"Berisik banget ya bocah di sebelah tadi," ucap wanita yang bersama Hans itu.
"Em ..." jawab Hans singkat.
Namira, gadis yang bersama Hansell Orlando itu adalah rekan bisnis yang sudah lama menyukai Hans, wanita berusia 27 tahun itu selalu berusaha menggoda Hans, meskipun 2 tahun lebih tua, Namira selalu merasa percaya diri kalau Hans pasti menyukai diri nya.
"Hans?" panggil nya kembali.
Namun Hans sejak tadi terus berkutat dengan laptop nya, kacamata anti radiasi itu terus bertengger di hidung nya.
Hans terpaksa menoleh ke arah Namira, dan benar saja Namira kembali menggoda Hans dengan membuka tiga kancing kemeja nya, jelas terlihat gunung kembar montok milik nya.
Tetapi Hans tetap lah Hans, tidak sedikit pun pria itu tergoda kepada Namira.
"Ya ada apa Mir?" tanya Hans pada gadis yang bibir nya berwarna merah menyala itu.
"Setelah ini kita ke Apartemen ku ya?" tanya nya dengan meraih tangan Hans yang berada di samping laptop.
Hans berusaha melepaskan tangan nya dan sedikit tersenyum kepada Namira.
"Maaf Mir, untuk apa kita ke apartemen mu, disini juga kita bisa menyelesaikan pekerjaan," ucap nya.
Namira tertawa kecil mendengar ucapan Hans yang terdengar begitu polos.
"Kita kesana bukan untuk bekerja tetapi bersenang-senang Hans!?" pekik nya sambil meraba tenggorokan hingga d**a nya yang sejak tadi sudah menyembul.
Hans tersenyum tipis " Maaf Mira aku tidak suka bersenang-senang dengan wanita yang tidak memiliki status apapun dengan ku, Aku sudah memiliki kekasih," jawab nya.
Raut wajah Namira seketika berubah, wajah yang sejak tadi tersenyum manis berubah menjadi marah.
Namira berdiri lalu meraih tas nya dan pergi meninggalkan Hans begitu saja.
Hans hanya bisa menggelengkan kepala nya melihat sikap Namira yang jauh dari kata profesional, sudah lama Hans merasa tidak nyaman, namun mau bagaimana pun, Papa Namira adalah satu satu klien terlama di perusahaan mereka.
Hans menutup laptop nya, lalu menikmati makan siang nya.
Pria itu terlihat biasa saja, tidak ada niat untuk mengejar apalagi membujuk Namira.
Berbeda dengan Hans, Aisyell dan Mizya sejak tadi terus tertawa membicarakan hal yang tidak masuk akal, kedua gadis itu memang selalu bisa membuat kesenangan untuk mereka sendiri, itu sebab nya Aisyell dan Mizya selalu merasa cocok satu sama lain.
"Btw, gimana menurut loe Om Dirga?" goda Mizya menyenggol tangan Aisyell.
"Em ...ganteng sih Miz, gak nyangka gue pria seumuran bokap gue ganteng nya kayak seumuran abang kita," Aisyell tertawa.
"Bener kan yang gue bilang, Om Dirga tuh hot Daddy,"
Aisyell tampak berpikir, benar juga yang di katakan Mizya, diri nya saja sempat terperangah ketika melihat Dirga.
"Ya sih, kayak nya orang nya baik juga." gumam Aisyell kembali menyedot minuman nya.
Mizya dapat melihat kegugupan Aisyell.
"Entar loe bakalan sering ketemu dong sama Om Dirga di rumah nya," goda Mizya mengedipkan sebelah mata nya.
"Terus ..." tanya Aisyell bingung.
"Ya gak apa-apa sih," kekeh Mizya.
Aisyell menyentil jidat Mizya dengan tangan kanan nya.
"Loe tuh jangan pikiran nya kotor Miz, lagian di rumah itu pasti ada anak nya lah, apa yang loe pikirin gak bakal terjadi," tegas Aisyell.
"Memangnya Om Dirga punya anak?" tanya Mizya.
Aisyell tampak kembali berpikir, bagaimana mungkin pria seumuran dirinya tidak memiliki anak.
"Gak tahu hah ..."
Mizya hanya bisa terkekeh melihat sahabat nya itu, Mizya sendiri pun tidak mengetahui masalah itu, yang Mizya tahu Dirga memiliki istri yang sakit, selain itu Mizya tidak pernah bertanya pada Pram.
Mizya mengenal Dirga, karena Pram sering membawa nya bertemu teman bisnis nya dikarenakan istri Pram terkena stroke, sudah lama Pram bertahan bersama sang istri karena semua aset adalah milik istri nya, itu sebab nya Mizya hanya di jadikan Sugar Baby untuk memuaskan nafsu b***t nya.
Setelah selesai menikmati makan siang mereka, mereka memutuskan untuk pulang, Mizya permisi untuk ke toilet dan memberikan kartu debit nya pada Aisyell untuk membayar semua pesanan mereka, Mizya memang sangat percaya pada Aisyell bahkan diri nya tidak segan memberikan pin kartu debit nya itu pada Aisyell.
Aisyell berjalan ke arah kasir dan tepat di depan berdiri lah Hans yang sedang mengantri untuk membayar pesanan nya juga.
Entah kenapa Aisyell merasa jantung nya berdegup kencang berdiri tepat di belakang Hans yang wangi nya begitu memabukkan.
"Harum nya," batin Aisyell sambil menutup mata.
Tanpa sengaja Hans yang ingin berbalik malah membentur kening Aisyell dengan tubuhnya.
"Maaf Mbak, saya tidak sengaja," ucap nya.
Aisyell yang merasa sakit pada jidat nya hanya bisa memegangi jidat nya yang terasa sakit.
"Ya tidak apa Mas," ucap Aisyell.
Hans yang sudah mendapatkan jawaban dari Aisyell langsung bergegas pergi tanpa berkata apapun lagi.
"Gitu doang ..." lirih Aisyell menatap kepergian Hans.
"Percuma perfect tapi sikap nya gak banget, amit-amit lah gue berjodoh sama cowok modelan begitu," omel Aisyell.
Aisyell mengeluarkan kartu debit pemberian Mizya dan membayar semua pesanan mereka.
Aisyell menunggu Mizya tepat di depan pintu restoran, wajah nya di tekuk, tangan menyilang memeluk tubuh nya.
Mizya yang sudah selesai dengan aktivitas nya di toilet sedikit heran melihat Aisyell.
"Kenapa loe?" tanya nya.
"Gak apa Miz, nih kartu debit loe," ucap Aisyell sambil menyerahkan kartu debit milik Mizya.
Mizya mengambil nya lalu memasukkan nya kedalam tas.
"Jadi kita mau kemana lagi nih?" tanya Mizya.
"Gue pengen jenguk Papa Miz, apa udah boleh ya?" lirih Aisyell.
Mizya merangkul pundak sahabat nya itu, Mizya tahu kalau Aisyell sangat merindukan Papa nya.
"Gimana kalau kita coba dulu, mana tahu mereka sudah mengijinkan kita bertemu Om Rasyid," tukas Mizya.
Aisyell langsung tersenyum sumringah, Mizya memang selalu mengerti diri nya.
Mereka menyetop sebuah taksi dan menuju ke tempat di mana Rasyid di tahan untuk melakukan penyelidikan.
Akhirnya kedua gadis itu telah sampai di tempat di mana Papa Aisyell di tahan, mereka masuk lalu bertanya kepada petugas, namun sayang nya mereka memang belum bisa menemui Rasyid, banyak hal yang sedang di selidiki, itu sebabnya Rasyid belum boleh bertemu dengan siapapun.
Aisyell keluar dari tempat itu dengan mata yang berkaca-kaca.
Mizya yang melihat kesedihan Aisyell hanya bisa ikut tertunduk lesu, bagaimana pun Mizya merasakan kesedihan yang teramat dalam yang dirasakan oleh Aisyell.
"Bagaimana keadaan Papa ku Miz, kenapa mereka belum mengijinkan aku bertemu dengan Papa, atau jangan-jangan Papa ku-"
Belum sempat Aisyell menyelesaikan ucapan nya Mizya langsung memotong ucapan Aisyell.
"Jangan berpikir yang aneh-aneh, kita doakan saja Om Rasyid sehat dan kuat menghadapi semua ini Ais," ucap Mizya memeluk tubuh Aisyell yang sudah bergetar karena menangis.