"Six for all: You are my everything, Kamelia"
***
Tertanda hari ini, tanggal tiga Maret tahun dua ribu lima belas. Hari di mana aku berakhir memikirkan banyak hal tentang sesuatu yang saat ini sedang aku perjuangkan. Jadi, selamat menikmati apa yang aku pikirkan, sayang, hahaha.
...
Sering sekali aku dengan bahwa ada ungkapan bahwa perasaan cinta untuk remaja atau yang mereka rasakan itu hanya berupa cinta monyet belaka. Yang jadi pertanyaanku sejak pertama mendengar hal itu adalah, kenapa juga harus disebut sebagai cinta monyet, sih? Apa juga istimewanya seekor monyet sampai dijadikan salah satu nama dari jenis cinta? Sedikit tak masuk akal sebenarnya.
Eh, tapi tunggu sebentar. Jika diingat lagi berdasar pelajaran Biologi saat aku masih SMA dulu, monyet merupakan istilah untuk seluruh anggota primate yang bukan prosimian atau kera, baik yang tinggal di dunia lama maupun dunia baru. Hingga saat ini manusia mengenal paling tidak dua ratus enam puluh empat jenis monyet yang hidup di dunia. Tak sama dengan kera, monyet biasanya punya ekor dan berukuran jauh lebih kecil. Berasal dari kingdom animalia, ordo primates, kelas mamalia, dengan periode gestasi sekitar serratus enam puluh lima sampai serratus tujuh puluh lima hari untuk spesies bekantan dan dukun, dan memiliki tinggi badan paling tidak lima puluh lima, lima puluh tujuh, hingga enam pulum lima senti bahkan lebih dari itu.
Dan setelah aku pikir sejauh itu pun… TETAP TIDAK KETEMU APA ALASAN KALIAN MANUSIA MENAMAI CINTA TIDAK JELAS MASA REMAJA SEBAGAI CINTA MONYETTT!!!
Eh, tunggu sebentar. Mungkin aku yang berpikir terlalu jauh, ya. Sepertinya tidak masuk akal juga kalau sampai seluruh lapisan masyarakat Indonesia yang terkenal sepenjuru planet Bumi dengan kesantuyan mereka itu sampai berpikir demikian rinci tentang ”apa itu” seekor monyet.
Untuk memudahkan cara berpikirku juga akhirnya aku menganggap saja bahwa cinta masa remaja awal yang tidak jelas itu disebut cinta monyet karena orang yang melakukannya kadang jadi hilang akal seperti… yak, hewan tersebut.
Anggap saja begitu lah, ya. Daripada berakhir pusing sendiri kita.
Kalau untuk diriku sendiri lebih suka menyebut cinta yang bersemi di awal darah muda alias cinta “naif” yang tidak punya konsistensi itu sebagai cinta panda. Panda itu kan punya bulu yang berwarna hitam dan putih. Warna yang sangat bertolak belakang dan sering kali oleh manusia digambarkan sebagai perwakilan untuk wujud kuasa gelap dan kuasa kebaikan yang menaungi dunia. Dan bukankah seperti itu juga perasaan cinta yang kerap manusia rasakan dalam hati mereka? Saat tidak ada cinta maka seluruh dunia ini akan terasa gelap seperti warna hitam. Kebahagiaan sirna. Senyuman hilang. Yang ada hanya kebencian dan kemarahan. Namun, saat ada cinta semuanya akan jadi jauh lebih terang benderang sudah seperti lampu lima puluh watt. Kehidupan yang awalnya kelam pun pasti akan jadi sangat menyenangkan serta pantas untuk terus diperjuangkan.
Deskripsi cinta untuk setiap orang sudah pasti memiliki makna dan penafsiran yang tidak sama. Mungkin untuk diriku sendiri seperti ini. Sementara untuk dirimu bisa jadi seperti itu. Aku juga tidak mau terlalu cepat membuat spekulasi atau menerka nerka segala sesuatu yang tak pasti seperti rumus matematika atau fisika. Bahwa aku jatuh cinta. Bagaimana jika mungkin ternyata aku hanya merasa kagum dan ingin jadi temanmu saja?
Apakah iya seperti itu? Yah, bisa jadi memang seperti itulah yang sebenarnya terjadi.
Akhirnya aku diskusikan lagi masalah ini pada the one and only my bes friend, my brother, Gana. Tapi, untuk kali ini ditambah bersama dengan Afham, seorang mahasiswa yang juga dekat denganku. Masalahnya aku ini tak mau jatuh ke lubang yang sama.
Gana mendefinisikan cinta dalam kata ini; “I adore you and want to make you mine for the rest of our life.” Mungkin karena motto itu dia tidak pernah gagal dapat pacar. Sungguh hoki sekali, kawan. Intinya, Gana akan melakukan apa pun yang terbaik ia bisa. Sehingga seorang perempuan akan merasa bahwa dia adalah the one dalam hidup si lelaki.
Perasaan dan kebutuhan untuk saling menghargai juga dihargai seperti itu sangat penting, ‘kan? Bahkan selalu bukan hanya terkadang.
Harus aku akui kalau prinsip cinta yang Gana pegang dengan teguh itu sangat bagus dan ideal. Tapi, yang ada aku malah jadi tak yakin juga. Karena kalau boleh jujur, ya. Aku ini bukan tipe orang, tipe laki-laki maksudnya, yang sampai rela menghabiskan waktunya hanya untuk tergila-gila oleh sesuatu. Itu dulu, sih. Aku tidak mau cinta sampai buat aku hilang kewarasandan buat aku bersedia lakukan apa saja bahkan jika itu hal yang kurang baik untuk diri sendiri.
Sepertinya untuk masalah ini aku jauh lebih tertarik pada definisi yang Afham miliki; “Love is how to make other people happy.” Yeah! Cinta bukan cuma soal begitu-begituan saja. Bukan hanya sekadar soal pelampiasan nafsu hewani manusia saja. Cinta, suatu hal yang sacral serta agung, harus sanggup kita maknai dalam lingkup yang jauh lebih besar, luas, dan bermakna.
Tapi, tetap saja aku harus memodifikasi definisi Afham. Agar bisa jauh lebih cocok saat diterapkan dalam hidup yang aku jalani sendiri ini. Maka, ekhmekhmekhm, mungkin inilah definisi final cinta yang aku rasakan untuk dirimu, Kamelia; “Cinta harus berjalan sebagaimana dunia berputar.” Apa yang aku maksud dari sepenggal kalimat itu sendiri adalah; cinta harus menjadi sesuatu yang mendukung aku. Dalam hidup juga untuk mimpi yang aku miliki serta bagaimana aku berusaha untuk menjadikannya nyata.
Bisa jadi kita berdua hanya punya pandangan yang sedikit berbeda soal bagaimana harus memandang serta memperlakukan hal abstrak bernama cinta itu. Dan aku ingin cinta, perasaan yang baru pertama kali aku rasa ini, jadi sesuatu yang mampu buat aku jadi manusia yang jauh lebih baik lagi. Bukan sekadar metafora rasa tidak penting yang malah bisa jerumuskan jadi sesuatu yang tidak jelas. Ingin jadi jauh lebih bermartabat lagi. Jauh memiliki harga diri dan nilai untuk dunia. Terlebih aku kan seorang dokter. Aku harus memenuhi seluruh kualifikasi tersebut agar mampu jadi seseorang yang ”tak memiliki kecacatan” atau kekurangan sama sekali.
Eh, bukannya bagaimana, ya. Aku hanya mengutip dari salah satu cerita dengan tema kedokteran yang paling aku suka. Cerita itu memiliki judul The Best Skilled Surgeon alias Ahli Bedah Terbaik. Bercerita tentang seorang dokter laki-laki berusia muda yang pernah alami sebuah operasi jantung besar saat kecil dan Ketika dewasa berhasrat jadi dokter bedah dengan kualitas sama dengan dokter yang pernah mengoperasi dirinya dulu. Mungkin ini sedikit tidak masuk akal jika di dunia nyata, tapi ini juga namanya cerita. Baru di usia kedua puluh tahun, tokoh utama cerita ini telah jadi dokter spesialis bedah anak jenius yang menyandang gelar MSA alias Most Skilled Amateur – sebuah penghargaan untuk dokter berusia muda (bukan dokter muda, atau dokter koass tentu saja) dari asosiasi kesehatan internasional yang dinilai miliki kemampuan paling mumpuni di kelasnya.
Nah, pokoknya si tokoh utama ini memiliki ucapan yang selalu aku ingat dengan baik selama menjalani hidup sebagai seorang calon tenaga penyembuh: apabila itu manusia biasa mungkin ketidak sempurnaan bukan perkara, tapi jika untuk seorang dokter, mereka harus sempurna.
Tsaaahh…!
Wah, tapi kalau memang harus mengikuti pandangan idealisme tokoh utama cerita tersebut, rasanya akan jadi sulit sekali apalagi untuk calon dokter yang biasa saja seperti aku dan tak memiliki keistimewaan khusus atau bahkan kejeniusan super hebat seperti karakter tersebut.
Mantappu djiwaa.
Dengan ini akan aku ungkapkan padamu, sahabatku, pemilik cintaku, sayangku, alam semesta dan duniaku saat ini, bahwa aku ingin sekali mencintai dirimu demi suatu kebaikan. Demi sesuatu yang kelak akan mampu aku pertanggung jawabkan sebagai suatu hal baik di hadapan Tuhan. Untuk beberapa alasan, aku hanya khawatir kalau suatu waktu yang tak terduga nanti, entah kapan itu akan terjadi, aku sudah tidak ada di dunia ini lagi. Waktu ketika buku ini akan sampai di tanganmu, di haribaanmu yang damai. Tentu kita tidak mengharapkan hal seburuk itu, ‘kan? Karena kelak aku ingin kau tahu. Bahwa you’re my everything. Kau adalah segala hal yang memenuhi pikiranku saat ini. Hal yang buat aku sampai terkadang hilang kesadaran. Terkadang tak bisa berpikir lurus untuk menempuh pelajaran. Semua yang selama ini selalu aku doakan.