Bab.3 Menikahlah Denganku

1838 Kata
Canggung, keduanya sama sekali tidak menyangka akan terjebak dalam keadaan seperti ini. Duduk saling berhadapan, Atha mengajak Elina untuk bicara meski wanita itu bersikeras menolak membahas lagi tentang kejadian semalam. Biarpun sudah dicap sebagai mafia ranjang karena biasa bergonta-ganti teman tidur, tapi Atha tidak sebrengsek itu akan pergi begitu saja setelah meniduri sekretarisnya. El jelas lain, karena bukan kupu-kupu liar seperti yang biasa hinggap di ranjangnya. “Maaf, harusnya semalam aku lebih bisa menahan diri. Mereka mempercayakanmu padaku, tapi aku malah berbuat sebrengsek ini. Sorry,” ucapnya tanpa mampu menyembunyikan rasa bersalahnya. “Dimaafkan, dan masalah selesai sampai disini. Ok?” sahut El tidak sabaran untuk berhenti membahas hal memalukan itu. Bayangkan saja betapa malunya Elina saat bangun dalam keadaan telanjang bersama bosnya di atas ranjang. Kamarnya yang berantakan menjadi bukti tidak terelakan, betapa liar apa yang mereka lakukan semalam. Bahkan sekarang meski menolak ingat, potongan demi potongan ulah gilanya yang lebih dulu menggoda Atha mulai terlintas jelas di benaknya. Mau ditaruh mana mukanya nanti saat bertemu mereka di pernikahan Rena, setelah semalam dia mencium Atha di hadapan semua orang. Sial, dia benar-benar malu. “Nggak ok, ada hal penting lain yang harus kita bahas jelas disini!” tegas Atha. “Apalagi?” sungut El kesal. “Semalam aku tidak memakai pengaman,” lontar Atha membuat El seketika seperti tersengat. Mereka saling tukar pandang. Atha dengan kegelisahannya, sedang El meski dihantam resah tetap berusaha tenang dan yakin semua tidak akan seperti yang mereka khawatirkan. “Lalu?” tanya Elina setenang mungkin. “Apa maksudnya dengan lalu? Bagaimana kalau kamu nanti hamil, El?!” seru Atha benar-benar dibuat kesal oleh sikap Elina yang sepertinya tidak ambil pusing. “Tidak semudah itu wanita akan hamil meski sudah melakukannya. Lima tahun menikah dengan suamiku saja aku tidak kunjung punya anak, padahal sudah mencoba segala cara. Apalagi kita yang hanya sekali melakukannya,” sanggah El. “Siapa bilang hanya sekali, kita bahkan melakukannya berkali-kali semalam. Jangan pura-pura lupa! Atau kamu mau kita reka ulang lagi dari awal, supaya ingatanmu kembali?” tawar Atha dengan bibir berkedut menahan geli disuguhi muka Elina yang merona merah menahan malu. "Dasar sinting!" gumam El melengos menahan panas wajahnya. “Ayo bicara secara dewasa! Jangan seperti remaja labil yang berusaha menghindar dari masalah, El. Semua sudah terlanjur terjadi, dan kita juga harus memperhitungkan resikonya nanti. Sebrengsek apapun aku, tapi juga bukan b******n yang akan lari dari tanggung jawab.” ucap Atha serius. Elina menghela nafas kasar. Mimpi pun tidak pernah terbayang olehnya akan berbuat sebodoh ini. Dia malu tidak ingin membahasnya lagi, karena semakin membuatnya merasa tidak punya harga diri. Seumur-umur mantan suaminya adalah satu-satunya pria yang menyentuhnya, itupun setelah mereka menikah. Dan sekarang gara-gara alkohol sialan itu dia seperti perempuan murahan menggoda bosnya, bahkan menciumnya di depan banyak orang. “Justru karena kita sudah dewasa, jadi aku tahu bagaimana harus mempertanggung jawabkan kesalahan yang aku buat sendiri. Semalam aku yang lebih dulu menggodamu, jadi apapun resikonya biar aku juga yang menanggungnya.” “El …” “Memangnya pertanggungjawaban seperti apa yang kamu tawarkan seandainya aku hamil? Menikahiku karena mengandung anakmu? Begitu kah?!" tanya Elina. “Tentu saja kita harus menikah, karena itu juga anakku.” jawab Atha. “Sayangnya aku tidak tertarik untuk kembali terjebak dalam pernikahan toxic seperti itu. Aku belum tentu hamil, jadi ayo kita sudahi membahas soal ini!” tegas Elina. “Elina!” panggil Atha begitu melihat wanita itu beranjak bangun dan melangkah ke arah meja makan. “Kesini makan atau kamu mau langsung pulang, terserah!” seru Elina yang sudah tidak tahan lagi berada di suasana canggung bersama bosnya. Atha menghempas punggungnya kasar dan menghela nafas panjang. Matanya menatap wajah cantik Elina yang semalam berubah liar dan membuatnya kelimpungan. Biarpun mabuk tapi dia tetap sadar, wanita yang diajaknya bercinta semalam adalah sekretarisnya sendiri. Tidak memakai pengaman juga adalah salahnya, dan jika Elina benar-benar hamil Atha tidak akan pernah menyesalinya. Kenapa? Karena dia tahu ibu dari anaknya adalah wanita baik-baik. Dia beranjak menyusul ke meja makan. Duduk menikmati roti bakar dan secangkir kopi hitam yang Elina siapkan. Baru sekarang dia sempat memperhatikan setiap sudut apartemen mewah yang Elina tinggali, setelah memutuskan angkat kaki dari rumah mertuanya. “Apartemennya bagus,” ucapnya, karena memang desainnya yang modern, mewah dan nyaman. “Aku juga hanya menumpang disini. Gaji kerjaku seumur hidup pun tidak akan mungkin mampu untuk membeli apartemen dengan harga selangit seperti ini.” sahut Elina setelah menelan makanan di mulutnya. “Menikahlah denganku, dan aku akan memberikan apapun yang kamu mau!” Kata-kata itu meluncur begitu saja dari bibir Atha, dan semakin membuat Elina tersulut. Dia menatap bosnya tajam, sedang Atha masih terlihat tenang meneguk kopinya. “Kamu sedang menawariku jadi gundik simpananmu? Seperti suamiku meniduri sahabatku yang jadi sekretarisnya itu, lalu menikahinya dan memberikan semua kemewahan. Biarpun melarat, aku tidak semurahan itu!” serunya ketus dengan tatapan marah. “Bagian mana yang bilang aku mau menjadikanmu gundik simpanan, El? Aku benar-benar mengajakmu menikah,” jelas Atha, tapi Elina malah tersenyum sinis. “Kamu ngelindur atau masih mabuk? Atau jangan-jangan karena terlalu frustasi ditinggal nikah Rena hari ini, jadi seenaknya asal mangap mengajakku menikah!” cibirnya pedas. “Tidak, aku serius mengajakmu menikah? Tidak ada hubungannya dengan patah melihat Rena yang dinikahi Satria." sanggah Athaya membalas tatapan Elina. Dia sendiri juga tidak tahu kenapa bisa segila itu tiba-tiba nekat mengajak sekretarisnya menikah. “Dengar baik-baik! Pertama, aku hanya sekretarismu dan kita baru sebulan lebih kenal. Kedua, aku masih dalam proses perceraian. Bagaimana bisa kamu segila itu mengajakku menikah? Ketiga dan yang paling penting, aku tidak segoblok itu kembali jatuh ke pria pengobral cinta yang tidak mungkin bisa setia seperti kalian. Paham!” ucap Rena ketus. Suara derit kursi yang dimundurkan kasar terdengar keras. Dengan wajah masam Elina beranjak berdiri hendak kembali ke kamarnya. Cukup sudah moodnya berantakan karena pria di depannya itu. Sayangnya Atha tidak menyerah begitu saja. Dia menyambar tangan Elina tepat saat wanita judes itu melintas di sampingnya. El menjerit kaget, tapi tetap tidak berkutik saat Atha merengkuh pinggangnya dan membawanya duduk di pangkuannya. "Mau kemana? Jangan coba-coba kabur sebelum kita selesai bicara!" lontar Atha tanpa peduli mata Elina yang sudah melotot sengit. “Lepas!” Elina meronta, mencoba mengurai dekapan pria gila yang sialnya semalam sudah berbagi kehangatan di ranjang dengannya itu. Namun, yang ada justru rengkuhan tangan Atha semakin erat dan wajahnya kian mendekat. Elina mati kutu terkungkung dalam pelukan Athaya. “Diam! Atau kita akan mengulangi lagi yang semalam di sini!” “Tha, sial …!” Teriak umpatan Elina terhenti seketika begitu bibirnya dilumat kasar oleh Atha. Bagaimana dia tidak kesal kalau sedari tadi sudah mencoba mengajak Elina bicara baik-baik, tapi mulut pedasnya justru sengaja terus menyela dan membantah. Tangan Elina menarik kerah kemeja Atha. Matanya berkilat marah penuh peringatan, tapi pria kurang ajar itu malah semakin menarik pinggangnya merapat dan menikmati ciumannya. Salah, Elina harusnya sadar kalau pria yang digodanya semalam, adalah mafia ranjang yang tak pernah gagal membuat wanita datang merangkak di ranjang panasnya. Rasanya Elina ingin menangis saja. Bagaimana nasibnya bisa sesial ini terjebak dengan pria yang sama brengseknya dengan mantan suaminya. Jemari Atha mengusap lembut bibir basah memerah Elina setelah dia menyudahi ciuman panasnya. Nafas El masih tersengal, tapi sudah tidak semarah tadi. “Aku hanya memintamu diam sebentar, dan kita bicarakan baik-baik hal ini. Kamu memang bukan anak perawan yang akan menuntut tanggung jawab setelah aku tiduri, tapi bagaimana kalau nanti kamu benar-benar hamil?” ucap Atha. “Kalau aku hamil, maka itu adalah anakku. Tidak ada hubungannya denganmu, dan aku juga tidak akan menuntut tanggung jawab apapun darimu.” tegas Elina. Atha menghela nafas kasar. Baru tahu kalau Elina yang biasanya bersikap kalem dan pendiam dengan tatapan hangatnya, ternyata berwatak sekeras kepala ini. “Dan apa kamu pikir bisa menjauhkan aku dari anakku? Menjadikan aku pria pecundang paling b******k di depan mereka? Tidak, kalau kamu hamil bagaimanapun caranya aku pasti akan menjadikanmu istriku! Paham!” Elina tidak menjawab, yang bisa dia lakukan hanya duduk diam di pangkuan bosnya dengan tangan masih mencengkram kerah kemeja putihnya. Sorot mata Athaya memaku lekat, dan Elina mulai ketakutan. Takut tidak bisa lari lagi dari jerat pria ini. Apalagi kalau sampai dirinya hamil. Anak itu pasti akan membuatnya seumur hidup terjebak dengan buaya satu ini. “Kamu bersiap dulu, sebentar lagi kita berangkat ke pesta pernikahan Satria!” ucapnya melepas rengkuhan tangannya di pinggang Elina. Tanpa menyahut sepatah katapun Elina turun dari pangkuan Atha, lalu melangkah lebar menuju ke kamarnya. Debam keras suara pintu yang dibanting kasar itu hanya ditanggapi Atha dengan senyum gelinya. Mulai sekarang sepertinya dia harus siap mental dan ekstra sabar menghadapi Elina yang ternyata luar biasa keras kepala. *** “Tha …” Athaya terpaksa membiarkan Elina pergi dan bergegas menghampiri teman-temannya yang lain. Mata mereka menatap penuh selidik, bahkan si kurang ajar Wira sampai melotot mengamati lehernya dengan seksama. “Tidak ada cupang, kalau itu yang sedang kamu cari. Sialan!” umpat Atha kesal, tapi mereka malah cengengesan. “Siapa tahu saja ciuman panas semalam berlanjut ke ranjang,” sahut Wira. Bibir Atha berkedut, insting temannya yang juga menyandang gelar buaya ranjang ini memang tidak bisa dianggap remeh. Iya, memang berlanjut ke ranjang, tapi mana mungkin dia akan sebodoh itu mengakui khilafnya. Kalau sampai mereka tahu yang sebenarnya, bisa-bisa sepanjang hari ini dia dan Elina akan jadi bulan-bulanan olokan mereka. “El, kamu antar dengan selamat kan? Tidak kamu cicipi dulu kan?” sindir Jo dengan mengulum senyumnya. “Ngawur!” sanggah Atha. “Siapa tahu saja kamu tergoda mencicipi rasa janda!” ejek mereka makin kurang ajar. Obrolan mereka terus berlanjut. Mata Atha sesekali terlempar ke Elina yang juga sedang bercanda dengan teman-temannya. Mungkin karena sedang galau memikirkan khilafnya dengan Elina semalam, Atha sampai tidak sempat meratapi patah hatinya ditinggal nikah mantan terindahnya. Hingga kemudian perbincangan mereka teralih oleh kedatangan salah satu partner bisnis baru LinZone, Aryan Jarvis. Pria tampan berwajah blasteran yang sudah membuat Atha tidak suka, karena mata kurang ajarnya pada Elina beberapa waktu lalu saat bertemu di kafe perusahaan. Kali ini dia kembali datang bersama Ivan, si imut ganteng dan anteng yang dipercaya menjadi penanggung jawab dari pihak Jarvis grup. “Kurang ajar dia!” Teman-temannya hanya menatap Atha yang beranjak mendekat dengan muka marahnya, saat Aryan Jarvis kembali mendekati Elina yang sedang mengambil minuman. Dia bukannya takut pria itu akan berbuat macam-macam, karena jelas Elina bukan lah tipe seleranya. Namun, entah kenapa dia tidak suka pria itu dekat-dekat sekretarisnya. “Pak Aryan,” sapanya dan pria itu langsung menoleh. “Selamat malam, Pak Atha.” balasnya ramah, meski Atha tahu sejatinya Aryan Jarvis menyimpan rasa tidak suka karena sering jadi korban nyinyirnya dan Satria. "Jangan membuat Elina dalam masalah! Ivan tidak akan suka melihat Anda dekat dengan wanita lain!" tegurnya tanpa menyembunyikan lagi rasa tidak sukanya. Elina mendengus, tapi Atha tidak peduli. Apapun tujuan Aryan Jarvis mendekati sekretarisnya, dia tetap tidak suka dengan mata kurang ajar pria itu yang selalu mencuri pandang ke d**a Elina. Api permusuhan sudah terlanjur tersulut. Kalau saja Atha tahu, pria di hadapannya itu adalah bagian dari takdir hidup Elina.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN