Tidur di kasur yang keras dan sempit membuat Aisyell dan Mizya tidak bisa tidur, beralaskan selimut yang begitu kecil membuat mereka saling tarik menarik, belum lagi hawa panas karena tidak ada nya kipas angin di kost sederhana Aisyell, syukurnya tidak ada nyamuk nakal yang ingin menyedot darah mereka.
Mereka hanya bisa menatap ke langit-langit kamar yang sebagian sudah terlihat ingin roboh karena bekas air yang merembes.
"Jadi rencana kamu apa Ais?" tanya Mizya tanpa menatap Aisyell.
"Idih ...Aku, kamu nih!" jawab Aisyell mulai menggerakkan tubuh nya ke samping menghadap Mizya.
Mizya yang emosi melihat Aisyell malah menjitak kepala sahabat nya itu.
"Serius dong Ais, elo yakin mau gini terus," tanya Mizya ikut menghadap ke arah Aisyell.
Aisyell kembali melamun, dirinya sadar betul apa yang di maksud oleh Mizya, nasib Papa nya belum tahu bagaimana, untuk menemui sang Papa pun belum bisa karena masih dalam penyelidikan.
"Gue gak tahu Miz, gue gak tahu harus mengadu kemana lagi, gue gak punya siapa-siapa untuk di mintai bantuan," desis nya berusaha untuk tetap tegar.
"Gimana kalau kita jumpai dulu Om Dirga, setidaknya loe lihat dulu bagaimana beliau," ucap Mizya.
"Loe kok ambisius banget sih pengen ngenalin gue sama Om-om gatel itu," pekik Aisyell mengerutkan kening nya.
"Bukan gitu Ais, Om Dirga itu kan pengusaha terkenal, banyak perusahaan nya, gimana kalau kita minta kerjaan sama dia," jawab Mizya.
"Kenapa sama Om Dirga itu, kenapa gak sama Om Pram, Sugar Daddy elo yang mata keranjang itu," pekik Aisyell menatap sinis ke arah Mizya.
"Justru karena Om Pram itu mata keranjang gue gak mau ngenalin sama elo, gue takut entar elo di apa-apain lagi, menurut gue Om Dirga itu pria yang sangat baik Ais," sahut Mizya yang kini sudah duduk.
Aisyell tampak berpikir, mungkin yang di katakan Mizya benar, selama ini Mizya tidak pernah mengenal kan diri nya pada Om Pram, hanya beberapa kali Mizya menunjukkan foto Pram.
"Baik lah Miz, apa salah nya kita coba, kalau pun dia kasih gue kerjaan gue gak mau sama yang nama nya berurusan sama ranjang, lebih baik gue mati!" pekik Aisyell melipat kedua tangan nya dalam keadaan berbaring.
"Oke, besok kita jumpain beliau, gue tahu kok kantor nya," ucap Mizya sambil mencubit pipi chubby Aisyell.
Aisyell dan Mizya pun saling mencubit satu sama lain, sesekali mereka saling menggelitik satu sama lain.
Setelah merasa lelah, Aisyell dan Mizya kini sudah tertidur pulas di kasur yang sangat sempit itu.
Suara-suara aktivitas orang di luar kost membangun kan Aisyell dari tidur nya, Perut nya terasa lapar, Aisyell pun membangun kan Mizya.
"Miz, bangun!" desis nya sambil menggoyangkan tubuh Mizya.
Mizya merenggang kan otot-otot tubuh nya yang terasa sakit karena keras nya kasur, selama ini Mizya tinggal di apartemen yang lumayan bagus berkat Om Pram, namun Mizya tidak bisa membawa Aisyell bersama nya karena Om Pram sering mengunjungi nya ke apartemen.
"Sakit semua badan gue!" pekik nya.
"Udah ah gak usah banyak drama Miz, masih pagi," jawab Aisyell yang sudah berdiri menuju kompor, Aisyell pun memasak air di dalam panci berukuran kecil yang biasa dia gunakan untuk memasak mie instan.
Aisyell membuat teh manis panas dua gelas, hanya ada gula dan teh.
"Minum dulu Miz," lirih nya meletakkan kedua gelas itu di lantai di dekat kasur mereka.
"Gak ada roti?" tanya Mizya.
"Kagak ada, gue berusaha hemat," jawab Aisyell setelah meneguk teh manis hangat itu.
"Kasihan banget nasib loe!" Mizya menggeleng kan kepala nya lalu meneguk teh manis itu.
"Entah lah Miz, hidup melarat sangat menyakitkan," lirih nya.
Mizya pun bangkit lalu mengambil ponsel nya di dalam tas.
"Gue pinjam baju loe ya, pagi ini kita pergi ke kantor Om Dirga!" ajak Mizya.
"Pagi ini!" tanya Aisyell yang kaget.
"Iyalah, hari ini kan kita gak ada mata kuliah, lagian lebih cepat kan lebih baik," ucap nya singkat lalu berdiri dan masuk kedalam kamar mandi.
Aisyell termenung sejenak, entah kenapa hati nya merasa sangat takut, ini adalah pertama kali nya dia berurusan dengan pria, selama ini Aisyell selalu menjadi anak rumahan yang sangat menurut pada sang Papa, diri nya selalu berusaha mengurus sang Papa di rumah, apalagi sejak kecil diri nya dan sang Papa sudah di tinggal kan oleh Almarhumah ibu nya nya.
Aisyell mencari pakaian yang akan di pinjam oleh Mizya, dress selutut polos tanpa lengan berwarna hitam, sedangkan diri nya memakai dress selutut brukat berwarna cream namun berlengan.
Mizya keluar dari kamar mandi hanya berbalut kan handuk.
"Mana baju gue!" tanya nya sambil mengeringkan rambut dengan handuk kecil.
"Tuh!" tunjuk Aisyell dengan mengarahkan bibir nya ke arah kasur.
Mizya pun berjalan ke arah kasur, sedangkan Aisyell berjalan ke arah kamar mandi sambil membawa dress yang akan di pakai nya.
Setelah setengah jam, Aisyell keluar dari kamar mandi sudah lengkap dengan dress nya.
"Sini biar gue dandani loe yang cantik!" panggil Mizya yang baru saja selesai berdandan.
Aisyell pun mengikuti perintah Mizya.
Mizya mulai mem blow rambut Aisyell agar terlihat lebih bervolume, dan membuat sedikit aksen curly pada ujung rambut nya.
"Sekarang wajah loe sini," tarik Mizya.
"Gue aja deh, gue juga bisa kok!" pekik Aisyell.
"Yauda nih, yang cantik dandan nya, kita mau ke kantor jangan terlihat seperti mahasiswa," pekik Mizya.
"Kok gue kayak mau di jual sama elo sih!" pekik Aisyell membuat kedua nya tertawa.
Aisyell mengambil bedak padat lalu memoles kan pada wajahnya, tidak lupa dirinya menggunakan maskara agar bulu mata nya yang lentik terlihat lebih jelas, Aisyell pun menggunakan lipstik berwarna nude.
"Gue udah siap!" pekik Aisyell berdiri dan berputar di depan Mizya yang juga sudah terlihat cantik.
"Perfect." ucap Mizya menunjukkan jari jempol nya.
Mizya pun memesan taksi online dari ponsel nya, mereka pun langsung bergerak pergi menuju kantor Dirga, sebelum nya tadi malam Mizya sudah memberi tahu kepada Om Pram agar mengabari Om Dirga kalau diri nya bersama sahabat nya ingin menemui Om Dirga untuk meminta bantuan, awal nya Pram sedikit bingung, namun dengan rayuan maut Mizya, Om Pram pun mau membantu.
Tangan Aisyell bergetar, bahkan sudah berkeringat, jantung nya berdegup kencang membayangkan hal yang tidak-tidak.
"Sudah Ais, elo tenang aja, kita bukan mau perang," sahut Mizya berusaha menenangkan Aisyell.
Aisyell pun menarik nafas nya dalam-dalam lalu menyemangati dirinya sendiri.
"Gue pasti bisa!" teriak nya membuat Mizya dan Pak Supir sampai kaget.