"Sever for all: You are my everything for eternity, Kamelia"
***
Tertanda hari ini, tanggal enam Maret tahun dua ribu lima belas.
...
Kamelia, tanpa aku ketahui mungkin kamu punya satu atau dua bahkan lebih alasan yang membuat kamu berakhir tidak pernah menghubungi aku beberapa waktu terakhir ini. Tidak masalah apabila hal itu berkaitan dengan kesibukan yang menyita waktumu terkait dengan beragam kegiatan kuliah atau yang lain semacamnya. Tidak masalah, asli. Tapi, kalau boleh jujur, sebenarnya aku merasa sedikit takut.
Aku sangat khawatir, benar-benar merasa cemas… seperti, bagaimana ya kalau ternyata saat ini kamu sedang dekat dengan laki-laki selain aku? Asli, memikirkan soal itu saja rasanya aku sudah sakit kepala karena tak kuasa hadapinya.
Kayak, aaarrrggghh!!!
Mungkin aku memang terdengar sangat egois. Tidak seharusnya aku yang masih bukan siapa pun untukmu ini melarang dirimu melakukan sesuatu atau membatasi dengan siapa sjak amu harus berhubungan. Tidak, aku tidak ingin berakhir jadi racun yang bukannya warnai kehidupanmu dengan warna pelangi malah jadi membatasi dan buat terganggu. Sejauh ini saja kita juga baru bertemu dua kali. Aku sama sekali tidak mengetahui apa pun soal dirimu kecuali dari yang apa yang memang sudah kamu ceritakan padaku. Memang kamu izinkan aku untuk mengetahui semua itu. Tidak lebih dan tidak kurang sama sekali. Kamu bisa tenang karena aku bukan tipikal laki-laki sinting hobi stalking yang harus disingkirkan juga, kok. Tenang saja. beberapa waktu belakangan pun aku sedang disibukkan dengan banyak hal yang mungkin kamu rasakan juga kesibukan itu sekarang sebagai seorang mahasiswa. Entah tentang banyak pelajaran yang membosankan, tapi bagaimanapun juga harus dilakukan kalau mau menyelesaikan pendidikan. Maupun hingar bingar susah suka duka hubungan dengan dosen yang semua punya watak dan ciri khas mereka sendiri.
Tapi, di luar itu semua, sejauh ini kamu memang sama sekali belum pernah menceritakan hal yang lebih pribadi. Tentang kehidupan yang lebih spesifik. Tentang cerita persahabatan di kampus atau dengan siapa saa kamu berhubungan dalam hidup. Teman di rumah atau teman saat masih masa sekolah mungkin? Semua itu tidak ada ya rasanya. Sedikit bikin sedih dan kecewa, sih. Apa kamu belum merasa bahwa aku pantas untuk mendengar dan ketahui tentang semua cerita itu?
Padahal aku sangat ingin tau. Aakkhh, dasar diri toksikku, jangan sampai kamu berakhir ganggu Kamelia karena keegoisanmu semata.
Mungkinkah ini isyarat darimu padaku untuk tak usah terlalu berharap? Tak perlu terlalu luruh berpegang pada cahaya yang dipancarkan oleh para bintang saat aku tau bahkan tak punya kesempatan untuk menggapai sinarnya yang sangat jauh itu.
Aku tidak tau. Tapi, kalau memang seperti itu adanya yang kamu pikirkan. Aku juga tidak mau tau. Aku yakin aku punya keteguhan serta keyakinan dalam hidup untuk suatu tujuan yang memang telah ditetapkan.
Aku akan terus mengejar kamu, Kamelia. Terus mengejar sampai kamu tidak punya alasan lagi untuk berpaling atau menolak. Akan terus aku kejar kamu sampai kamu tersudut di tepi jurang di mana hanya ada lautan cinta Hal Nara yang bisa kamu tatap dan kembalikan.
Tidak Kamelia, aku tak akan pernah menyerah.
"Eight for all: So, you are my everything for the rest of this universe, Kamelia"
***
Tertanda hari ini, tanggal sepuluh Maret tahun dua ribu lima belas di mana ada banyak cerita yang ingin aku bagi bersama cinta.
...
Aku senang karena perasaan cinta yang aku rasakan padamu ternyata sukses bawa aku pada hubungan dengan banyak teman yang dulu belum pernah aku jalani. Gana menyikapi curhatan yang mungkin memang aku lontarkan dengan sedikir berlebihan. Membuat para anak lain jadi lebih tertarik dan ikut bergabung dalam obrolan tidak jelas kami. Kini aku jadi bisa lebih membuka diri pada para anak lain yang sebelumnya jarang aku ajak bicara.
Bahkan bukan hanya itu saja, lho. Masing-masing dari mereka sampai tidak keberatan untuk berusaha ceritakan kisah cinta serta bagaimana pandangan mereka soal itu padaku. Agar jadi sebuah pelajaran, kata mereka dengan bijaknya. Dan aku pun menerima semua itu dengan lapang d**a bin tangan terbuka. Toh, dalam masalah ini tidak diragukan lagi aku memang masih anak baru yang tak punya pengalaman apa pun. Mendengar bagaimana orang lain yang sudah lebih banyak ceirta hidupnya berbagi kisah tentu jadi hal yang sangat berharga dan tak ada duanya.
Untuk malam yang istimewa ini (setiap malam yang au lewati setelah mengenal dirimu dan menulis buku catatan ini memang teras sangat istimewa, kamelia, hehe) aku akan ceritakan kisah cinta dari teman laki-lakiku yang punya nama Brandon.
Kisah cinta yang ia alami sendiri dalam sudut pandangku cukup klasik sudah seperti biasa ada dalam FTV remaja yang selalu tayang saat siang atau sore hari di atasiun televisi seperti Ind*siar atau SC*V. Tapi, walau klasik untuk ukuran cerita sinema. Untuk kisah nyata sendiri aku rasa kisah cintanya bisa dibilang cukup unik dan tidak banyak orang yang benar-benar alami hal itu.
Pasalnya Brandon harus bersaing cinta dengan Allen, sahabatnya sendiri dalam memperebutkan hati gadis yang sebelumnya merupakan pacar Brandon. Wah, drama sinetronnya sudah kerasa sekali, ‘kan? Dari roman-romannya, Sisil, pacar Brandon naksir pada Allen. Tapi, di saat yang sama ia juga tidak mau melepaskan Brandon. Akhirnya terjadilah cinta segitiga antara mereka.
Entah kenapa aku mendengar cerita pertikungan atau NTR by besf friend seperti itu kok sedih sekali, ya? Aku harap Gana tidak akan ada rasa denganmu ya, Kamelia. Aku tidak mau kehilangan kalian berdua atau membuat hubungan yang terjadi di antara kita jadi rumit rasanya.
Waow, jujur saja ya habis kalau aku jadi Brandon, aku pasti akan sangat pusing sekali kuadrat tidak diragukan lagi. Menghadapi pacar yang berkhianat dengan sahabat sendiri. Menghdapi sahabat yang katanya sejati, tapi ternyata main tikung sana sini. Rasanya kok seperti ditusuk dari depan, belakang, kiri, dan kanan?
Solusi yang Brandon jabarkan untuk hadapi situasi sulit seperti itu tak pelak buat kami semua speechless alias kehilangan kata. Cengok lah bahasa gampangnya. Brandon dengan jantan bin gagah berani sudah seperti ksatria abad pertengahan memutuskan untuk bicara secara baik-baik pada pihak Sisil maupun Allen. LAKIK sekali dia. Jika memang Sisil kekasihnya jauh lebih ingin menjalin hubungan cinta bersama dengan Allen, maka ia akan dengan besar hati melepaskan serta mengikhlaskan. Sebagai gantinya tentu saja gadis (tidak tau diri, sudah dapat cowok sebaik Brandon malah acara selingkuh segala, semua mau diembat habis itu berlagak korban lagi, memang dasar wanita b***h) ia harus mau mengakhiri hubungan dengan Brandon.
Ya tidak mungkin diambil semua, dong. Dasar perempuan rakus tidak tau diri!
Sementara Brandon dan Allen sendiri sepakat untuk punya komitmen agar tetap menjaga hubungan persahabatan mereka. Persahabatan erat yang sudah mereka bangun sejak kecil. Berusaha melupakan semua hal buruk yang telah kadung terjadi dan berusaha hadapi masa depan dengan sikap yang penuh dengan kedewasaan serta tanggung jawab. Tentu tidak lupa juga selalu mengedepankan moral serta kode etik dalam hidup bermasyarakat (aku rasa sih ini semacam sindiran saja dari Brandon untuk sahabat dan bekas pacarnya yang tidak punya adab, huh, rasa kalian).
Kenapa aku jadi seperti emak-emak julid yang hobi ghibahin tetangga yang belum menikah, sih? Padahal mereka mau menikah atau tidak juga aku tidak akan mau membiayai. Memang dasar otakku ini…
Ah, lupakan saja! Kenapa jadi ngaco, haha?
“Jangan biarkan cinta menjadi buta dan merusak apa yang sudah kau miliki,” nasihat Brandon saat itu dengan mantap dan bijaksananya. Aku tebak di masa depan nanti dia punya peluang besar untuk ajdi pembicara handal seperti Bapak Mario Teguh atau Bapak Ipo Santosa dan kawan-kawan super mencerahkan mereka.
Yosh! Setelah lewati banyak pembicaraan serta percakapan dengan orang lain yang memiliki jam terbang panjang. Aku jadi semakin yakin dengan visi dan misi yang aku miliki soal cinta. Dawai Orpheus terdengar semakin nyaman dalam telinga menyelusup masuk makin dalam menuju perasaan yang tak punya dasar.
Cinta yang aku rasakan ini, padamu, aku harap tidak punya akhiran, Kamelia. Sembari berusaha di dunia nyata tentu saja aku juga terus berharap dalam doa. Entah doa untuk diriku, untuk dirimu, dan yang paling penting tentu saja untuk masa depan kita semua di mana semua pasti akan indah.
Kalau tidak indah juga semoga kita dikuatkan oleh Yang Kuasa.
Terima kasih, sayang! Hehe.