Wajah sembab segera ia usap dengan kedua telapak tangan. Malu tentunya ketahuan orang lain jika dia usai menangis. Namun, terlambat karena nyatanya dokter Johan sudah melihat. "Dokter kenapa bisa ada di sini?" Pertanyaan bodoh yang Moza lontarkan membuat seulas senyuman terbit dari bibir pria tampan itu. "Kebetulan saya akan praktek sore ini. Tapi tidak sengaja justru melihat seorang wanita sendirian di sini dan sedang bersedih hati." Moza memaksakan senyumnya. Malu dan juga kikuk karena lagi-lagi tertangkap oleh pria ini sedang bersedih hati. Tanpa meminta persetujuan, dokter Johan sudah duduk di ujung kursi yang sama dengan Moza. "Kenapa ada di tempat ini? Apakah ada yang sakit?" "Itu, Mama mertua saya dokter." "Oh, ibunda Pak Sakha?" Moza mengangguk. "Saya doakan semoga mama mert