Bab 10. Dijodohkan

1208 Kata
Happy Reading. Hari Minggu pagi, Yolla sedang bersantai di apartemennya. Aroma kopi yang baru saja diseduh memenuhi ruangan, memberikan kehangatan yang menenangkan di sela-sela kesibukannya selama seminggu. Sinar matahari yang lembut menembus tirai jendela, menambah kenyamanan pagi yang tenang itu. Dia sudah terbiasa sekarang, sudah berdamai dengan hatinya. Kehidupannya yang seperti ini dulu begitu tenang dan damai. Namun, keheningan pagi segera pecah ketika teleponnya berdering, nama di layar membuat Yolla sedikit terkejut—Karisma Charles, ibu Richard. Sebagai sekretaris Richard selama dua tahun lebih tentu membuatnya mengenal ayah dan ibu Richard. “Hallo, Tante?” Yolla menjawab telepon dengan suara ramah. Dia memang memanggil Karisma dengan sebutan Tante karena wanita itu sendiri yang meminta. Yolla bertanya-tanya dalam hati, apa gerangan yang membuat wanita itu meneleponnya pagi-pagi seperti ini. Biasanya Karisma hanya menelepon ketika ada urusan tentang Richard. "Yolla, apa kamu ada waktu hari ini?" Suara lembut Karisma terdengar di seberang. “Aku ingin mengajakmu bertemu di rumah. Sudah lama sekali kita tidak ngobrol. Ada beberapa hal yang ingin Tante bicarakan.” Yolla tersenyum, merasa tenang. Dia sudah mengenal keluarga Richard cukup lama, terutama Karisma, yang selalu memperlakukannya dengan penuh perhatian. "Tentu, Tante. Kebetulan hari ini saya tidak ada rencana. Jam berapa sebaiknya saya ke sana?" "Bagus. Mungkin sekitar jam dua siang? Aku akan menyiapkan makan siang. Santai saja, ya. Kita cuma ngobrol ringan kok," jawab Karisma, suaranya hangat dan ramah seperti biasanya. "Baik, Tante." Setelah telepon berakhir, Yolla merasa tidak ada yang aneh. Dia menduga Karisma ingin membahas tentang Richard seperti biasanya. Wanita itu selalu peduli pada anaknya dan sering bertanya tentang bagaimana kehidupan Richard dari sudut pandang Yolla. Mengingat hubungan lama mereka, Yolla merasa tidak perlu mencurigai apa pun. Tepat jam dua siang, Yolla tiba di rumah mewah keluarga Charles. Rumah itu besar, mewah, dan elegan, dengan taman luas yang selalu terawat rapi. Richard sendiri sudah lama tinggal di apartemen pribadinya, jadi Yolla tahu dia tidak akan berada di sana. Saat melangkah masuk, seorang pelayan menyambutnya dengan ramah dan mengantarnya ke ruang tamu. Karisma menyambut Yolla dengan hangat. “Yolla! Sudah lama sekali kita tidak bertemu!” Wanita paruh baya itu memeluk Yolla erat, menunjukkan rasa sayangnya yang tulus. “Kamu makin cantik saja,” lanjutnya dengan senyum lebar. “Terima kasih, Tante,” jawab Yolla dengan senyum yang sama. “Saya juga senang bisa mampir lagi ke sini.” Namun, ketika Yolla duduk di sofa, matanya tertumbuk pada sosok wanita lain yang juga ada di ruangan itu. Yolla langsung mengenali wajah cantik dan anggun itu—Ishika. Seketika, perasaan tidak nyaman merayap di hatinya. Tetapi Yolla berhasil menjaga ekspresi tenang di wajahnya. Ah, Ishika adalah calon menantu keluarga Charles, tentu saja dia bisa ada di tempat ini karena dia akan menjadi menantu satu-satunya keturunan ahli waris Charles Grup. “Yolla, kamu ingat Ishika, kan?” Karisma memperkenalkan, meski Yolla sudah tahu dengan sangat baik siapa wanita itu. "Dia tunangannya Richard." “Tentu saja, Tante. Saya ingat.” Yolla menatap Ishika dengan senyum yang terlatih. “Hai, Bu Ishika. Senang bertemu lagi.” Ishika, dengan senyuman tipis yang sulit dibaca, membalas sapaannya. “Senang bertemu juga, Yolla. Panggil nama saja, kamu sekarang sedang tidak bekerja menjadi sekretaris nya Richard jadi tidak perlu memanggil dengan embel-embel "Bu". Bagaimana kabarmu?” Yolla sedikit terkejut mendengar Ishika mengatakan hal tersebut. Tetapi Yolla segera mengerti. “Baik, terima kasih. Kamu sendiri?” Ishika mengangkat alis sedikit, seolah mengevaluasi Yolla, lalu menjawab, “Aku juga baik. Cukup sibuk, tapi semuanya berjalan lancar.” Percakapan berlanjut dalam suasana yang seolah hangat dan ringan. Mereka bertiga duduk bersama di meja makan, Karisma dan Ishika berbincang-bincang dengan ramah, sementara Yolla lebih banyak mendengarkan. Suasana sebenarnya terasa canggung bagi Yolla, mengingat hubungannya dengan Richard dan fakta bahwa Ishika kini duduk di hadapannya. Namun, Yolla berusaha tetap tenang dan beradaptasi. “Makanan ini enak sekali, Tante.” Yolla memuji saat dia menyantap hidangan yang disajikan Karisma. Karisma tersenyum, merasa senang. “Oh, terima kasih, Yolla. Aku senang kamu menyukainya. Aku ingat kamu suka masakan rumah, jadi aku sengaja menyiapkan menu kesukaanmu.” Yolla lagi-lagi terkejut dengan tingkah Karisma yang menyambutnya seolah-olah dia adalah orang penting saja. "Terima kasih, Tante." Ishika mengamati Yolla, kemudian dia fokus kembali pada makan siangnya. Setelah beberapa saat makan dan mengobrol ringan, Karisma mulai berbicara dengan nada yang lebih serius, tetapi tetap lembut. "Yolla, ada sesuatu yang sebenarnya sudah lama Tante ingin bicarakan denganmu." Dia meletakkan garpunya dengan hati-hati, lalu menatap Yolla dengan tatapan penuh kasih. Yolla, yang tidak mengharapkan perubahan suasana ini, memasang telinganya dengan hati-hati. “Apa itu, Tante?” tanyanya lembut. Karisma tersenyum. “Tante sudah menganggap kamu seperti anak sendiri, Yolla. Kamu tahu itu, kan? Kamu sudah sering berada di sekitar kami, dan Tante sangat menghargai itu. Bahkan, Tante merasa kamu sudah menjadi bagian dari keluarga kami.” Yolla mengangguk, sedikit tersenyum mendengar kata-kata itu. Tentunya dia juga senang diperlakukan seperti ini. “Terima kasih, Tante. Sudah menganggap saya sebagai keluarga, saya sangat bersyukur." Namun, Karisma melanjutkan dengan nada yang lebih dalam. “Kamu sudah tidak muda lagi, Yolla. Tante pikir, ini saatnya kamu memikirkan masa depanmu sendiri. Kamu tahu kan, betapa pentingnya keluarga?” Yolla sedikit terkejut dengan arah pembicaraan ini, tetapi dia tetap mendengarkan. “Ya, tentu saja, Tante.” Karisma melirik ke arah Ishika sejenak, dan Ishika tersenyum lembut. "Nah, karena itu ... Tante berpikir untuk memperkenalkan kamu dengan seseorang. Seseorang yang Tante rasa cocok denganmu, dan dia juga dari keluarga yang baik." Jantung Yolla berdegup sedikit lebih cepat. "Maksud Tante ...?" Karisma mencondongkan tubuh sedikit ke depan. "Tante ingin menjodohkan kamu dengan anak dari salah satu orang kepercayaan Tante. Namanya Alan. Dia pria yang baik, mapan, dan berasal dari keluarga terhormat. Tante pikir, dia akan menjadi pasangan yang sempurna untukmu." Yolla tertegun sejenak, tidak tahu harus menjawab apa. "Menjodohkan?" gumamnya pelan, mencoba memastikan. "Iya," Ishika menambahkan sambil tersenyum penuh arti. “Aku juga setuju dengan rencana Tante Karisma. Alan adalah pria yang baik. Aku yakin kamu akan cocok dengannya, Yolla.” Yolla merasa semakin terdesak. Dia sudah banyak menerima kebaikan dari keluarga Charles dan Karisma memang selalu memperlakukannya dengan sangat baik. Namun, gagasan dijodohkan dengan seseorang tiba-tiba membuatnya merasa terpojok. Bagaimana mungkin dia menolak tanpa membuat situasi menjadi canggung? "Tapi ... Alan...." Yolla mencoba mencari kata-kata yang tepat. “Saya tidak yakin ....” Karisma tersenyum lebih lebar. “Tidak perlu khawatir, Yolla. Tante sudah mengatur pertemuan kalian. Kalian bisa makan malam bersama minggu depan. Kamu akan menyukainya. Dia sangat sopan dan penuh perhatian.” Yolla merasa seluruh tubuhnya tegang, tetapi dia tidak punya keberanian untuk menolak secara langsung. Bagaimana dia bisa mengecewakan Karisma, seorang wanita yang selama ini menganggapnya seperti keluarga? Belum lagi, kehadiran Ishika di sini menambah tekanan yang tak terkata. Seolah-olah ada permainan tersembunyi di balik semua ini. "Baiklah." Akhirnya Yolla berkata, meskipun dengan hati yang masih bimbang. "Aku akan bertemu dengan Alan." Karisma terlihat sangat senang. "Tante yakin, kamu akan menyukai Alan. Dia pria yang luar biasa." Yolla hanya bisa tersenyum lemah, menahan perasaannya. Di satu sisi, dia tidak ingin mengecewakan Karisma, tetapi di sisi lain, hatinya tak tenang. Dia tak bisa mengabaikan perasaan ganjil yang menggelayuti pikirannya, terutama dengan Ishika di sana—wanita yang jelas memiliki agenda tersembunyi di balik setiap senyumnya. "Ada apa ini sebenarnya?" batin Yolla. Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN