Dirga tersenyum renyah ketika melihat raut wajah ketakutan Aisyell, dirinya bahkan sempat memukul kaki Mizya karena terlalu ceplas-ceplos.
"Baik lah, saya akan membayar semua biaya kuliah kamu sampai selesai," tegas nya tersenyum ramah kepada kedua wanita muda di depan nya.
Aisyell membulatkan mata nya dengan sempurna bahkan mulut nya sudah ternganga karena tidak percaya secepat itu Om ganteng di depan nya setuju.
"Beneran Om, tapi uang lima puluh juta itu kan banyak," lirih nya.
"Tidak masalah, yang penting kamu masak yang enak dan belajar dengan baik!" ucap Dirga.
"Baiklah Om, saya janji saya akan bekerja dengan baik, bila perlu setelah selesai kuliah saya akan mengabdi di perusahaan Om ini," pekik nya memberi semangat pada diri nya sendiri.
"Itu sih mau Loh!" ejek Mizya yang juga kini bisa bernapas lega.
Melihat kebahagiaan Aisyell membuat Mizya pun ikut merasakan nya, sejak awal Mizya tahu betul kalau Dirga memang orang yang tepat untuk membantu kesulitan Aisyell.
Aisyell yang kikuk hanya bisa tersenyum malu, Dirga dapat melihat raut kebahagiaan pada gadis yang namanya sangat mirip dengan putri nya.
"Baik lah Om, kalau begitu mulai besok saya akan bekerja dengan giat, agar bisa membayar semua kebaikan Om," ucap Aisyell yang kini berdiri dan menundukkan kepala nya.
Dirgantara kembali tertawa melihat tingkah laku Aisyell yang tiba-tiba berubah seribu derajat, yang tadi nya pendiam kini menjadi gadis yang sangat periang dan ceria.
Aisyell dan Mizya pun pamit dari kantor itu setelah Aisyell mendapat kertas berisikan alamat rumah kediaman Dirgantara Orlando, bagaimana pun mereka tidak ingin mengganggu pekerjaan Dirga.
Meskipun begitu tidak ada sedikit pun perasaan takut ataupun curiga yang di rasakan Aisyell, melihat Dirga, Aisyell kini sadar bahwa yang di katakan Mizya memang benar adanya, Dirgantara adalah pria baik dan bijaksana, tidak ada sikap ataupun perilaku genit yang di tunjukkan nya berbeda dengan dosen nya yang mata keranjang, memperhatikan setiap lekuk tubuh wanita dari kepala hingga ke kaki.
Mizya dan Aisyell saling merangkul, tidak sekalipun senyum luntur di wajah kedua nya.
"Gue traktir loe makan enak," ucap Mizya.
"Asik ..."teriak Aisyell mengeratkan rangkulan nya pada Mizya.
Mereka meninggalkan gedung pencakar langit itu dengan wajah yang berseri-seri.
Kedua nya telah sampai di sebuah restoran mewah di kota itu, tidak jauh dari perusahaan Dirgantara Orlando, buktinya mereka hanya membutuhkan lima belas menit menaiki taksi.
Aisyell dan Mizya saling bergenggaman memasuki restoran mewah yang menyediakan Western Food itu.
Mereka berdua memesan steak dengan tingkat kematangan medium.
"Sudah lama gue gak makan makanan enak ini Miz," gumam Aisyell ketika melihat makanan sudah terhidang.
"Iya Ais, hari ini adalah hari kebahagiaan kita berdua, jadi harus di rayakan dengan makanan lezat," ucap Mizya tersenyum ke arah Aisyell.
Mata Aisyell berkaca-kaca melihat tatapan hangat Mizya "Makasih ya," ucap nya.
Kedua nya kini menikmati hidangan lezat yang menggugah selera itu, Aisyell bahkan sangat cepat menghabiskan makanan nya, apalagi perutnya memang sangat lapar karena tadi pagi hanya sarapan dengan meminum teh hangat.
Tidak lama datang lah seorang pria dengan wanita cantik yang berpakaian ala kantoran tepat di samping mereka, Aisyell tidak sengaja melihat sang pria yang duduk tidak jauh dari nya.
"Itukan pemateri si pria yang aku senggol mobilnya, dia- juga yang tadi aku tabrak di lift," batin Aisyell melotot ke arah pria itu.
Hansell menggunakan kaca mata lalu membuka laptop nya, berbicara lugas dengan seorang wanita cantik dan sexy.
"Kenapa Ais?" tanya Mizya yang sedikit keheranan melihat Aisyell yang terus memandangi seorang pria di samping nya.
"Itu Miz, dia kan pria yang menjadi pemateri di kelas kita kemarin," bisik Aisyell kepada Mizya.
Mizya memperhatikan dengan seksama dan membenarkan ucapan Aisyell.
"Iya, loe bener, ingat aja ya loe kalo cowok ganteng," goda Mizya menyenggol tangan Aisyell.
Aisyell tersenyum kikuk, karena itu bukan pertama kali mereka bertemu, tetapi sudah ketiga kalinya dan ini adalah yang ke empat kali nya, namun Aisyell tidak memberitahu kan nya kepada Mizya karena menurutnya tidak lah penting.
"Pacar nya juga cakep sih, dewasa lagi, lihat tuh gunung kembar nya aja segede gaban," kekeh Mizya.
Aisyell memukul lengan Mizya.
"resek amat sih," kekeh Aisyell.
Aisyell melirik ke arah wanita itu, dan benar saja wanita itu memang cantik dan sangat montok, berbeda sekali dengan diri nya yang rata di mana-mana.
Mengingat hal itu membuat Aisyell terkekeh sendiri.
Melihat Aisyell yang tertawa membuat Mizya keheranan.
"Kenapa loe?" tanya Mizya.
"Gue gelik aja Miz, gue kok rata gini ya," ucap Aisyell meraba p******a nya.
Mizya pun kini ikut terkekeh, bahkan suara nya terdengar kuat, Aisyell langsung menutup mulut Mizya.
Hansell dan wanita bersama nya merasa terganggu melirik tajam ke arah Aisyell dan Mizya, Hansell bahkan menggelengkan kepala nya, sedangkan wanita yang bersama nya melotot dan memiringkan bibir nya ke arah Aisyell dan Mizya.
Mereka memutuskan untuk pindah meja.
Melihat itu membuat Aisyell mengerutkan kening nya dan menatap sinis balik kedua nya.
"Elo sih berisik, lihat tuh mereka sampe pindah tempat," pekik Aisyell yang sudah menarik tangan nya dari bibir Mizya.
"Habis nya elo lucu sih, makanya punya pacar dong biar ada yang meraba-raba dan meremas-remas, entar itu loe pasti bakalan gede," kekeh Mizya sambil menutup mulut nya.
Aisyell yang tadi kesal malah ikut terkekeh mendengar ucapan Mizya.
"Emang beneran bisa besar kalo di remas-remas gitu? bukan nya jadi kendor kek jantung pisang," tanya Aisyell yang memang polos.
Mizya tertawa dan menyentil jidat Aisyell.
"Iya dong, lihat tuh punya nya si Prisya, gede kan, itu pasti sering di anu sama pacar nya," ucap Mizya.
Aisyell membayangkan semua perkataan Mizya dan membuatnya malah merinding.
"Amit-amit dah," tukas nya.
"Eleh, amit-amit segala, entar kalo kenak juga bakal ketagihan," goda Mizya.
Kini kedua nya tertawa terbahak-bahak meskipun sambil menutup mulut, cukup Hansell dan teman nya yang merasa terganggu karena kelakuan absurd kedua gadis muda itu.
Aisyell menatap Hansell yang sudah duduk sedikit menjauh dari mereka, keadaan restoran memang tidak begitu ramai, sehingga para tamu duduk cukup berjarak, Aisyell melihat Hansell yang memang begitu tampan, hidung mancung nya terlihat sangat jelas meskipun jarak mereka sudah jauh, apalagi cara duduk nya yang tegap dan bersahaja.
"Genteng sih, tapi kayak nya sombong!" ucap Aisyell tanpa sadar.
Kini mereka berdua melanjutkan makan siang yang sempat tertunda, Aisyell terlihat sangat bahagia.