"Ada apa lagi, huh?!" tanya Dimas seraya beranjak dari kursi disertai tangan yang menggebrak meja dengan keras hingga menimbulkan bunyi yang cukup nyaring tatkala pintu ruang kerjanya kembali terbuka. "Maaf," cicit seorang gadis yang berdiri di ambang pintu karena terperanjat. Dimas menautkan kedua alisnya seraya mengusap wajahnya kasar. "Tania," lirihnya. Tubuh gadis itu berbalik, sebelah tangannya menyentuh pegangan pintu berniat untuk menutup pintu ruang kerja pria yang berstatus suaminya itu kembali. "Aku pergi," pamit Tania dengan pandangan menunduk. "Tunggu!" Dimas menghentikan niat istrinya itu. "A—aku minta maaf. Kemarilah, kukira tadi ... ah sudah lupakan. Ayo," bujuknya penuh sesal. Ia kira seseorang yang dengan beraninya masuk ke ruang kerjanya tanpa mengetuk pintu itu adal