapi dia juga gak mau ngingkar janji. Aduhhhhhh, Kayaknya dia lagi kebingungan. "Lo malu karena gue perusuh kelas, sedangkan elo juara kelas? Atau Lo malu karena gue banyak yang suka? Atau lo malu karena gue gak ganteng kayak Iqbal di film Dilan atau Jefri Nichol di film dear Nathan? Atau Lo takut gue ngajak Lo ke tempat sepi dan gelap? Atau Lo takut gue balap dan kita kecelakaan? Atau.." "STOP!! Iya,gue naik. Lo bising banget sih,kayak knalpot bocor." Ucap Devany sebel sambil memegang pundak Ciko lalu naik ke atas ninja itu. Ciko tersenyum puas. " Nah,gini dong. Kan gak lama prosesnya. Udah belom?" Tanya Ciko sambil melirik lewat kaca spion. Devany mengangguk aja. Trus dia berusaha terlihat untuk tidak khawatir. Ciko melajukan motornya pelan. Mereka pun melewati khalayak ramai. Ada yang melihat terkejut,ada yang senang,dan ada yang sinis pertanda gak suka. Ternyata Ciko banyak juga yang suka. Gayanya memang bisadiakui keren dan famous di kalangan adik kelas. Tapi bagi Devany,Ciko adalah cowok nakal dengan ulah gilanya yang terkadang sulit untuk diterima logika. Apalagi dia selalu jadi korban kerusuhan seorang Ciko. Mereka udah sampai dijalan raya. Tak ada suara diantara mereka berdua. Yang terdengar hanyalah suara angin yang menembus melewati telinga mereka dan suara klekson kendaraan. Ciko melirik Devany yang dari tadi hanya diam. "Dev,Lo udah pernah nonton filmnya Dilan gak?" Tanya Ciko dengan suara agak kuat,supaya Devany bisa denger. Devany mendekatkan wajahnya pada pundak Ciko. "Dilan? Yaudahlah. Novelnya juga." Jawabnya dengan suara agak keras juga. "Jadi,Lo suka sama karakternya si Dilan?" Tanya Ciko lagi. Dia melirik Devany dengan mata elangnya. "Iya,malah suka banget. " Balas Devany semangat. "Kalau gitu,Lo suka dong sama gue?" Tanya Ciko ngaco. Dia menoleh kebelakang, spontan Devany memukul pundaknya. "Ya enggaklah," "Loh kenapa?" "Dilan itu nakal,tapi pinter. Lah elo?" Devany melihat Ciko dari kaca spion. Ciko tersenyum kemudian dia diam seolah lagi berpikir. "Kalau gue dapet juara,Lo mau gak sama gue?" Tanya Ciko. Tiba-tiba dia merem mendadak. Membuat Devany sontak terkejut. "Maksud Lo?" Tanya Devany memperjelas. Ciko melepaskan helmnya. Kemudian memutar badannya kebelakang. Mereka bertatapan dengan jarak dekat. "Kalau gue bisa dapet tiga besar,Lo mau sama gue?" Tanyanya dengan wajah serius. Devany menatap mata Ciko gak percaya. Dia mengerutkan keningnya lalu memukul lengan Ciko. "Mau sama Lo gimana? Ahh,gue gak ngerti. Lo mau lanjut nganter gue pulang atau gue naik angkot aja." Devany memberontak. Ciko menahan tangan Devany lalu menatap mata gadis berkacamata itu tanpa berkedip. "Jadi...." Ucapnya lama. "Jadi apa?" Tanya Devany gak sabar. "Jadi guru privat gue?" Jawab Ciko lalu melepaskan tangan Devany dan memutar badannya kedepan. Devany yang tadi menahan nafas langsung mengeluarkannya dengan lega. "Yaudah,kita lanjut ya. Tapi, sebelum itu,makan yuk gue laper. " Ucap Ciko seraya melajukan motornya. Devany mengangguk aja. Tunggu! Makan katanya? Devany yang mau memberontak tapi gak jadi. Karena dia udah terlanjur mengiyakan. Hedehhh,susah banget yah? Mereka akhirnya sampai disalah satu tempat makan. Tapi di kaki lima. Devany turun lalu melihat sekeliling. Sedangkan Ciko melepaskan helmnya lalu mematikan motor. "Yuk," Ucap Ciko sambil memegang tangan Devany. Dia mengajak Devany jalan lalu mereka sampai di tempat jualan bakso. Ciko mengangkat kursi Devany lalu mempersilahkannya duduk. "Lo suka bakso kan?" Tanya Ciko sembari menyamakan posisinya berhadapan dengan Devany. Kemudian memanggil penjual baksonya. "Pesen dua bang," Ucap Ciko lalu melirik Devany yang masih melihatnya dalam diam. "Lo minumnya apa? Jus jeruk ya?" Tanya Ciko. Devany mengangguk. "Sama jus jeruk dua bang,yang cepet ya bang. Soalnya kita mau cepat." Ucap Ciko kepada lelaki itu. "Kok lo tau gue suka bakso sama jus jeruk?" Tanya Devany penasaran. Ciko mendekatkan wajahnya. "Ya taulah,sedangkan warna kesukaan Lo aja gue tau." "Warna apa?" "Pink," Devany terlonjak. Kok bisa Ciko tau? "Kok Lo tau?" Tanyanya lagi. "Yaiyalah,gue tau. Soalnya barang-barang Lo identik dengan pink. Tas,kotak pensil, pulpen,rautan, gunting,bahkan ikat rambut Lo warnanya pink. Taulah gue," Jawab Ciko santai. Devany yang merasa gak percaya mendadak jantungan. Beberapa menit kemudian baksonya datang. Ciko langsung menggeser mangkuk bakso itu ke depan Devany. Membuat gadis itu menyerngitkan dahinya. "Kenapa Lo geser punya Lo? Punya gue juga udah dateng kok." Ucap Devany polos. Ciko cuma tersenyum manis. "Kenapa? Emangnya gue harus nunggu tuh pedagang letakin bakso didepan Lo baru itu namanya bakso?" Tanya Ciko balik. Devany menjadi bingung. Akhirnya bakso kedua datang. Dan pastinya punya Ciko. Ciko masih belum menyentuh baksonya. Dia mengisyaratkan supaya Devany makan deluan. Ciko masih memperhatikan Devany dengan tatapan penuh arti. Waktu Devany mau ngambil saos sama kecap,Ciko langsung mengambilnya dan menuangkan ke mangkuk Devany. Devany jantungan lagi. Dia jadi salah tingkah karena dilihatin sama Ciko mulu. Devany mencampakkan bumbu di mangkuknya. Dia kembali melihat Ciko yang masih memandanginya. Untuk menutupi rasa salah tingkahnya,Devany memasukkan sebuah bakso besar lalu mengunyahnya. "Cik,bisa gak gue minta satu permintaan?" Devany menelan baksonya kasar. "Apa?" Tanya Ciko sambil mendekatkan wajahnya. Dia terlihat begitu santai,tak seperti Devany yang udah jantungan plus greget tingkat dewa. "Jangan lihatin gue kekgitu. Gue risih," Jawab Devany dengan suara pelan mencoba terlihat baik-baik saja walaupun dirinya sedang tenggelam dalam suara degup jantung yang tak karuan. Ciko spontan tertawa. Dia kembali keposisinya semula. Lalu mengaduk baksonya. "Lo tau gak binatang apa yang kalau di gangguin menggulung?" Tanya Ciko menatap Devany jahil. Devany sedang menyeruput kuah baksonya. "Trenggiling." Jawabnya datar. "Salah!" Balas Ciko menahan tawa. "Lantas apa?" Tanya Devany keheranan. "Trenggulunglah. Kalau trenggiling berarti dia binatang yang bisa menggiling. Ya ampun,hahahaha" Balas Ciko dengan tertawa lepas. Devany tersenyum. Susah terkadang kalau ngomong sama Ciko,tapi jujur,Devany nyaman. Dia sebenarnya ingin tertawa,tapi cepat-cepat disembunyikan dengan cara memakan bakso itu. Meskipun senyumnya tak bisa disembunyikan. "Terus? Ada lagi?" Tanya Devany sambil mengunyah bakso di mulutnya. Ciko berpikir sebentar. "Bahasa Inggrisnya masuk angin apa?" Tanyanya. Devany tersenyum. Pada saat ini entah kenapa dia merasa aneh. Jantungnya berdegup kencang,tapi hatinya berbunga-bunga. "Gak tau, emangnya apa?" Devany nanya balik. Pura-pura tidak tau. Ingin mendengar jawaban konyol apalagi yang sedang disiapkan Ciko di otak sejengkalnya itu. Ciko ketawa besar. "Enter wind. Enter artinya masuk,wind artinya angin. Hahahah" Trus dia ketawa lagi. Devany hanya tersenyum melihat Ciko begitu. Ingin juga dia ketawa ,tapi masih aja Devany ingin membentengi dirinya. Untuk saat ini,dia lagi gak mau membahas soal hidupnya. Yang dia tau pada saat ini hanyalah sebuah kata yang mewakili beribu rasa di hatinya. Nyaman. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN