Episode 27

1586 Kata
Pagi ini si Ciko udah rapi nih. Dia memakai parfum maskulin serta minyak rambut kesukaannya. Wangi banget sampe-sampe istri tetangga pada kepo sama dia. "Widihh,wangi bener anak ayah. Tumben? Ada angin apa Ciko kayak gini?" Ucap Tresno ketika melihat Ciko menuruni tangga sambil membawa helmnya. "Pagi yah.." sapa Ciko hangat. Dia berjalan menuju meja makan tempat Tresno membaca koran sambil menikmati kopi buatan Ayu. "Pagi.. kok kamu tumben banget serapi ini? Mau kemana? Nembak cewek?" Tanya Tresno sambil menyeruput kopinya. Ciko masih tersenyum. Dia memandangi wajah ayahnya itu dengan ekspresi bahagia seperti anak kecil dibelikan mobil-mobilan. "Hari ini Ciko mau menjemput seorang gadis yah. Jadi Ciko harus ganteng dulu." Jawab Ciko. "Seorang gadis? Siapa?" "Devany yah." Tresno langsung menghentikan minumnya. Dia melihat Ciko sangsi lalu meletakkan gelas kopi itu. "Devany?" "Iya yah. Ayah masih ingatkan? Anaknya Om Bayu." Balas Ciko. Kali ini senyumnya Ciko berubah menjadi wajah penuh selidik. "Kenapa yah? Ada masalah?" Tanya Ciko memastikan. Tresno melipat korannya lalu mendekatkan wajahnya ke arah Ciko. "Semalam papa sama mama ada tugas keluar kota. Papa nemani Om Bayu rapat besar. Setelah pulang rapat,papa sempat cerita sedikit dengan dia. Eh ternyata om bayu menceritakan, kalau Devany itu bukan anak kandungnya. Dia adalah anak abangnya Om Bayu. Pemilik perusahaan itu dulu. Tapi sewaktu Devany masih kecil,ayah sama ibunya mengalami kecelakaan dan meninggal. Jadi,dia dibesarkan oleh Om Bayu bersama Chintya. Umur mereka juga sama. Tapi begitulah,perusahaan itu berpindah tangan kepada om Bayu." Jelas Tresno panjang lebar. Awalnya Ciko yang penasaran masih mendengarkan cerita ayahnya dengan seksama. Tetapi tiba-tiba dia berteriak gak percaya. "Apa? Kok mungkin sih yah?" Tanyanya masih gak percaya. Tresno mengangguk pelan. Dia masih menatap lekat-lekat mata putranya itu. "Jadi,Devany bukan anaknya Om Bayu? Pantesan aja kemaren dia selalu direndahin sama om Bayu. Kasihan Devany." Ucap Ciko cemas. "Jadi gimana? Kapan kalian ujian?" Tanya Tresno melarikan pembicaraan. Ciko menatapnya kosong. Kemudian Ciko berjalan mendekati kursi Tresno. "Kenapa? Kamu bingung sama cerita ayah?" Tanya Tresno ketika Ciko sudah berdiri didepannya. "Enggak yah,Ciko cuma mau.." Ucapnya pelan. Matanya bergerak kesebuah benda diatas meja. Kopi ayahnya. Tanpa komando,Ciko menyeruput kopi Tresno. "Enak.." ucap Ciko sambil tersenyum lebar. Sangking geremnya, Tresno memukul bahu Ciko dengan koran yang dia gulung-gulung. "Dasar anak nakal!" "Ciko pergi dulu yah. Dadahh.." Ucap Ciko sambil berlari. Memang mereka dari dulu seperti itu. Ciko yang suka meminum kopi ayahnya,dan Tresno yang suka menggosip dengan Ciko dipagi hari. Mereka selalu kompak,bak Abang adik yang selalu bersama dan bahagia. "Dasar,Ciko..Ciko.." Tiba-tiba Tresno teringat lagi dengan Devany. Dia hanya menghela nafas panjang lalu kembali membaca korannya. ☕☕☕ "Pagi Dev.." "Ahhhhhh ya ampun." Devany terkejut bukan main. Masih saja baru membuka gerbangnya,eh tiba-tiba mahkluk kasat mata nongol didepannya. Lagi cengingisan pulak itu. "Ciko? Ngapain sih Lo? Buat gue kaget aja." Ucap Devany marah. Dia menutup pintu gerbangnya lalu berjalan kedepan Ciko. "Ya maaf,gue udah lama dari tadi. Cuma,gue gak manggil Lo. Eh,elo malah buka gerbang. Yah gue sapalah." Balas Ciko santai. Senyumnya itu loh,gak tahan. "Oh begitu. Mau ngapain Lo?" Tanya Devany judes. Tapi Ciko gak marah,dia malah tersenyum lebar sambil memukul-mukul jok belakang motornya. Seperti kode.. "Mau jemput Lo. Naik yuk," Ajak Ciko ramah. Devany menaikkan alis kirinya. Dia melipat tangan lalu bertingkah seperti lagi kesel sama Ciko. "Gak mau. Gue masih marah sama Lo. Gue gak suka dibohongi Cik,gue benci." Ucap Devany melembut. Ciko langsung menunduk. Berbohong. Satu kata yang Devany gak suka. Satu kata yang membuatnya bermasalah dengan Devany. Dan mungkin satu kata lagi yang akan dia lakukan mengenai om Bayu. "Tapi,gue berbohong supaya gue bisa jagain Lo Dev." Ucap Ciko parau. Eh,apa jangan-jangan Ciko mau nangis? "Yah iya Lo mau jagain gue. Tapi kejujuran itu jauh lebih aman daripada berbohong Cik. Kalau Lo bohongin gue dengan alasan mau jagain gue,bisa aja gue gak percaya. Karna Lo berbohong. Lo udah buat gue cemas setengah mati. Jadi,kalau Lo mau jagain gue,Lo harus jujur. Okeh?" Jelas Devany lembut. Gak ada gunanya berkata kasar sama Ciko. Lebih baik mengalah aja. "Oke. Gue minta maaf kalau gue udah bohongin Lo. Tapi,gue bisa gak minta satu permintaan?" "Apa?" "Berangkat bareng yuk." ??? "Gimana? Lo udah belajar? Nanti kita ulangan biologi kan" Tanya Ciko dengan suara kuat supaya kedengaran sama Devany. Yap,mereka berangkat bareng. Ciko itu, mau dijelasin beribu majas, ratusan kata serapan,jutaan peribahasa juga gak bakalan mau kalah. Dia bersikeras harus boncengan bareng Devany. Alhasil,Devany mengalah. Mengalah untuk bernafas. "Belum." Jawab Devany. Dia mendekatkan wajahnya ke pundak Ciko. "Loh,kenapa?" Tanya Ciko sembari melirik Devany dari spionnya. "Gue gak fokus. Gue keinget sama papa mama yang udah gak pulang selama sebulan. Gue kangen,tapi apalah daya. Mereka selalu sibuk kalau gue hubungi. Trus kak Chintya. Dia malah sombong banget,kayak gak nganggap kalau gue saudaranya. Hahahaha,lucu yah." Devany mencoba menghibur diri. Ada ribuan luka yang bisa terlihat langsung dari wajahnya. Ciko yang udah tau kenyataan, masih berperang dengan dirinya. Hati dan otaknya lagi berperang antara memberitahu kebenaran atau tidak. Kalau misalnya dia ngasih tau tentang om Bayu,bisa aja Devany jadi gak konsentrasi ujian kenaikan kelas dan bahkan gak dapet juara. Tapi,kalau dia gak tau,dia bakalan kayak gini terus. Trus kalau misalnya Ciko ngasih tau,memang Devany itu akan tau kebenarannya. Tapi,Ciko jamin dia bakalan ngelakuin sesuatu hal nekad yang selalu dia takutkan. "Kenapa harus Lo pikirin Dev? Elo kan tau kalau bos Lo nyari uang buat sekolah Lo. Buat masa depan Lo. Jadi,ngapain Lo harus sedih?" Ucap Ciko menguatkan. Devany langsung murung. Dia mencoba menarik nafas dalam-dalam dan memaksakan bibirnya untuk selalu tersenyum. Mencoba tegar walaupun kakinya sudah gak mampu tuk bertahan. Mencoba terlihat baik-baik saja walaupun dirinya sedang tenggelam dalam suatu kerapuhan. "Iya,Lo bener Cik. Makasih ya. Tapi seringkali gue gak bisa ngerasa kalau mama sama papa itu orangtua gue. Kayak hampa aja gitu. Tapi yaudahlah. Itu cuma perasaan gue." Ucap Devany sambil menghela nafas panjang. Dia mengalihkan pandangannya ke pada jalanan penuh orang-orang. Ciko masih berpikir keras. Tapi akhirnya dia memilih untuk memendamnya saja. Dia gak mau Devany sedih. Itu aja udah cukup. Maafin gue Dev,gue bohong lagi sama Lo. Gue takut Lo bakalan sedih.. gue gak mau itu. Jadi,tunggu aja waktu yang tepat. Gue sayang sama Lo. ??? "WOIIII! BALIKIN PENGGARIS ANAK KOST!! GUE KIRA LO SEMUA UDAH PADA TOBAT. TERNYATA PENGGARIS GUE MASIH HILANG JUGA. SIALAN LO PADE!" Aduh,Ciko sama Devany masih baru masuk ruangan kelas. Eh udah disambut sama anak kost ini. "Aduh Gaby,gue udah lama banget gak denger Lo teriak lagi. Kecilin dong volumenya." Ucap Devany sambil menutup telinganya. Gaby menatapnya sangar. Mana ada anak kost yang bisa diam kalau menyangkut tentang kehilangan barang. Mau rugi? " Tumpur bandar. Gue udah lama diem-diem karena lu semua gak ada lagi yang ambil barang gue. Tapi ini,udah mau ujian,barang gue raib satu persatu. Mana terima gue!" Balasnya sewot. Ciko mandangin mereka berdua. Eh tiba-tiba si Gaby menatapnya tajam seperti curiga kalau Ciko adalah pelakunya. "Elokan yang ambil penggaris gue? Buktinya seminggu ini Lo sering banget duduk disampingnya Devany. Gue curiga,kalau Lo punya maksud tujuan duduk disini. Mana penggaris gue?" Tanya Gaby dengan tatapan penuh curiga. Seperti istri yang lagi menginterogasi suaminya karena pulang malam. "Mana gue tau. Gue aja gak pernah megang meja Lo lagi. Gue udah lama tobat. Udah lama meninggalkan kehidupan lama gue." Jawab Ciko santai. Gaby masih aja melotot. Dia gak puas sama jawaban si Ciko. "Gue gak percaya sama lo! Buka!" Gertak Gaby sama si Ciko. "Buka apanya? Apa yang mau gue buka? Sleting celana gue? Kancing baju gue?Atau... Lo mau gue membuka rahasia gue?" Bisik Ciko pelan kesampingnya Gaby. Devany yang tak masuk akal dengan pembicaraan macan itu memilih duduk dan tidak ikut campur tangan. "Yah tas elu lah. Genit banget Lo jadi mahkluk." Ucap Gaby gerem lalu membuka tas Ciko garang. Ciko hanya tersenyum aja. "Dilihat aja dulu Bu. Kalau minat,tinggal pesan sama saya. Harga terjangkau,dan kualitas terjamin. Pilihan warna juga banyak. Cocok buat ibu-ibu kost yang pengen bayar uang kost tanpa uang." Ciko mencoba menjahili Devany. Gaby hanya merespon dengan ekspresi garang. "Diam Lo." Ucapnya sambil mengeluarkan barang-barang didalam tas Ciko. Suatu keajaiban terjadi macam sulap. Gaby mengeluarkan buku paket hari itu,lengkap dengan cacatan sama latihannya. Trus ada kotak pensil dengan isinya dua pulpen hitam,satu pulpen merah dan ,satu penggaris dengan tulisan 'hak milik anak kost. Jangan diambil,atau anda akan dikenai biaya satu dolar as' dari dalam. "Nah,ini penggaris gue. Memang yah Lo Ciko. Gak bisa hidup tanpa mencuri penggaris gue. Sialan Lo" pekik Gaby sambil memukulkan penggaris itu kebahu Ciko. Ciko hanya tersenyum jahil. "Oh iya. Gue lupa. Kemaren gue minjem tuh penggaris. Gue lupa bilangnya sama Lo. Trus pas mau gue balikin,gue lupa. Jadi terbawa deh." Ucap Ciko sambil ketawa kecil. "Minjem..Minjem.. Mencuri iya." Ucap Gaby kesel. Pas dia mau memasukin barang tadi, tiba-tiba sebatang coklat jatuh dari dalam tasnya. "Ih,ada coklat. Mau dong..." Ucap Gaby semangat. Dia hendak mengambil coklat itu,namun Ciko lebih cepat merampasnya. "Ini udah dipesan Bu. Stoknya udah habis. " "Ciee.. Ciko beli coklat. Buat siapa? Buat gue?" Prett "Ya enggaklah. Buat orang teristimewa. Udah gue mau balik aja dulu. Anak dibawah umur susah tanggap soal percintaan. Dadah..." Ucap Ciko lalu berjalan menuju kursi belakang. "Esssssss... Gimana Cik? Udah aman?" Tanya James sewaktu Ciko duduk di kursinya. Ciko menghela nafas berat. "Aman Mes. Tapi keknya gue harus bohong lagi nih. Gue tau kalau dia bukan anaknya Om Bayu. Gue harus merahasiakan ini dari dia." Ucap Ciko pasrah. Dia terlihat tak berdaya. James yang udah mengerti keadaan sahabatnya itu hanya mengelus bahu Ciko sambil mengangguk pelan. Mereka berdua memandangi Devany yang lagi melamun. Gue bakalan berusaha buat Lo bahagia Dev. Apapun caranya. Bahkan biarpun Lo harus benci sama gue. Maafin gue. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN