Gaji 1 Juta

1105 Kata
Aisyell yang sudah gugup setengah mati hanya bisa menelan saliva nya, untungnya kaca helm bewarna hitam dan segera di turun kan nya untuk menutupi seluruh wajah nya. Ternyata seorang pria muda yang mengendarai mobil sport mewah bewarna hitam itu, pria itu membuka kaca mata lalu melihat ke arah mobil yang sempat di senggol oleh kaki Aisyell, beruntung mobil itu tidak tergores ataupun lecet. "Hati-hati kamu!" ucap nya cuek. Aisyell pun hanya bisa mengangguk-angguk kan kepala nya dengan cepat. "Iya Mas maaf ya, penumpang saya tidak sengaja," ucap abang ojek online yang ikut membantu menolong Aisyell. Pria itu kembali memakai kaca mata nya dan menutup kembali kaca mobil itu dan langsung tancap gas saat lampu sudah berwarna hijau. Namun Aisyell sadar kalau pria itu adalah orang yang menjadi pengisi materi di kelas nya tadi. "Syukur lah dia tidak minta ganti rugi," batin Aisyell. "Syukur aja ya Neng Mas ganteng itu gak marah," ucap abang ojek online. "Iya Mas," ucap Aisyell yang sedikit kikuk karena sudah ketakutan setengah mati. Tanpa terasa mereka kini telah sampai di sebuah rumah berlantai dua ber cat putih yang cukup mewah, Aisyell pun turun dan langsung memberikan ongkos kepada abang ojek online. Dengan sedikit gugup Aisyell berjalan mendekati rumah berlantai dua itu, syukur nya pagar tidak di kunci sehingga Aisyell masuk begitu saja. Aisyell menekan bel sebanyak tiga kali, dan tanpa waktu lama pintu rumah itu pun terbuka dan menunjukkan sosok Olla sang Tante. "Kamu?! ngapain lagi kamu kesini?" bentak nya melotot ke arah Aisyell. "Tan-te, Ais ingin bertemu Om Ridwan," ucap nya sedikit terbata-bata. "Ngapain kamu bertemu suami saya?!" bentak nya kembali, sosok Olla sejak dulu memang sangat judes. "Siapa Ma?" sahut Ridwan yang tiba-tiba saja muncul dari balik tubuh Olla. Melihat kedatangan keponakan nya membuat Ridwan sedikit kaget. "Ais, apa yang kamu lakukan malam- malam begini di rumah Om?" tanya nya kebingungan. Namun tiba-tiba sosok Evan ikut melihat dan langsung memeluk Aisyell. "Mbak Ais, Evan kangen loh sama Mbak," ucap Evan anak dari Ridwan dan Olla. Olla yang sedikit kaget melihat putra nya yang memeluk Aisyell langsung menarik tangan putra nya itu. "Ngapain sih Van kamu peluk-peluk dia!" pekik Olla kepada putra semata wayang nya itu. Evan pun hanya bisa terdiam dan berdiri tepat di belakang sang Mama. "Ais apa yang membuat kamu kemari?" tanya Ridwan kembali. Aisyell yang gugup setengah mati hanya bisa meremas dress nya. "Be-gini Om, Ais mau pinjam uang untuk-" Belum sempat Aisyell menyelesaikan perkataan nya, suara tawa Olla langsung bergema di rumah itu. "Enak aja kamu mau pinjam uang, kamu pikir ini Bank, kami itu malu punya saudara koruptor seperti Papamu!" bentak Olla. "Jangan begitu Ma, Wak Rasyid selama ini baik sama kita, Wak Rasyid yang selalu bantu Papa kalau kita lagi kesulitan," ucap Evan yang sudah emosi melihat ucapan kasar ibu nya. "Cukup! cukup!" teriak Ridwan. "Kamu butuh berapa Ais?!" sahut Ridwan. "Sa-ya butuh lima puluh juta Om untuk biaya kuliah," pekik Aisyell. Olla kembali tertawa terbahak-bahak. "Pergi kamu dari rumah kami!" usir Olla sambil mendorong Aisyell hingga terjatuh ke lantai, dengkul nya bahkan sampai tergores. "Mbak!" teriak Evan berusaha membantu Aisyell. Namun Olla malah menahan Evan. "Mama bilang masuk Evan!" teriak Olla yang membuat Evan masuk kedalam rumah. Sedangkan Ridwan hanya bisa bergeming tanpa melakukan apapun, sedikit pun tidak ada rasa iba pada keponakan satu-satu nya itu, Ridwan lebih mendengar ucapan istrinya. "Maaf Ais, kami tidak punya uang sebanyak itu, sebaik nya kamu pergi dari sini," ucap Ridwan. Namun Ridwan sempat membantu Aisyell untuk berdiri dan menyelipkan uang lima ratus ribu di tangan Aisyell. Sebelum bisa berdiri Olla malah menarik tangan Suaminya itu dan langsung membanting pintu hingga tertutup dengan keras. Aisyell melihat uang yang di berikan oleh Om nya dan hanya bisa menangis, dirinya berusaha menahan tangis namun rasanya tidak mungkin. "Papa-" panggilnya sambil menangis, tubuhnya bergetar begitu kencang karena menahan tangis. "Benar kata orang, orang lain bisa lebih baik di banding saudara sendiri," ucap Aisyell berusaha berdiri. Aisyell menghapus air mata nya lalu berjalan meninggalkan rumah Om nya itu, diri nya berencana akan berjalan kaki di jalanan yang ramai itu. "Sebaiknya aku jalan kaki saja, sambil melihat-lihat mana tau ada lowongan kerja," batin nya. Aisyell berjalan pelan dan melihat ada sebuah Cafe yang cukup ramai. Dan sangat kebetulan dirinya melihat sebuah tulisan ' Lowongan Kerja (Waiters) ' Wajahnya yang tadi murung berubah menjadi ceria, dirinya masuk kedalam Cafe dan langsung menemui manager Cafe tersebut. Aisyell mengetuk pintu dimana Manager itu berada, sebelum masuk dirinya sempat bertanya kepada karyawan yang ada di Cafe. "Ya masuk." terdengar suara wanita dari dalam. Aisyell melangkah kan kaki nya dan mengucap doa agar dirinya bisa di terima bekerja. "Kamu siapa?" ucap wanita dengan kaca mata dan rambut yang di ikat rapi itu, wanita itu duduk di balik meja nya, perkiraan Aisyell wanita itu berusia sudah kepala empat. "Ini buk, Saya mau melamar kerja," ucap nya sedikit tenang. "Ibuk! kamu ini kok panggil saya ibuk, panggil saya Mbak!" bentak wanita itu melihat Aisyell dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. "Maaf Mbak," gumam Aisyell yang kaget karena sudah di marahi padahal belum bekerja, dirinya bahkan tidak di suruh untuk duduk. "Disini ada dua shift dan yang sedang kami butuhkan adalah shift malam," ucap nya dengan tegas. "Pas banget, aku memang butuh pekerjaan di malam hari," batin Aisyell. "Iya Mbak, saya memang butuh pekerjaan yang bisa di lakukan di malam hari," ucap nya. "Oke, jam kerja nya dari pukul tiga sore sampai pukul sebelas malam, kalau sabtu dan minggu itu sampai pukul dua belas malam karena hari itu adalah hari dimana pelanggan ramai." ucap nya. Aisyell mengerutkan kening nya, bagaimana mungkin dirinya bisa bekerja dari pukul tiga sore, kadang mata kuliah nya saja berakhir pukul empat sore. "Apakah jam kerja nya tidak bisa di mulai dari pukul lima sore Mbak?" tanya Aisyell sedikit hati-hati karena wanita di depan nya ini terlihat sangat judes dan cerewet. "Kok kamu yang atur jam kerja?!" pekik nya membuat Aisyell kembali menundukkan kepala nya. "Maaf Mbak," gumam Aisyell menahan nafas nya. "Kalau kamu bersedia besok sudah boleh bekerja, datang pukul tiga sore." sahut nya sambil membuka telepon genggam nya. "Kalau masalah gaji gimana ya Mbak?" tanya Aisyell. "Belum kerja sudah tanya gaji," jawab nya tersenyum mengejek. "Disini gaji nya itu satu juta selama training, dan training nya itu selama tiga bulan," ucap nya dengan tegas. Aisyell membulatkan mata nya tidak percaya dengan gaji yang di dengar nya. "Hah, satu juta." batin nya dalam hati, Aisyell bahkan ingin tertawa dengan gaji yang di tawarkan. "Bagaimana mungkin aku bisa mengumpulkan uang untuk semesteran dan biaya skripsi lain nya yang jumlahnya hampir lima puluh juta dalam enam bulan dengan gaji satu juta," ucap nya dalam hati.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN