5

1610 Kata
Pagi hari akhirnya tiba, Duka terbangun pukul lima pagi. Ia bangun dari tempat tidurnya dan sekarang ia sudah berjalan sembari membawa handuk, peralatan mandi dan juga seragam sekolah barunya. Ia masih tidak menyangka bahwa ia akan pindah secepat ini. Ia juga belum sama sekali berpamitan pada teman-temannya di sekolah yang lama karena Papanya memberi tahu bahwa mereka akan pindah sangat mepet. Sementara sepertinya Raksa sepertinya sudah mengetahui lebih dahulu daripada dirinya. Ia memang selalu mendapatkan perbedaan perlakuan dari Papanya seperti ini. Rasanya benar-benar seperti kesenjangan perlakuan Papany antara Raksa dan dirinya itu sangat terlihat nyata karena sering juga terjadi. Papanya selalu baik dan selalu menyayangi Raksa tapi tidak dengan dirinya. Ya walaupun mereka mendpatkan jatah uang dan juga semua barang yang sama tapi tetap saja mereka itu berbeda mendapat kasih sayang. Duka sudah selesai mandi dan sekarang ia sudah siap dengan seragamnya. Nanti, ia akan berangkat sendiri dengan menggunakan mobilnya. Sebenarnya ia ingin menggunakan motor saja, tapi sepertinya hari ini akan hujan karena langit terlihat sangat mendung. Duka pun kini sudah ada di bawah. Ia akan sarapan bersama dengan Papanya dan juga dengan Raksa. "Raksa, gimana kamu suka dan cocok kan sama sekolahnya? Tenang aja itu sekolah sangat bagus baik dibidang akademik maupun olahraga. Tim basket sekolahnya juga sering mengikuti turnamen dan selalu mendapatkan juara. Jadi kamu ga perlu khawatir." ujar Fabio kepada Raksa, anaknya itu. "Bagus kok Pa, Raksa pasti bisa kok masuk tim basketnya itu. Sekolahnya juga bagus, thanks ya Pa." ujar Raksa kepada Papanya dan setelah itu Duka datang, ia langsung duduk di kursi yang ada disana. "Pagi Pah, Kak." ujar Duka menyapa mereka meskipun Duka tahu bahwa balasan dari sapaan itu pasti hanya deheman kata saja. Ia sudah tahu hal itu. "Hmm, ya udah kita sarapan saja sekarang." ujar Fabio pada mereka. Sekarang ini tampak mereka bertiga sudah makan bersama disana. Sementara hal berbeda terjadi di rumah Rio Anggara yang merupakan Papa dari Lara. Rio bahkan sekarang terlihat masih tidur, dan Lara bingung ia harus sarapan apa karena ia belum beradaptasi dengan rumah ini. Pada akhirnya Lara pun memutuskan untuk nanti ia akan membeli sarapan di luar saja. Mungkin ia bisa beli roti untuk sarapannya nanti. Kini ia mendekati Rio. Ia mendekati Rio tidak untuk meminta uang jajan karena ia tahu bahwa ia meminta pun sepertinya Papanya itu tak akan mengeluarkan uang untuk Lara. Ia hanya ingin pamit saja karena ini hari pertamanya bersekolah di tempat yang baru. Lara membangunkan Papanya yang masih tertidur itu. "Pah, Papa Senja mau berangkat." ujar Lara kepada Papanya tersebut. "Hmm, udah sana ga usah ganggu gua. Ngantuk juga." ujar Rio dan Lara pun kini sudah berjalan keluar dan sudah melewati pintu rumahnya yang sudah reot. Lara melihat keluar, ternyata langit di luar sangat mendung. Ia pun mengambil payung lipat dan menaruhnya di tas untuk antisipasi jika nanti hujan. Sekarang, Lara sudah berjalan menuju ke sekolahnya. Ya Lara memang hanya berjalan saja karena jarak sekolah dan rumahnya itu juga sangat dekat. Kenapa ia bisa tahu tentang sekolahnya? Ia bisa tahu karena kemarin sebelum pergi ke rumah Papanya, Mamanya memperlihatkan dirinya sekolah tersebut makanya ia tahu jalan menuju ke sekolah itu. Lara memang pandai mengingat jalan, jadi tidak aneh jika ia bisa mengingatnya hanya dengan satu kali ia melewatinya. Sebelum ia sampai ke sekolah, ia melewati beberapa warung dan ia memutuskan untuk membeli roti sebagai sarapannya itu. Kini Lara sudah sampai di depan sekolah barunya, SMA Garuda Jaya. Sekolah mewah yang mayoritas diisi oleh anak-anak dari kaum elite. Lara tidak pernah membayangkan bisa berada di sekolah semewah ini sebenarnya. Namun dengan prestasinya di bidang akademik dan kesenian ia bisa mendapatkan beasiswa full di sekolah ini. Bahkan ia juga mendapatkan uang jajan dari sekolah ini, meskipun ia masih harus berkerja karena uang itu tidak cukup untuk ia hidup. Lara pun sekarang sudah berjalan menuju ke dalam Sementara itu Duka sudah berada di perjalanan menuju ke sekolah. Ia mengikuti mobil Raksa yang ada di depannya itu sekarang. Sebenarnya bisa saja Raksa dan Duka berangkat bersama, tapi Raksa tidak pernah menginginkan hal itu terjadi. Raksa selalu menolak ajakan dari Duka hingga pada akhirnya Duka telah lelah mengajak dan ia akhirnya selalu sendiri. "Ah gua lupa belum ngabarin Rizky sama Banu nih. Ya udah lah nanti gua kabari kalo udah sampai ke sekolah aja." ujar Duka saat teringat bahwa ia belum mengabari dua temannya di sekolahnya yang dahulu itu. Pasti mereka sangat terkejut jika mendengarnya karena Duka sama sekali tidak mengatakan apa-apa kepada mereka. Ia bukannya ingin pergi tanpa pamit. Hanya saja memang dirinya tidak tahu bahwa ia akan pindah secepat ini. Jika ia tahu bahwa ia akan pindah ia pasti akan memberi tahu kepada dua temannya yang selalu baik dan selalu menemani dirinya saat di sekolah. Akhirnya mobil Duka dan Raksa sudah sampai di parkiran mobil, mereka tampak memarkirkan mobil mereka di tempat yang berdekatan. Dan kini mereka turun secara bersama-sama dari mobil mereka masing-masing. Saat mereka turun, banyak sekali yang menatap ke arah mereka dengan pandangan memuja. Bagaimana tidak jika mereka sekarang ini menggunakan mobil-mobil yang sangat mahal. Ya walaupun sekolah ini merupakan sekolah elite tapi hanya segelintir siswa yang mampu menggunakan BMW dan Ferrari seperti mereka berdua itu. Jadinya mereka membuat semuanya terkejut. Raksa sudah tahu bahwa kedatangannya akan menjadi pusat perhatian dari seluruh siswa yang ada. Ia sudah sangat sering sekali menjadi pusat perhatian jadi ia sudah terbiasa. Ia pun sekarang sudah pergi berjalan ke ruang kepala sekolah dengan Duka yang ada di belakang dirinya sekarang. Semua mata menatap ke arah dua siswa yang pagi-pagi membuat heboh SMA Garuda Jaya karena mereka berdua datang secara bersamaan dan mereka sudah dapat dipastikan merupakan siswa baru disini karena mereka sama sekali belum pernah melihat dua siswa itu. Kini mereka juga mulai melihat adanya kemiripan antara keduanya, sepertinya mereka adalah keluarga. Bisa dibilang banyak yang mengatakan bahwa mereka kakak adik. Namun banyak juga yang bertanya kenapa jika kakak adik mereka tidak berangkat di satu mobil yang sama saja. Entah lah mereka akan tahu jika mereka sudah benar-benar masuk ke kelas baru mereka. Sekarang tampak dua orang itu masuk ke dalam ruang kepala sekolah yang terlihat sangat besar. Kepala sekolah itu sekarang ini tampak menyambut mereka berdua. Mereka mengurus beberapa berkas disana dan pada akhirnya kedua wali kelas mereka sudah datang di ruang guru. Kini mereka mulai berkenalan. "Ah ya untuk Raksa, kamu bisa pergi ke kelas diantar oleh Ibu Wika ya sekarang. Untuk Gama, kamu bisa menunggu satu siswa lagi karena ada siswa selain kamu yang baru saja pindah. Kamu tidak keberatan kan?" tanya Kepala Sekolah dan tentu Duka mengangguk. Kini ia melihat kakaknya itu sudah meninggalkan ruang kepala sekolah dan ia sudah pergi dari sana. Sementara itu Lara sedari tadi tampak mencari ruang kepala sekolah tapi masih belum ia temukan. Ia salah, sekolah ini tak hanya mewah tapi saat masuk ke dalam sekolah ini lebih layak di sebut sebagai universitas karena memang sangat besar dan juga sangat mewah apapun yang ada di dalam. Lara sedari tadi benar-benar bingung, ia tak tahu harus bagaimana lagi hingga akhirnya ia menemukan seorang cewek yang mendekati dirinya itu. "Hai, Lo anak baru ya? Lo mau ke ruang kepala sekolah?" tanya cewek itu. Membuat Lara mengernyitkan dahi dan mengangguk dengan tersenyum. "Ah iya kenalin gua Fara, Lo siapa?" tanya Fara memperkenalkan diri. "Iya, gua Senja. Kalo boleh tahu ruang kepala sekolah di sebelah mana ya?" tanya Lara kepada Fara dan kini Fara menawarkan diri untuk mengantar. "Gua antar aja yuk karena kalo sendirian kayaknya susah. Sekolah ini soalnya gede banget hehehe." ujar Fara, kini merrka berdua sudah berjalan dan pada akhirnya mereka berdua sampai juga di depan ruang kepala sekolah. Saat ini Fara meninggalkan Lara setelah memastikan Lara sudah masuk. Lara kini sudah masuk ke dalam setelah tadi Lara dipersilahkan untuk masuk ke dalam ruang kepala sekolah. Sekarang ini tampak ia masuk ke dalam ruang kepala sekolah. Ia melihat disana ada tiga orang. Sepertinya satu orang guru, satu orang kepala sekolah dan satu orang siswa yang kini membelakangi dirinya. Jadinya ia tidak tahu sama sekali siapa orang itu. "Nah kebetulan ini siswa baru satunya sudah datang Gama, Pak Bowo mungkin bisa antarkan Senja dan Gama menuju ke kelas mereka karena berkas-berkas dari Senja sudah di urus oleh sponsor beasiswanya." ujar Kepala Sekolah dan guru tersebut mengangguk. Kini mereka sudah beranjak. Tampak guru dan siswa tadi sudah menghadap ke arah Lara, dan saat ini Lara benar-benar terkejut ketika ia mendapati bahwa siswa itu merupakan lelaki yang tadi malam bersama dengan dirinya. Lelaki itu juga terkejut menatap ke arah Lara. Mereka bahkan sempat terdiam sepersekian detik. Tuhan memang maha baik, ternyata ini jalan Tuhan dan ternyata ini jawaban kenapa gua benar-benar yakin kalo gua akan bertemu dengan dia lagi. Jadi namanya adalah Senja? Nama yang bagus. Batin Duka menatap Senja. Apa ini? Kenapa cepat sekali bertemu dengan lelaki ini lagi. Ah jadi namanya Gama? Nama yang bagus. Tuhan, apa ini alasan kenapa tadi malam dia datang? Apa dia datang tadi malam sebagai persiapan pertemuan ini? Aku ga nyangka karena ini terlalu cepat untuk bertemu lagi, bahkan pikiran dan pembicaraan tadi malam masih terekam jelas di dalam kepala ku. Semuanya masih menjadi sesuatu yang selalu aku pikirkan sampai sekarang. Batin Lara yang kini mereka berdua sudah mengikuti guru mereka menuju ke kelas. Sungguh mereka berdua sama sekali tidak bisa mengatakan apa-apa sekarang karena jujur saja mereka benar-benar sangat terkejut sekarang ini. Entah lah bagaimana nanti mereka akan mengobrol saat sudah berkenalan secara resmi. Mereka benar-benar tidak menyangka bahwa sekarang ini mereka bisa berada di sekolah yang sama dengang status sebagai siswa baru dan parahnya mereka juga akan berada di satu kelas yang sama. Entah kebetulan apa yang nanti akan terjadi lagi diantara mereka berdua. Sungguh ini benar-benar membuat mereka sangat terkejut juga.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN