Lima Puluh Juta Om?

1021 Kata
Aisyell dan Mizya kini telah sampai di depan sebuah gedung pencakar langit, Mizya mengeluarkan beberapa lembar uang dua puluh ribu untuk membayar Supir taksi tersebut. Mereka turun sambil melihat ke arah gedung yang tinggi itu, ada beberapa karyawan berlalu lalang dengan pakaian ala kantor nya. Mizya menarik tangan Aisyell dan mereka melangkah kan kakinya masuk kedalam kantor yang besar itu. "Elo duduk dulu disini, biar gue bicara dulu sama resepsionis disana," ucap Mizya kemudian meninggalkan Aisyell. Aisyell merasa jantung nya berdegup semakin kencang, dirinya masih merasa semua ini tidak benar. Aisyell terus menggerakkan kedua kaki nya, lutut nya bergetar seperti orang yang sedang menahan hajat. Mizya berjalan mendekati Aisyell. "Bagaimana?" tanya Aisyell yang kini sudah berdiri. "Aman, sekarang kita ke ruangan Om Dirga, beliau mengijinkan kita masuk," ucap Mizya kembali menarik tangan Aisyell menuju Lift. Mizya menekan tombol lift menuju ke lantai atas. Saat ingin masuk mereka berpapasan dengan Hansell Orlando, bahkan Aisyell sempat menyenggol tangan Hansell. Aisyell dan Hansel sempat saling bertatapan, namun wajah dingin Hansell hanya melirik kemudian menepuk jas nya yang tersenggol oleh Aisyell. "Anjirr sombong amat tuh orang, emang gue kuman!" pekik Aisyell yang tidak terlalu memperhatikan wajah Hansell. "Udah, cepetan Ais, Om Dirga udah nunggu kita!" ajak Mizya menarik lengan Aisyell. Mizya dan Aisyell pun masuk kedalam lift lalu menekan angka 20. Lift membawa mereka dengan cepat menuju lantai dimana ruangan Dirgantara Orlando. Di depan sebuah ruangan Mizya menarik nafas nya, sedangkan Aisyell entah seperti apa lagi perasaan tidak karuan menyelimuti diri nya. Mizya mengetuk pintu sebanyak tiga kali. "Masuk!" teriakan dari dalam membuat Aisyell semakin kelabakan. Mizya menarik handle pintu dan langsung masuk ke dalam, sedangkan Aisyell masih berdiri tidak dapat menggerakkan kaki nya. Melihat Aisyell yang masih terdiam terpaku membuat Mizya berdecak dan menarik tangan nya hingga kini mereka berdua sudah berada di dalam ruangan. Terlihat kursi yang menghadap ke arah jendela. "Permisi Om, ini saya Mizya." ucap Mizya dengan suara tegas nya. Kursi yang menghadap jendela itu pun perlahan berputar menghadap Mizya dan Aisyell. Aisyell sempat merasa kaget melihat pria di depan nya yang sungguh jauh dari ekspetasi nya. "Hai Om, apakabar?" sapa Mizya sedikit berbasa-basi. Dirgantara bangkit dari kursi dan berdiri. "Hai Miz, saya baik, silahkan duduk," jawabnya dengan bahasa yang sopan dan lembut. Mizya berjalan menuju kursi dan duduk, sedangkan Aisyell masih terpaku di tempat nya sambil memelintir dress nya. Melihat tingkah Aisyell membuat Mizya kembali berdecak dan memanggil Aisyell. "Ais, sini duduk!" pekik nya menyadarkan Aisyell dari lamunan nya. Aisyell berjalan mendekati Mizya, lalu menarik kursi dan duduk tepat di samping Mizya. "Ada apa Miz? kenapa kamu kemari, saya sedikit kaget semalam mendapat kabar dari Pram," ucap Dirga dengan suara yang teramat bijaksana. Sedangkan Aisyell tidak berhenti melihat Dirga, pria berusia setengah abad itu masih terlihat tampan dan gagah, apalagi kacamata yang bertengger di hidung nya membuat kesan dewasa dan berwibawa. "Ini Om, saya membawa teman saya un-" Belum sempat Mizya menyelesaikan ucapan nya Dirga langsung terbatuk. "Maaf Miz, sepertinya ada kesalahpahaman, Pram hanya bercanda saat mengatakan saya mencari seorang wanita muda untuk menemani saya, maaf sekali lagi sa-" Mizya juga langsung memotong pembicaraan Dirga. "Iya Om, saya paham kok, niat kami kemari bukan itu Om," ucap Mizya menggaruk kepala nya. Sedangkan Dirga sudah terlihat kikuk dan berkeringat, apalagi sesekali Dirga melirik ke arah Aisyell yang sejak tadi terlihat malu. Wajah Aisyell terlihat merah padam, bahkan keringat sudah membasahi pelipis nya, diri nya bagaikan sedang di perjual belikan, dan pembeli tidak ingin membeli nya. "Lalu niat kalian kemari apa?" tanya Dirga yang mulai berusaha tenang dan kembali menunjukkan sikap wibawa nya. Mizya menarik nafas nya lalu memberanikan diri. "Teman saya butuh pekerjaan Om," desis nya. "Pekerjaan?" "Iya Om, teman saya sudah semester akhir, dan membutuhkan biaya yang cukup besar, sedangkan keluarga nya sedang tertimpa musibah Om," jawab Mizya. Dirga kembali duduk dan melepas kaca mata yang bertengger di hidung nya lalu memijit pangkal hidung nya yang terasa kaku. "Maaf Mizya, tapi perusahaan tidak bisa menerima karyawan yang masih kuliah," ucap Dirga. Aisyell hanya bisa menundukkan kepala nya lalu meremas dress nya. "Pekerjaan apa saja Om, Aisyell ini cukup mahir melakukan apapun," sahut Mizya berusaha menyakinkan Dirga. "Nama kamu siapa?" tanya Dirga yang begitu tiba-tiba. Aisyell langsung mengangkat wajahnya dan menatap ke arah Dirga. "Na-ma saya Aisyell Om," gumam Aisyell dengan sangat pelan. "Apa?" tanya Dirga yang tidak begitu mendengar suara Aisyell. "Nama saya Aisyell Om." tegas Aisyell, kini suara Aisyell terdengar lebih jelas. Dirga yang kaget langsung membulatkan matanya dengan sempurna, nama itu sangat berarti untuk nya, putri kembarnya yang meninggal sejak usia tujuh tahun pun bernama Aisyell, saudara kembar dari Hansell Orlando. Dirga sejenak terpaku dan melamun, dirinya kembali mengingat putri kecilnya yang begitu manis, bahkan Dirga hampir meneteskan air matanya. Melihat Dirga yang terdiam dan mata nya yang berkaca-kaca membuat Mizya dan Aisyell saling menatap keheranan. Dengan berani Mizya kembali menyadarkan Dirga dari lamunan nya. "Om Dirga?" panggil Mizya. Dirga yang mendengar suara Mizya langsung tersadar dan menghapus mata nya yang sudah berkaca-kaca. "Maaf, saya teringat almarhumah putri kecil saya, nama nya sama seperti kamu," ucap Dirga melihat ke arah Aisyell. Mizya dan Aisyell yang mendengar ucapan Dirga seketika merasa terharu. Aisyell melihat Dirga dengan seksama, pria matang di depan nya ini terlihat sangat family man. "Apa kamu bisa memasak?" tanya Dirga. Aisyell tersadar dan langsung berdiri. "Bisa Om, saya bisa memasak, sejak kecil saya hanya tinggal berdua dengan Papa saya, jadi saya sudah biasa memasak untuk Papa, saya kehilangan Mama saya sejak usia lima tahun," ucap nya dengan cepat. Melihat Aisyell yang tiba-tiba bersemangat membuat Mizya tersenyum. Begitu juga dengan Dirga, gadis yang sejak tadi diam tiba-tiba menjadi sangat bersemangat. "Kamu bisa masak rumahan kan? apa saja yang bisa kamu masak?" tanya Dirga kembali. "Saya bisa masak rendang, gulai, semur, sambal terasi pun bisa Om," ucap Aisyell dengan sangat cepat. Mendengar suara Aisyell yang lantang membuat Dirga tertawa renyah. "Baik lah, saya paham." Dirga menatap Aisyell yang begitu penuh semangat. "Kalau begitu berapa biaya kuliah kamu yang harus saya bayar?" tanya Dirga yang kini kembali memakai kaca mata nya. Aisyell sangat gugup dan malu memberikan nominal nya kepada Dirga. "Lima puluh juta Om," pekik Mizya dengan lantang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN