Bab 5 : Menjadi Orang Ketiga

1456 Kata
Bab 5 – Menjadi Orang Ke Tiga "Bersama dengan pacarnya," jawab Jo, dengan sedikit pelan. Dia takut semakin melukai perasaan Tuannya, kalau dia tau alasan kepergian Selena. "Pacar?" raut wajahnya tiba-tiba saja suram. Sinar matanya menggelap, bibirnya yang terkatup rapat tampak mengerat. Ada kemarahan, kekecewaan dan penyesalan di sana. "Kenapa?" "Ada apa?" Itulah yang memenuhi benak Gio. Selama ini dia merasa sudah memberikan wanita itu seluruh cinta nya, semua keinginannya pun selalu di penuhi. Tapi kenapa dia seperti ini, melakukan pengkhianatan yang membuatnya merasa hancur. Rahangnya mengeras, tatapannya menajam. "Bawa aku menemui wanita itu!" Kekhawatiran Jo sepertinya akan terjadi. Kemarahan Gio kepada wanita yang bernama Selena itu. Padahal sebelumnya, Gio masih mau menyebutkan namanya. Tapi sekarang sepertinya dia sudah enggan. "Huuh." Jo mengesah kasar. Gio melangkah lebih dulu meninggalkan Jo. Keluar dari apartemen, menuju tempat parkir. Setelah memastikan apartemen Gio terkunci rapat, Jo segera menyusul Gio. Mereka sudah duduk di dalam sebuah mobil mewah berjenis Mercedes Benz. Jo duduk di depan sebagai sopirnya, sedangkan Gio duduk di belakang dengan raut wajah yang suram. Tangannya mengepal sempurna, dengan bibir yang mengerat. Sesekali Jo melirik ke kursi belakang, dari kaca spion. "Apa yang akan dilakukannya!" Jo sedikit gelisah. Karena tentu saja, jika terjadi sesuatu dirinya yang repot. Harus menyelesaikan semua permasalahan yang dibuat Gio. Hotel XX Mereka tiba di hotel xx. Sebuah hotel yang terletak di sekitar lautan. Dari balkon bisa menatap lautan lepas yang indah, dengan udara yang terasa nyaman. Di balkon sebuah kamar hotel tipe Sweet Room, berdiri wanita cantik dengan tubuh tinggi semampai. Kakinya jenjang, rambutnya hitam kemerahan, karena pewarna rambut. Berbalut jubah mandi yang panjangnya tidak sampai selutut. Seorang pria bertubuh atletis dan berwajah lembut dan tampan memeluknya dari belakang, menciumi leher dan cuping telinganya dengan lembut. "And, hentikan. Bukankah kita baru selesai mandi," ujar sang wanita dengan suara manjanya. "Tapi, aku mau lagi Se." Pria yang merupakan kekasihnya mengecup pipinya. Pria yang di panggil And itu, dengan cepat menggendong Selena. Membawanya ke dalam kamar, dan membaringkan tubuhnya di atas kasur. Ya, wanita itu adalah Selena. Wanita yang tega meninggalkan Gio tepat di hari pernikahannya. "And," desahnya. "Brukkkk," tiba-tiba saja pintu terbuka dari luar. Tentu saja Selena dan Anderson terkejut. Dengan cepat merapikan jubah mandi mereka. Seorang pria berwajah tampan, namun terlihat dingin, kaku dan tegas menatap mereka penuh amarah. Tangannya mengepal sempurna. "Tuan, tenanglah." Jo coba menenangkan Gio. Selena terkejut melihat kedatangan Gio. "Kenapa dia bisa tau aku ada di sini?" tubuhnya gemetar, wajahnya memucat. Badannya seakan melemas tak bertulang. Duduk di atas kasur dengan sangat ketakutan. "Tuan apa yang kamu lakukan! Ini kamar kami, jangan mengganggu acara bulan madu kami!" Anderson sangat marah, matanya menatap tajam kepada Gio. Dia tidak tau, siapa pria di hadapannya ini. "Heh! Kamu tau siapa w************n yang di sampingmu itu!" Gio menunjuk dengan kata-katanya. Seketika tubuh Selena membeku, mendengar kata-kata Gio. Wanita murahan, Gio memanggilnya w************n. "Dia istriku! Jangan memanggilnya murahan!" Perkataan Anderson menampar telak hati Gio. "Istri! Kapan kalian menikah?" Gio bertanya dengan nada yang mengintimidasi. "Satu tahun yang lalu! Dan sekarang hari ulang tahun pernikahan kami!" jawab Anderson dengan tajam. "Deg," seketika tubuh Gio membeku. Selena sudah menikah satu tahun yang lalu. Ini artinya, dirinyalah yang sudah menjadi orang ketiga di sini. 'Tapi kenapa orang tua Selena tidak pernah mengatakannya? Kenapa mereka diam saja, saat dirinya akan menikahi Selena! Pasti ada yang salah!' pikirnya. Gio menatap tajam kepada Selena. Selena menundukkan wajahnya, dia ketakutan. "Apa kamu berbohong? Kenapa orang tuanya tidak tau kamu sudah menikah dengan anaknya?" suara Gio semakin mengintimidasi. "Kami menyembunyikannya, karena mereka tidak setuju. Mereka ingin menjodohkan Selena dengan pria lain," jawab Anderson dengan tegas. "Dan...pria itu adalah aku! heh." Gio menyeringai. Lalu pergi dari hadapan mereka. Jo mengesah, dia sangat bersyukur tuannya bisa berbicara dengan tenang. Tak ada kekerasan di sana. Kini Jo dan Gio sudah duduk di dalam mobil kembali. "Hahaha! Ini sangat lucu Jo, ternyata aku yang orang ketiga di sini." Gio tertawa, tapi sorot matanya dipenuhi kesakitan. Jo bisa melihat jelas hal itu! "Aku hampir menikahi istri orang!" Tawanya semakin kencang, kali ini terdengar lebih menyakitkan dari sebelumnya. Bukan tawa bahagia, melainkan tawa penuh kekecewaan. "Anda tidak salah tuan, nona Selena tetap yang bersalah. Dia tidak mengatakan kejujurannya kepada anda." Jo berusaha menenangkan. "Tetap saja aku yang begitu bodoh, kenapa aku begitu mempercayai wanita itu. Aku sama sekali tidak pernah curiga padanya. Aku terlalu mempercayainya." Gio mengesah, raut wajahnya tampak suram. Gurat kekecewaan tercetak jelas di sana. Jo sesekali memperhatikan tuannya dari kaca spion, dia sedih melihat kesedihan tuannya. Sampai di apartemen. Gio langsung masuk ke ruang kerjanya. Menyibukkan diri dengan pekerjaan yang akan membuatnya melupakan permasalahan hatinya sejenak. Jo duduk di atas sofa di ruang kerja Gio, memangku laptop di pahanya. Ikut mengerjakan tugas yang belum selesai. Masa bos kerja, dia diam saja! Pikir Jo. Hotel XX "Jadi pria itu calon suamimu!" Anderson sudah berpakaian lengkap. "Iya," Selena menjawab cepat, tubuhnya masih gemetaran. "Tampan dan terlihat berkuasa." Anderson Berkata jutek. "Tapi aku tidak mencintai dia, aku mencintaimu sayang. Meski kamu gak sekaya dia, aku bahagia bersamamu." Memeluk Anderson dengan erat, dari belakang. Anderson tersenyum, membalikkan tubuh Selena. "Aku juga mencintaimu istriku." Mereka berpelukan dengan erat. Mencintai itu sederhana, saling merasa cukup dengan apa yang di miliki. Meski, pasangan kita mungkin tak sehebat orang lain. Tapi, akan terlihat istimewa di mata kita. Dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Empat Bulan Kemudian Rumah Sakit X "Dokter, dokter!" terdengar suara Adnan yang berteriak-teriak. Sebelumnya, Adnan sedang duduk di samping Kiara, menjaganya sambil mengerjakan tugas akhirnya. Tiba-tiba saja, napas Kiara tersengal-sengal. Dia sangat ketakutan, dan cemas. Dengan cepat, menekan bel untuk memanggil dokter. Bibirnya Refleks berteriak-teriak memanggil dokter. Dokter dan beberapa perawat, secepat kilat menuju kamar Kiara. Memeriksanya secara menyeluruh. Sedangkan Adnan menunggunya di luar ruangan dengan hati yang cemas. "Bagaimana keadaan adik saya?" Adnan bertanya dengan khawatir. "Anda harus bersyukur, nona Kiara sudah bangun dari koma. Hanya saja, saat ini Nona Kiara tertidur kembali, karena pengaruh obat yang kami berikan." Dokter menjelaskan. Adnan tersenyum lega. "Terimakasih Bu dokter." "Bisa bicara sebentar di ruangan saya?" ucap dokter. "Tentu." Adnan berjalan mengikuti dokter ke ruangannya. Ruangan Dokter Adnan sudah duduk di kursi, di depan Bu dokter. Dia menatap dokter muda itu dengan serius. "Hem, cantik juga," gumamnya. Dokter muda itu tersenyum. "Kenapa baru bilang sekarang saya cantik, bukankah kita sudah bertemu hampir setiap hari dalam empat bulan ini," godaan sang dokter wanita yang memang masih muda itu. Wajah Adnan memerah, ternyata Bu dokter mendengar gumamannya. Adnan memang fokus pada adiknya, Kiara. Sehingga tak terlalu memperhatikan dokter yang lalu lalang memeriksa keadaan Kiara. Apalagi, ada beberapa dokter yang menanganinya. "Saya ingin menjelaskan detail tentang kesehatan nona Kiara." Dokter segera mengalihkan pembicaraan. Adnan jadi tidak fokus, dia mencuri-curi pandang untuk menatap Bu dokter cantik yang ada di hadapannya itu. "Jika Anda ingin tau nama saya, ada jelas di sini," menunjuk name tagg yang menempel di dadanya. Adnan semakin malu, dokter bisa tau maksudnya. Bagaimana tidak ketahuan, Adnan terus saja menatap dokter sambil tersenyum. "Hem, kita fokus ke pasien," ucap Dokter dengan tegas. Bukankah dia harus profesional. "Nona Kiara sudah melewati masa kritisnya. Dia sudah berhasil bangun dari koma, hanya saja yang saya lihat tadi, Nona Kiara masih menderita trauma. Sehingga, harus menerima pengobatan lanjutan untuk psikisnya." Dokter menjelaskan. "Baiklah, kapan bisa dimulai?" Adnan antusias. "Apanya yang dimulai?" goda dokter yang bernama Aisyah itu. "Hehe, pengobatan adik saya dok." Adnan, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dokter tersenyum. " Mulai besok sudah bisa dimulai," jawab dokter Aisyah. "Untuk berapa lama pengobatan adik saya?" tanya Adnan. "Tergantung bagaimana kemajuannya," jawab dokter Aisyah. dr. Aisyah pun menjelaskan beberapa hal secara detail tentang kesehatan Kiara. Negara X Gio sedang duduk di sebuah klub malam, seorang wanita duduk di pangkuannya. Wanita itu bertubuh tinggi dan berbadan seksi. Apalagi hanya memakai pakaian kurang bahan. Rok mini yang panjangnya hanya lima senti di atas lutut. Atasan blouse ketat, dengan belahan d**a yang rendah. Menyodorkan minuman beralkohol kepada Gio. "Mau bersenang-senang?" tanya wanita itu tanpa tau malu, berbisik di telinganya. Sesekali bibirnya mengecup bibir Gio yang seksi. Gio tidak menolak apa yang di lakukan oleh wanita itu. Dia hanya diam saja, tidak memberi ataupun menerimanya. Jo mengesah kesal melihat tuannya, yang seperti ini, semenjak mengetahui kenyataan Selena sudah menikah, dan ternyata dirinyalah yang merupakan orang ketiga antara hubungan Selena dan Anderson. Seorang wanita berpakaian seksi lainnya menghampiri Jo, duduk di sampingnya dan bergelayut manja di lengan Jo tanpa tau malu. "Minggir sana!" dengan kesal, Jo mengusir wanita itu. "Untuk apa datang kesini, kalau tidak ingin bersenang-senang," gerutu wanita itu dengan kesal sambil pergi menjauh dari Jo. Jo memperhatikan Gio dengan jeli. "Ummh." Wanita itu mencium bibir Gio tanpa tau malu. Jo marah dan kesal melihatnya, dia merasa jijik. Bayangan, Gio yang melecehkan wanita muda beberapa bulan yang lalu masih segar di ingatannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN