"Gue yakin. Kalau kamar itu ada sesuatu yang gue gak pernah tau. Udah semalaman gue pengen banget masuk kamar itu,tapi gue gak berani." Ucap Devany pelan. Dia lagi di toilet. Ngomong sendiri sambil memandangi dirinya dari kaca depan wastafel.
"Tapi,siapa yang mau gue ajak kesana? Kalau sendirian,gue gak berani." Ucapnya lagi. Setiap cewek yang melewatinya hanya melihatnya aneh.
Devany akhirnya sadar. Diapun keluar lalu berjalan menuju kelas. Dia selalu menunduk dengan pikiran kosong. Sampai-sampai dia gak memperhatikan jalanan yang penuh dengan orang-orang.
Brukk..
"Eh maaf." Ucap Devany setelah dia sadar kalau dirinya baru menabrak seseorang.
"Iya ,gak papa." Ucap orang itu sambil merapikan bajunya. Dia menatap Devany seksama.
"Elo Devany kan? Cewek kelas IPA dua yang pernah dikerjain dengan nama ketek kuning?" Tanya cowok itu .
Devany mencoba mengingat kembali.
"Oh iya,elo yang nolongin gue yah? Makasih banget yah? Kalau gak ada Lo, mungkin gue udah dipermalukan seluruh siswa."Ucap Devany malu-malu.
"Kenalin. Nama gue Kevin. Kelas sebelas IPA lima."
"Devany, sebelas IPA dua."
Mereka berjabat tangan. Saling tersenyum diantara para siswa yang berlalu lalang.
???
Bel pulang berbunyi. Ciko sama Devany berjalan berdua menuju parkiran.
"Cik, hari ini Lo sibuk?" Tanya Devany sambil mengambil helm dari tangan Ciko.
"Enggak . Kenapa? Mau gue temenin ketoko buku?" Tanya Ciko balik sambil memakai helm .
Devany menggelengkan kepalanya." Bukan. Belajar bareng yuk. Tapi dirumah gue." Ajak Devany canggung.
Ciko melihatnya dengan mata curiga. Sedangkan Devany menahan nafas supaya dia gak jantungan. Tapi,apalah daya. Mata elang Ciko selalu membuat jantung Devany berdegup kencang setiap bertatapan dengannya.
"Belajar bareng?" Tanya Ciko masih menyelidik.
"Iya.. belajar bareng." Ucap Devany makin canggung. Jantungnya berdegup keras.
"Elo gak sedang ngerencanain sesuatu kan? " Kembali Ciko membuat Devany pengen terbang kayak roket karena jantungnya semakin keras.
"Enggak Cik. Lo bisa gak? Kalau enggak yaudah ." Ucap Devany berpura-pura santai.
"Iya,gue mau. Jam berapa?"
"Jam tiga bisa?"
"Oke."
???
Devany mengganti pakaiannya. Dia langsung mengambil sapu hendak membersihkan rumah. Jam tiga dia harus udah belajar bareng Ciko.
"Masih jam satu. Gue harus bersih-bersih." Ucapnya semangat.
Dia membersihkan semua bagian rumah. Menyapu, mengepel,mencuci piring,dan menyiram tanaman. Suatu Tuti setiap hari.
Jam 02:10. Devany mandi karena keringatnya udah kayak suporter Indonesia di Senayan Jakarta.
"Devany.."
Belum saja Devany mau kekamar mandi,Ciko udah memanggil dari luar.
"Loh. Masih jam dua,kok dia udah datang?"
Devany membuka gerbang rumah. Si Ciko udah nongol sambil membawa ranselnya. Tidak lupa senyum khasnya yang sedang terukir indah di bibir.
"Siang menjelang sore Dev," Sapa Ciko ramah.
Devany masih keheranan.
"Kok cepet banget datangnya?" Tanyanya.
"Kata pak Soleh selaku guru BK kita,lebih baik kita datang terlalu cepat. Daripada terlambat." Jawabnya santai.
Devany menghela nafas panjang. Memang kalau Ciko lagi buat alasan,jagonya bukan main.
"Yaudah. Masuk yuk." Ajak Devany sambil mempersilahkan Ciko masuk. Ciko membawa motornya masuk kedalam halaman Devany.
"Cik,Lo bisa sabar gak menunggu? Soalnya gue udah banjir keringat. Habis bersih-bersih rumah trus niatnya mau mandi. Lo tunggu dulu yah." Ucap Devany.
"Masuk aja." Suruh Devany.
"Enggak, gue diteras aja. Yaudah,gak papa. Mandi aja dulu." Ucap Ciko.
Devany mengangguk lalu masuk kerumahnya. Sedangkan Ciko duduk disebuah kursi rotan dengan pemandangan rumah Devany yang dipenuhi bunga anggrek.
???
"Maaf ya Cik,Lo lama nunggu gue." Tiba-tiba Devany datang dari dalam rumah sambil membawakan dua gelas minuman dingin ditambah sepiring cemilan.
Ciko yang tadinya asik main game,langsung terkesima melihat Devany dengan kaos putih oblongnya dan celana jeans selutut. Simpel tapi cantik. Dia gak berhenti menatap Devany mulai dari Devany ngeletakin nampan dan memberikan minuman serta cemilan itu. Trus dia duduk sambil menyisir rambut dengan jarinya.
Begitu sederhana. Tapi kok gue seneng banget yah ngelihatnya? Oh Tuhan,cantiknya ciptaan-Mu ini?
"Cik,Ciko?" Panggil Devany ketika melihat Ciko memandangnya dengan tatapan kosong.
"Iya?" Jawab Ciko masih belum sadar. Dia menatap Devany.
"CIKO!" Panggil Devany kuat. Untung Ciko langsung sadar.
"Kirain kesurupan. Diminum Cik," Ucap Devany sambil meminum minumannya. Ciko langsung meneguk habis minuman itu. Devany yang melihatnya mencoba tegar aja.
"Oh iya,Lo bawa buku apa?" Tanya Devany sambil mengunyah cemilan itu.
Ciko sigap membuka ranselnya. Tapi,isinya nihil.
"Gak ada Dev,tadi Lo'kan gak bilang kita mau belajar apa. Yah gue bingung mau bawa apa." Jawabnya polos.
Devany mencoba tersenyum. Tapi gak papa lah. Toh niatnya Devany bukan untuk belajar bareng.
"Ohh yaudah. Cik, sebenarnya gue ngajak Lo kesini bukan untuk belajar bareng,tapu gue mau bilang sesuatu sama Lo. Hanya kita dua aja yang tau." Ucap Devany serius.
"Se..sesuatu? Apaan?" Tanya Ciko canggung. Dia jantungan dengan tatapan Devany dan caranya menyampaikan kata-katanya tadi.
Mau bilang apa dia? Apa jangan-jangan dia mau nembak gue deluan? Ah,gak boleh dibiarin. Mana harkat dan martabat gue kalau dia deluan yang ngungkapin perasaannya?
"Ada yang penting. Tapi janji cuma kita aja yah yang tau." Ucap Devany lagi. Ciko semakin memanas, jantungnya berdegup keras dan otot-ototnya melemas.
"Apa Dev?"
"Sebenarnya,gue itu udah lama banget ..."
Apa yang mau dia bilang? Atau gue aja gak yah,yang mulai deluan.
"Hmmmm,Dev. Lo gak perlu buru-buru buat ngungkapinnya ke gue. Gue aja deluan." Ucap Ciko antusias.
Devany terdiam, bingung dan merasa konyol.
"Gue suka sama Lo. Jadi,gak usah Lo yang ucapin deluan." Ucap Ciko agak gaguk.
Devany serasa disambar petir siang bolong. Ngomong apaan sih si Ciko? Gak nyambung banget. Suka sama Devany?
"A...Apa Lo bilang?" Tanya Devany lebih gugup. Yaelah, sama-sama gugup ternyata.
"Apa? Kenapa? Maksud Lo?" Ciko mulai keringat dingin.
Devany langsung menggeleng cepat. "Bukan itu maksud gue. Lo sih,gak dengerin gue siap ngomong. Gue mau bilang kalau selama ini , sebenarnya rumah gue punya kamar tak terpakai disamping gudang. Jadi gue penasaran pengen masuk kesana. Tapi gue gak punya temen. Suji gak bisa, karena dia harus bantuin mamanya dagang. Jadi gue ngajakin elo. Lo bisakan?" Tanya Devany serius. Dengan segenap kekuatan yang ada,dia mencoba melarikan pembicaraan.
"Ohhh.. Gitu ternyata. Yaudah. Ayolah." Ucap Ciko lemas. Yah, giliran ada kesempatan,malah Devanynya yang lari dari topik. Tapi yaudahlah,gak papa. Namanya juga hidup,gak selamanya apa yang kita harapkan itu yang bakalan kita dapatkan. Percaya deh..
"Yaudah,ikut gue yah." Ucap Devany sambil bangkit lalu berjalan menuju kamar dekat gudang itu.
Sepanjang perjalanan,Ciko hanya memandang Devany dari belakang. Dia gak habis pikir sama apa yang dia bilang tadi. Tapi untung sih Devany gak menggubris. Kalau kian,mungkin Ciko bakalan telak.
"Udah sampai." Ucap Devany sambil melirik Ciko lalu berdiri didepan sebuah pintu berwarna coklat tua. Devany memandang Ciko lalu tersenyum. Seolah memberi kode supaya Ciko mau membukakan pintu.
"Apa?"
"Bukain pintunya.. gue takut." Bujuk Devany ramah. Ciko memutar bola matanya malas lalu menghela nafas panjang. Dia memegang kenop pintu itu lalu membukanya. Hanya tinggal membuka saja,karena Devany udah memasukkan kunci.
Kreeettttt
Suara pintu itu terdengar misterius. Ciko masuk lalu meraba-raba tembok hendak menyalakan lampu. Devany berjalan pelan mengikuti Ciko dari belakang. Mereka masuk kekamar itu. Keadaannya begitu gelap.
"Cik.. gue takut.." Ucap Devany dengan nada bergetar.
"Mmmm.." Ciko hanya berdehem aja. Dia masih mencari stopkontak.
"Cik..."
"Mmm..."
"Gue takut..."
"Ada gue."
Lama banget sih dapet lampunya? Ciko berusaha untuk membuat Devany gak takut.
Ctekkkk
Ruangan berubah menjadi terang. Ciko tersenyum lalu melihat Devany yang lagi ketakutan dibelakangnya.
"Eh neng? Ngapain?" Tanya Ciko sewaktu melihat Devany dengan wajah ketakutan lagi menggenggam erat baju belakang Ciko. Devany hanya tersenyum manis lalu melepaskan genggamannya.
"Gue takut. Hehe.." Ucapnya lalu tertawa kecil.
Ciko menggeleng pelan. Kemudian dia melihat-lihat seisi ruangan. Dia takjub. Dalam rumah ini ada sebuah ruangan dengan ukuran luas dan isinya terbilang lumayan. Ada sofa dengan ukiran kayu jati, lemari, foto-foto,bahkan barang-barang rumah tangga lainnya.
"Wow.. Hebat bener rumah Lo. Ada gudang istana di dalamnya. Ruangan apa sih ini? Foto-fotonya udah berdebu. Tapi kayaknya barang-barang disini itu barang mahal semua." Ucap Ciko sambil mengambil beberapa foto lalu mengusap-usapnya sampai gambar sebenarnya dapat terlihat.
Sedangkan Devany berjalan-jalan sambil menyentuh setiap benda dalam kamar itu.
"Iya sih Cik...
Tapi gue sebenernya baru tau. Untuk apa yah kamar ini dibuat? Eh lihat,ada foto bayi. Tapi..." Devany mengambil sebuah foto. Ada sepasang suami istri dan seorang bayi ditengah-tengah mereka.
"Mirip gue yah??" Ucap Devany lagi sambil melihat si Ciko. Ciko malah tersenyum kaku. Dia udah tau kebenarannya.
"Ah... Enggak mirip kok. Lebih manis bayinya." Ucap Ciko lalu mengambil foto itu.
Tiba-tiba..
Cet..Cet..Cet. .
"HAH!! TIKUSSSSS!!!!"
Devany sontak terkejut sewaktu melihat tikus keluar dari kolong kursi. Ciko yang tadinya lagi ngelihatin foto-foto langsung melihat Devany yang lagi berlari kearahnya.
"Ciko tikus Cik,tikus... Gue takut.. Aaahhhhhhh" Teriak Devany sambil berlari kebelakang Ciko. Tikus tadi berlarian kesana-kemari. Sedangkan Ciko masih bengong aja ngelihatin Devany bersembunyi di belakangnya.
"Lo takut tikus?" Tanya Ciko sambil tersenyum menahan tawa. Dia merasa lucu melihat tingkah Devany yang terkadang kekanak-kanakan. Tapi gak papa,dia nyaman dengan situasi ini.
"Gue takut Cik,awas Cik, tikusnya berlari ke arah kita. Ahhhh" Ucap Devany lari. Spontan dia melompat keatas kursi lalu berteriak heboh sambil melempar barang-barang kepada tikus itu.
Tak mampu menahan lagi,Ciko langsung ketawa. Dia cuma berjalan santai aja mengambil sapu. Lalu memfokuskan matanya kepada tikus tadi. Dalam hitungan detik,Ciko berlari lalu melompat dan memukul tikus itu sampai mendal kedalam kolong kursi itu lagi. Dia memukul kursi itu supaya tikusnya keluar. Tapi gak keluar juga.
"Hihihi.. tikusnya gak mau keluar Dev,dia takut jatuh hati sama ketampanan gue." Ucap Ciko sambil melirik Devany yang lagi ketakutan. Ciko menggoyang-goyang kursi itu.
"Yaudah deh Cik. Dibiarin aja,yang penting tikusnya udah gak lari lagi. Makasih ya," Ucap Devany sambil turun kebawah. Ciko gak menghiraukannya. Dia tetap fokus menggoyang kursi itu. Tiba-tiba..
"AHHHHH... KECOA.... GELI... HUSHH... HUSH.. ISHHHH..UEKKK" Ciko mendadak teriak histeris kayak orang jumpa kuntilanak lagi DJ malam. Devany langsung waspada! Eh,tapi karena mendengar kata kecoa,dia biasa aja. Beda halnya dengan Ciko. Dia berteriak trus memukul kecoa itu sampai mati.
"Kecoa? Hahahahhah.. ternyata seorang Ciko takut sama kecoa?" Devany ketawa lepas. Sampai-sampai dia memegangi perutnya. Ciko melihat kecoa tadi udah gepeng,trus dia memandangi Devany kesal.
"Gue bukannya takut. Tapi jijik. Udah ah,kita keluar aja yuk. Gue yakin,masih banyak tikus disini." Ucapnya kesal. Dia berjalan mendekati Devany yang masih ketawa lepas.
"Tunggu dong Cik. Gue masih belum puas ngelihat-lihat. Plis temani gue yah.. bentar aja." Bujuk Devany sambil memasang mata puppy-nya.
Ciko menghela nafas berat.
"Yaudah. Sekarang Lo mau apa?" Tanyanya.
"Mau lihat seisi ruangan ini dulu."
Devany berjalan-jalan. Dia melihat setiap foto yang ada di atas meja itu. Yang ada didinding,dan membuka laci.
Tiba-tiba dia menemukan sebuah map merah lalu membukanya.
"Cik," Devany melihat Ciko sambil mengambil benda yang ada didalam map itu.
Ciko yang ikut penasaran berjalan mendekati Devany. Devany menemukan banyak foto-foto tak berbingkai. Ada seorang perempuan, laki-laki dan seorang bayi mungil yang mirip dengan dia.
"Loh,gue beneran merinding Cik,bayinya mirip banget sama foto gue waktu kecil. Mirip banget malah. Apa jangan-jangan?"
Ciko menyerngitkan dahinya.
"Apa?"
"Dia kembaran gue yang lama hilang!" Seru Devany sok tau.
Ciko diam dengan ekspresi wajah datar. Meskipun begitu, Devany tetap asik dengan hipotesisnya.
"Tapi kok bukan papa sama mama yah yang disampingnya dia. Hah? Apa jangan-jangan lagi,dia diadopsi sama orang lain?"
Aneh. Gue dari tadi mandangin wajah cantiknya dengan bengong aja. Dia pinter sih,tapi kadang kayak pemain sinetron gitu. Heheheh.. gue jadi takut kalau nanti dia..
"Ciko!! Respon gue dikit kek." Ucap Devany sebel. Dia memandangi Ciko dengan tatapan kesal. Sedangkan Ciko masih datar seperti sedang tidak berpikir.
"Gue mau ngapa-"
Tin..Tin..
"Hah? Papa sama mama pulang?"
"Apa?"
Ciko mendadak lemas. Dia takut kalau sampai om Bayu tau Devany lagi ngelihatin foto-foto masa kecilnya,dia bakalan marahin Devany. Tapi bagaimana? Apa dia harus memberitahu Devany sekarang aja?
***