Mereka sudah siap duduk di atas sepeda onthel yang baru saja mereka sewa. Keduanya kini tengah melirik satu sama lain. "Yang kalah, traktir yang menang sepuasnya. Oke?" Ucap Vanya sambil mengangkat sebelah alisnya. "Siap. Siapa takut?" Balas Ardan. "Sampai ujung sana ya. Nggak boleh curang. Curang berarti kalah." Tekan Vanya. "Deal ya?" Vanya mengulurkan tangan kanannya ke Ardan. Ardan membalas uluran tangan itu. "Deal!" "Oke, hitungan ketiga kita mulai." Vanya memberi aba-aba. "Satu.." "Dua.." "Ti...ga!" Keduanya langsung mengayuh sepeda dengan cepat. Untung ini hari kerja jadi halaman sekitar Kota Tua tidak terlalu ramai seperti saat weekend. "Dahhh.. gue duluan." Ucap Ardan dengan sebelah tangan yang melambai ke arah Vanya. Melihat itu Vanya semakin kuat mengayuh sepedanya