Aku masuk kembali ke ruangan Ibu dan tak menghiraukan ocehan Mas Salman. Bagiku ocehannya sekarang tak berarti apa-apa karena aku sudah mempunyai kekuatan dari Mas Azzam. Lagipula hanya karena Ibu aku bertahan dengannya dan sekarang Mas Azzam juga yang akan menjamin perawatan Ibu. Walau kekayaan Mas Azzam tidak sebanyak Mas Salman, tetapi jika untuk membiayai Ibu, Mas Azzam pasti sanggup. "Apa kamu benar-benar ingin aku sentuh, Ana?" Plak! Tanganku dengan refleks menampar pipi Mas Salman karena begitu geram karena Mas Salman menganggapku w************n. "Aku bukan wanita gatal yang hanya ingin di sentuh oleh pria, bahkan aku belum pernah di sentuh oleh mu pun aku tetap bisa menjaga diri, Mas." Aku menatap Mas Salman tajam dengan d**a kembang kempis karena hinaan Mas Salman. "Yang aku in