Di kelas 10 IPS 2, semuanya baru saja menyelesaikan pembelajaran tadi bersama dengan kakak mahasiswa. Sekarang ini mereka sedang berada di kelas dan menunggu guru selanjutnya datang. Sebenarnya Duka sangat khawatir pada Lara. Apalagi setelah tadi malam ia juga mengetahui bagaimana Lara ingin bunuh diri. Ia hanya takut jika Lara melanggar janjinya dan ia akan mengakhiri hidupnya. Ia pun kini sudah beranjak, ia akan mencari Lara. Sedari tadi juga Yesa tidak kunjung kembali dari toilet saat ijin tadi.
"Arka, Lo mau kemana?" tanya Fara karena memang tadi mereka sepakat untuk memanggil Duka dengan panggilan Arka. Duka pun berhenti.
"Gua mau cari Senja, dari tadi ga balik-balik. Gua cuman khawatir." ujar Duka kepada Fara dan Fara sudah mau ikut pergi tapi lagi-lagi mereka tidak bisa pergi karena guru mereka sudah datang. Mereka pun sedikit kesal juga.
"Eh kalian mau kemana ibu udah datang juga." ujar Ibu Sita tersebut.
"Mau nyari temen Bu, ada yang belum balik ke kelas sejak istirahat tadi." ujar Fara kepada Bu Sita dan Bu Sita teringat bahwa tadi mahasiswa mengatakan ada siswa yang tidak masuk ke kelas karena sakit dan di UKS.
"Ohh yang siswa baru itu ya? Namanya Lara Senja itu kan ya? Dia ada di UKS sekarang." ujar Bu Sita membuat Fara dan Duka langsung khawatir.
"Ibu kalo boleh mau ijin bentar ke UKS." ujar Fara kepada Bu Sita itu.
"Ga perlu, Lara Senja sudah ada yang menemani. Yesaya ada di UKS kok tadi saya dengar dari mahasiswa. Kalian tenang ya, kembali ke meja kalian masing-masing dan nanti kalian bisa ke UKS pas istirahat kedua." ujar Bu Sita.
Mereka berdua pun terpaksa kembali ke meja mereka, tapi sekarang Duka juga memikirkan kenapa Yesa tidak memberitahu kepada mereka tadi. Ia juga khawatir kepada Lara, kenapa bisa Lara sampai pingsan seperti itu.
Semoga Lo ga papa Senja, semoga Tuhan masih merestui pertemuan kita selanjutnya karena gua ga mau semua ini berakhir disini. Gua masih mau ketemu sama Lo dan gua masih mau ngeliat Lo ada disisi gua. Batin Duka.
Sementara itu sekarang ini Yesa dan Raka juga malah ikutan tidur di UKS. Yang masih bangun hanyalah Fajar saja, Fajar yang masih termenung dan heran kenapa dirinya seolah di tahan disini padahal sama sekali tidak ada yang menahannya. Namun ia tidak ingin pergi kemana-mana juga saat ini.
Fajar masih menatap ke arah Lara hingga beberapa saat kemudian, Lara terbangun dari tidurnya. Saat terbangun yang ia lihat adalah Fajar yang masih duduk sembari menatap ke arahnya, lalu ada Arnes yang masih tidur dan Raka serta Yesa yang kini juga tertidur. Lara menatap ke arah Fajar, ia sebenarnya haus sekarang tapi ia malu dan tidak mau menyusahkan orang lain juga.
"Lo perlu apa?" tanya Fajar dan kini Senja terdiam sebentar disana.
"Boleh minta tolong ambilkan air minum, Fajar?" tanya Senja tersebut.
"Boleh, sebentar Senja." jawab Fajar yang kini beranjak untuk mengambilkan minum Senja. Fajar sudah memberikan air minum untuk Lara. Lara pun meminumnya dan tak lupa ia juga mengucapkan terimakasih. Mereka diam dalam waktu yang lama sampai tak beberapa lama kemudian terdengar suara siswa lain, mereka masuk dan terkejut ada yang menggunakan UKS GOR sekarang ini. Mereka tampak tak enak ada cewek.
"Sorry bro, bisa bawa cewek Lo pindah ke UKS yang utama ga? Soalnya kita semua gerah abis basket dan mau lepas baju disini." ujar salah satu siswa membuat Lara terkejut karena ia dikira cewek dari Fajar. Sementara Fajar biasa saja karena toh orang itu juga tidak tahu apa hubungan mereka.
"Okay." ujar Fajar, kini ia membantu Lara turun. Lara memang masih sedikit lemas tapi ia bilang bisa berjalan sendiri. Kini mereka sudah hampir keluar tapi Arnes tampak mencegat mereka dengan kakinya tersebut.
"Ehhh Lo pada mau kemana, cewek ini mau kabur ya. Ini luka gua gimana woy." ujar Arnes yang memang sedari tadi tidak membuka mata sama sekali. Sebenernya ia juga tadi memang ketiduran selama beberapa saat.
"Ck Lo nyusahin aja bang. Ikut aja lah, lagian semua luka Lo udah ketutup plester bang. Ga ada darah lagi." ujar Fajar kepada Arnes tersebut.
"Belum percaya gua kalo belum lihat. Ya udah gua ikut." ujar Arnes itu.
"Terus caranya bawa lo gimana bang?" tanya Fajar kepada Arnes itu.
"Ya tinggal papah gua aja lah, kan gampang gini juga." ujar Arnes membuat Fajar menggelengkan kepala. Kini mereka bertiga sudah keluar dari UKS GOR dan mereka akan pindah ke UKS Utama. Mereka berjalan sangat pelan kareja Lara masih pusing, terlebih juga mereka mebawa Arnes yang tidak mau membuka matanya sampai sekarang. Entah lah Arnes itu kurang kerjaan atau kenapa sekarang padahal sama sekali tidak ada darah lagi.
Akhirnya mereka bertiga sudah sampai di UKS utama. Sekarang ini Arnes masih menutup kedua matanya dan sekarang ia duduk, tak lagi tidur.
"Kak Arnes masih ga mau buka matanya?" tanya Lara kepada Arnes.
"Ya gimana gua mau buka mata coba kalo gua belum yakin kalo ga ada darah sama sekali? Ntar Lo bohong sama gua lagi." ujar Arnes kepada Lara.
Lara melangkah mendekat ke arah Arnes dan ia duduk di dekat Arnes sekarang ini. Fajar hanya melihat apa yang akan dilakukan oleh Lara pada Arnes tersebut. Kini Lara hanya duduk saja sembari menatap setiap inchi luka yang tadi sudah ia tutup dengan sempurna. Ia melihatnya lagi dan dapat ia pastikan bahwa sudah tidak ada lagi darah yang menempel di tubuh Arnes.
"Kak, udah bener-bener ga ada darah sama sekali." ujar Lara tersebut.
"Sekarang kakak udah bisa buka mata." tambah Lara kepada Arnes.
"Lo yakin ga akan ada apa-apa?" tanya Arnes kepada Lara tersebut. Entah kenapa Lara merasa Arnes benar-benar takut membuka matanya itu.
"Iya kak." jawab Lara dan kini Arnes tampak membuka matanya secara perlahan-lahan. Lara masih berada di depan Arnes sembari menatap ke Arnes.
Perlahan Arnes membuka matanya hingga matanya benar-benar terbuka dan yang muncul pertama kali adalah wajah Lara yang ada di depannya. Wajah yang begitu teduh tapi menyimpan banyak beban menurut Arnes itu.
Kenapa ini? Gua ga pernah sebelumnya kayak gini. Setiap habis berdarah pasti gua susah banget buat buka mata dan saat buka mata pasti gua bakalan pusing. Tapi kenapa sekarang enggak? Kenapa pas ada cewek ini di depan gua, gua ngerasa tenang dan nyaman? Siapa cewek ini sebenarnya? Batin Arnes yang sekarang ini masih menatap ke arah Lara di depannya.
"Udah kan kak?" tanya Lara yang kini ia kembali ke tempat tidurnya itu. Namun belum ia kembali, pintu UKS sudah dibuka dengan sangat lebar oleh Fara yang masuk dengan wajah khawatir. Fara datang bersama dengan Duka. Duka pun menatap ke arah dua orang cowok yang ada di UKS tersebut. Ia sama sekali tidak melihat keberadaan Yesa disini, lalu kemana perginya dia?
"Yesa kemana? Katanya tadi Lo ditemenin sama Yesa?" tanya Fara.
"Ah Yesa ada di UKS GOR, tadi gua disana soalnya. Terus pindah kesini sama Fajar dan Kak Arnes." ujar Lara kepada Fara membuat Fara kini menatap sekitar dan ia menemukan ada Arnes disana yang masih sakit.
"Lo tadi kenapa bisa kayak gini Ja?" tanya Duka kepada Lara tersebut.
"Ah ga papa kok, tadi ga sengaja kena bola tapi udah ga papa sekarang." ujar Lara menjawab pertanyaan dari Duka sekarang ini. Duka mengangguk.
"Wahh gila ya Lo pada pindah tapi ga bilang-bilang juga." ujar Raka yang baru saja tiba bersama dengan Yesa. Tadi mereka bangun dan mereka terkejut karena di ruangan itu tinggal para cowok yang tadi bermain basket. Data mereka tanya dimana Lara dan yang lainnya cowok-cowok itu mengatakan bahwa Lara dan yang lainnya sudah pindah ke UKS utama. Mereka berdua juga langsung meluncur kesana, Raka mendekati Arnes.
Sebenarnya Raka tampak heran karena Arnes terlihat biasa saja dan tidak mengatakan bahwa ia pusing sekarang ini. Ia jadi berpikiran atau tadi ia tidur lama, tapi sepertinya tidak karena bel istirahat kedua juga baru saja berbunyi. Ia menatap heran ke arah Arnes yang tidak tampak seperti biasanya.
"Lo udah bangun dari tadi?" tanya Raka kepada Arnes, Arnes menggeleng. Raka pun bertanya lagi kepada Arnes ia bangun kapan itu.
"Gua baru buka mata sekitar lima menit yang lalu." jawab Arnes juga.
"Terus? Lo ga ngerasa pusing atau gimana gitu sekarang? Masa sih Lo ga pusing? Seriusan woy?" tanya Raka yang begitu heran karena ia sudah lama berteman dengan Arnes dan ia tahu sekali kebiasaan dari Arnes itu.
Arnes tampak mengangguk dan sebenarnya ia juga masih bingung dengan yang terjadi pada dirinya sekarang ini. Namun entah lah ia tidak tahu bagaimana lagi nantinya yang pasti ini kemajuan sangat pesat karena dirinya sudah tidak lagi pusing. Ah atau kah ini hanya bertahan sementara saja?
"Lo kayaknya ga usah balik ke kelas aja deh Ja. Eh wait, bentar deh. Senja kenapa pipi Lo kayak gini astaga. Siapa sih yang udah berani numpuk Lo pakek bola?" tanya Fara yang sudah ingin marah-marah hingga Beryl dan Geo sekarang sudah datang. Mereka berdua tampak mendengar Fara marah.
Mereka sudah bergidik ngeri mendengarnya dan mereka berharap supaya Lara tidak mengatakan yang sebenarnya pada Fara karena mereka bisa kena amuk. Namun sepertinya meskipun Lara diam, tapi ada Yesa yang sangat senang jika mereka mendapat balasan. Kini Yesa menatap ke arah Fara dan memberikan isyarat kepda Fara untuk menangkap dua bocah yang baru saja datang itu. Beryl dan Geo pun langsung ditatap tajam oleh Fara.
“Bener-bener ya lo berdua ga ada yang beres emamg otaknya. Coba gimana kalo lo berdua yang kena bola? Sakit begok. Apalagi ini aduh bekas gini, sumpah ya lo pada bikin kesel woy.” ujar Fara.
“Fara, udah. Gua udah ga papa kok. Mereka juga udah minta maaf sama gua. Ngehajarnya kalo mereka ngulangi lagi aja, gu bantu pas itu deh hehehe.” ujar Lara yang kini tersenyum ke arah Fara dan Fara pun setuju.
“Ah bener banget sih dua lebih baik daripada satu. Awas aja ya kalo lo pada masih ngelakuin itu, ga pernah mikir emang kalo ngelakuin sesuatu.” ujar Fara itu.