Hansell yang baru tiba di pekarangan rumah langsung melihat ke arah gesekan yang terjadi pada mobilnya, dan ternyata mobil nya memang tidak tergores atau pun lecet.
Hansel membuang kasar nafas nya dan beranjak ingin masuk ke dalam rumah berlantai dua yang sangat mewah itu, namun baru beberapa langkah kaki nya melangkah terdengar suara mobil sang Papa yang juga masuk ke dalam pekarangan rumah mereka.
Hans berinisiatif untuk menunggu sang Papa agar mereka bisa masuk ke dalam rumah bersama-sama.
"Malam Pa," ucap nya menyapa sang Papa yang baru saja keluar dari mobil sedan berwarna hitam itu.
"Ya Hans, kamu juga baru tiba," jawab Dirgantara Orlando.
Dirgantara Orlando pria berusia 50 tahun itu berpenampilan cukup kasual, jas yang di padukan dengan kemeja putih tanpa dasi, bahkan Dirga selalu melepas kedua kancing baju nya dan memperlihatkan d**a nya yang kekar dan bidang.
Meskipun berusia setengah abad, Dirgantara Orlando terlihat kekar dan awet muda, potongan rambut nya bahkan sama dengan sang putra yang berusia separuh di bawah usia nya, bahkan ketampanan Dirga tidak terlalu jauh di banding Hans meskipun usia mereka terpaut sangat jauh.
Karena selama ini Dirga selalu menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh nya dengan berolahraga, apalagi dari silsilah kakek Dirga adalah seorang berkebangsaan Jerman, itu sebab nya mereka tidak terlihat seperti pria pribumi pada umum nya.
Hanya kaca mata yang bertengger di hidung nya yang membedakan diri nya dengan Hansel Orlando putra semata wayang nya di karena kan faktor usia yang membuat mata nya sedikit rabun.
"Iya Pa, aku sangat lapar," bisik nya sambil merangkul pundak sang Papa.
"Ya Tuhan, apa yang akan kita makan malam ini," jawab Dirga mengingat juru masak di rumah mereka baru saja di pecat.
Sambil berjalan menuju ke dalam rumah kedua pria itu kebingungan harus menikmati makan malam seperti apa, karena selama ini almarhumah Mama nya selalu memasak masakan rumah untuk mereka.
"Aku merindukan masakan Mama Pa," jawab Hans.
Dirga pun merasakan hal yang sama, sudah enam bulan mereka di tinggalkan oleh wanita yang paling penting di rumah ini.
"Kamu tenang saja, Papa akan masak telur dadar untukmu," sahut Dirga sambil menepuk-nepuk pundak putra nya itu.
"No-, aku tidak mau sakit perut seperti kemarin, lebih baik aku masak sendiri," pekik Hans berjalan duluan mendahului sang Papa.
Dirga hanya bisa tertawa melihat kelakuan putra nya itu, di rumah Hans memang terlihat sangat manja, berbeda bila dirinya berada di luar ataupun sedang bersama orang lain.
Dirgantara mengikuti langkah Hans masuk ke dalam rumah sambil tersenyum tipis.
Aisyell yang baru keluar dari ruangan manager itu hanya bisa menunjukkan wajah nya yang begitu kusut, karena pusing dengan semua beban hidup nya Aisyell pun duduk di salah satu meja Cafe, tidak lama datang lah seorang waiters ingin melayani diri nya.
"Mau pesen apa Mbak?" tanya Waiters sambil menunjukan buku menu kepada Aisyell.
"Maaf Mbak, Saya cuma mau numpang duduk sebentar," jawab Aisyell.
"Maaf ya Mbak, ini bukan tempat untuk menumpang duduk, kalau duduk di Cafe itu artinya Mbak nya harus pesan, banyak pelanggan yang sedang mengantri," desis sang Waiters dengan nada suara yang keras.
Aisyell melihat sekelilingnya nya dan tidak ada orang yang mengantri, namun Aisyell sadar diri dan beranjak meninggalkan tempat itu.
"Gak manager, gak karyawan sama galak nya, apes banget sih nasib gue, gini amat ya kalo gak punya duit," ucap nya sambil berjalan cepat.
Aisyell merogo tas sandang yang di pakai nya, di ambil nya ponsel yang sudah menunjukkan pukul sembilan malam, Aisyell pun berencana untuk pulang saja, dirinya memesan ojek online dari aplikasi hijau.
Sesampai nya di kost, Aisyell berdiri di depan pintu kamar nya, namun Aisyell sangat terkejut ketika melihat pintu kamar nya terbuka.
"Kok pintu nya gak terkunci, perasaan tadi aku kunci deh!" batin nya kebingungan.
Di rogo nya tas dan benar saja ada kunci di dalam tas nya, dengan perasaan takut Aisyell pun membuka pintu dan begitu terkejut nya Aisyell melihat pakaiannya yang ada di dalam lemari sudah berantakan jatuh keluar.
"Tidak-" teriak nya berlari masuk ke dalam kamar.
Aisyell langsung mengecek uang lima ratus ribu yang tersisa, dan benar saja uang itu sudah raib, dirinya langsung menangis dan merengek seperti anak kecil yang tidak diberikan permen.
"Papa-, tolong anakmu yang malang ini." tangis nya semakin pecah.
"Siapa sih yang tega nyopet orang semiskin aku, aku doa'in yang rampok duitku bisulan setahun!" teriak nya menggema seisi kamar.
Tangisan nya tidak dapat di tahan lagi, nasib sial bertubi-tubi datang pada nya.
Aisyell mengingat kalau uang itu untuk membayar kost nya untuk bulan depan, dirinya merangkak ke arah kasur dan kembali membenamkan wajah nya di kasur dan menangis sekuat tenaga.
Aisyell mengingat uang pemberian Om nya dan mengambil ponsel nya untuk menghubungi Mizya.
" Halo ..."
"Halo Miz, elo bisa gak ke kost gue, gue mau nangis di pelukan loe!"
"Ada apa lagi sih, yauda gue nih lagi sama Om Pram, biar gue di antar ke kost loe deh,"
"Ok, Bye."
Aisyell pun kembali meratapi nasib nya, baju nya yang berantakan kembali di lipat nya dan di masukan kedalam lemari itu.
Tidak lama datang lah Mizya dan langsung masuk sambil membawa satu plastik makanan.
"Mizyaaaa-" teriak Aisyell ketika melihat sahabat nya itu masuk, bahkan Aisyell merangkak menuju ke arah Mizya.
"Kenapa sih loe!" pekik Mizya menjatuhkan kantung plastik berisi Pizza dan spaghetti carbonara itu tidak jauh dari pintu.
Mizya pun membawa tubuh Aisyell untuk duduk di pinggir kasur.
"Ada apa lagi?" tanya nya sambil menghapus air mata sahabat nya itu.
Aisyell pun menceritakan semua nya kepada Mizya, mulai dari dirinya di usir dari rumah Om nya, di marahi di Cafe sampai uang terakhir nya di rampok di dalam kost nya.
Mendengar semua perkataan Aisyell membuat Mizya ikut sedih dan juga sedikit geli.
"Kayak nya elo kenak karma deh Ais, elo pernah buat jahat sama siapa sih?" ledek Mizya dengan memasang wajah lugu sambil menggaruk kepala nya yang tidak gatal.
"Diam loe, gue butuh solusi bukan bacot," ucap Aisyell memukul pundak Mizya.
Mizya pun hanya tertawa namun tiba-tiba terdengar suara cacing dari perut Aisyell.
"Gue laper Miz," gumam nya menghapus air mata yang masih berlinang.
Mizya pun mengingat makanan yang tadi di bawah nya.
"Oh iya ...itu tadi gue bawa Fizza dan spaghetti carbonara buat loe!" tunjuk Mizya ke arah plastik yang tergeletak.
Aisyell pun langsung membulatkan mata nya, mata yang tadi sayup tak b*******h berubah menjadi berbinar-binar.
Aisyell merangkak meraih kantung plastik yang tergeletak.
Sedangkan Mizya hanya bisa tertawa melihat tingkah konyol sahabat nya itu.