Di pemakaman, tidak disangka mereka bertemu dengan Jackson, ayah Jason yang sedang ke makam ayahnya.
"Kami senang kamu sudah kembali, Jenny" ucap Jackson, Jenny tidak menjawab, ia memeluk lengan Bradd dengan kuat. Seakan memberi isyarat pada Bradd, kalau ia tidak ingin dijodohkan dengan Jason.
"Maafkan kami, Tuan Jakcson, acara makan malam kita kemarin terpaksa dibatalkan. Nanti aku akan menemui anda di kantor anda, Tuan Jackson. Banyak hal yang harus kita bicarakan" Bradd tersenyum pada Jackson.
"Baiklah, aku pulang dulu, selamat pagi, Bradd, Jenny" pamit Jackson. Bradd, dan Jenny hanya menganggukan kepala mereka.
"Daddy ...."
"Daddy tahu, Daddy sudah berjanji tidak akan memaksa kamu, karena itu Daddy perlu membicarakan pembatalan perjodohanmu dengan Jason."
"Terimakasih, Daddy, i love you." Senyum mengembang di bibir Jenny, Bradd hanya tersenyum saja, meski ada rasa ganjil di dalam hatinya, karena sejak kembali ke rumah, Jenny seringkali mengatakan 'i love you' padanya.
Setelah ke makam kakeknya, Bradd meminta Jenny menemaninya ke butik Angelica. Untuk mengambil beberapa gaun yang sudah ia pesan pada Angelica, sebelum Jenny kabur dari rumah. Jenny sebenarnya ingin menolak, tapi ia pikir, dari pada Bradd pergi sendiri, dan punya waktu berduaan dengan Angelica, lebih baik ia temani.
Jenny mengamati gaun-gaun rancangan Angelica, sementara Bradd menuju ruangan Angelica, pintu ruangan sedikit terbuka. Terdengar suara orang bercakap-cakap di dalam.
"Putriku? Apa kamu lupa, Angelica, semua anggota band kita pernah menidurimu, dan kamu hanya menudingku sebagai ayah putrimu?"
"Aku tahu, Sam, aku tahu, tapi aku perlu sosok ayah bagi Jenny. Aku ...."
"Bukankah Bradd sudah menjadi ayah yang diakui Jenny, lalu apa lagi maumu, Angelica?"
Bradd mengerutkan keningnya, mencoba menyimak pembicaraan antara Angelica dengan pria bernama Sam itu.
"Ada apa, Daddy?" Jenny sudah berada di sebelah Bradd. Spontan Bradd menutup kedua telinga Jenny dengan kedua telapak tangannya, lalu dibawanya Jenny menjauhi pintu ruangan Angelica.
"Ada apa, Daddy?" Jenny menatap Bradd dengan rasa penasaran, setelah Bradd melepaskan kedua telapak tangannya dari telinga Jenny.
"Mommymu sedang bertengkar dengan temannya. Kamu tidak boleh mendengar pertengkaran semacam itu. Kita pulang saja sekarang ya."
"Hmmm" Jenny menganggukan kepala, meski rasa penasaran belum sirna dari hatinya. Dan Bradd juga merasakan rasa penasaran yang sama.
Bradd bicara dengan pegawai Angelica, ia minta semua gaun yang ia pesan agar diantarkan ke rumahnya.
Di dalam mobil, Jenny memeluk lengan Bradd, disandarkan kepalanya di lengan atas Bradd. Bradd tidak memahami, kenapa Jenny menjadi semakin manja, sejak kembali dari pelariannya.
Tapi, ia tidak ingin mempertanyakan hal itu pada Jenny, ia takut Jenny kabur lagi.
***
Satu bulan sudah sejak Jenny pulang, dan Jenny sudah kembali masuk kuliah seperti biasa. Bradd sudah membicarakan tentang pembatalan perjodohan antara Jenny, dan Jason, pada Jackson, dan istrinya. Meski terlihat sangat kecewa, tapi mereka akhirnya bisa menerima keinginan Jenny, setelah Bradd menjelaskan, kalau perjodohan tetap dilakukan, Jenny mengancam akan kabur lagi.
Bradd baru kembali ke kantornya, setelah makan siang di luar. Ternyata ada seorang wanita yang sudah menunggu kedatangannya. Bradd mengernyitkan keningnya, ia sangat mengenali siapa wanita yang mencarinya, namun mereka sudah belasan tahun tidak bertemu.
"Mary," Bradd menggumamkan nama wanita, yang langsung bangkit dari duduknya setelah melihat Bradd.
"Bradd," wanita itu tersenyum manis pada Bradd.
"Halo, Bradd, apa kabar, lama sekali kita tidak bertemu," Mary mengulurkan tangannya untuk menyalami Bradd.
"Kabarmu sendiri bagaimana, Mary?"
"Aku? Beginilah aku, Bradd."
"Kita bicara di dalam ruanganku saja, Mary." Bradd menatap wanita yang dulu pernah ia cintai, namun tak bisa ia miliki, karena ia harus memenuhi keinginan ayah angkatnya.
Dan, Mary akhirnya meninggalkannya, Mary menikah dengan seorang pria yang tinggal di lain kota.
Bradd membuka pintu ruangannya, dipersilakan Mary untuk masuk, dan duduk di sofa.
Dari mulut Mary mengalir cerita, tentang suaminya yang meninggal dunia karena sakit kanker paru-paru. Dan sekarang Mary kembali tinggal bersama orang tuanya, dengan membawa empat orang anaknya.
"Aku butuh pekerjaan untuk menghidupi keempat anakku, Bradd. Harta kami, tabungan kami, habis untuk membiayai pengobatan suamiku. Aku mohon, tolong bantu aku, beri aku pekerjaan, Bradd. Hanya kamu yang bisa aku mintai bantuan, aku tidak tahu lagi harus kemana." Mohon Mary dengan wajah, dan suara memelas.
Bradd menatap Mary dengan rasa iba, meski rasa cinta itu sudah sirna, tapi ia tidak tega juga mendengar cerita Mary yang terlihat sangat menderita.
"Aku tidak bisa menawarkan posisi bagus, dan gaji tinggi, Mary, hanya ada posisi staff biasa kalau kamu mau."
"Tidak apa, Bradd, itu sudah cukup, dari pada aku menganggur tanpa penghasilan, sedang ada empat anak yang harus aku penuhi kebutuhannya. Terima kasih, Bradd." Mary terlihat sangat bahagia, karena bisa mendapatkan pekerjaan dari Bradd.
Bradd menelpon seseorang, tidak berapa lama ada yang datang ke ruangan Bradd. Seorang pria usia empat puluhan.
"Ikutlah dengan Peter, dia akan memberitahumu apa saja yang perlu kamu serahkan sebagai persyaratan lamaran kerja." Bradd menunjuk ke arah Peter, yang berdiri di hadapan mereka.
"Baiklah, terima kasih, Bradd, terima kasih." Mary menyalami Bradd, dan mengguncangkan lengan Bradd dengan kuat.
Mary mengikuti langkah Peter, untuk meninggalkan ruangan Bradd. Bradd menatap punggung wanita yang dulu pernah sangat ia cintai.
Suara ponselnya mengagetkan Bradd, ternyata Teresa, kepala pelayan di rumahnya yang menelpon. Teresa mengabarkan kalau Jenny muntah-muntah, dan tidak mau makan.
Mendengar tentang kondisi Jenny, Bradd langsung memutuskan untuk pulang, ia cemas akan keadaan putrinya. Rasa takut akan sesuatu tiba-tiba mengganggu pikirannya. Bradd berusaha menyingkirkan pikiran buruk yang mengganggunya. Ia yakin Jenny tidak akan berbuat yang akan membuat malu dirinya, dan keluarganya. Tapi, ingatan akan kelakuan Angelica, membuat resah hati Bradd. Ia berharap, Jenny tidak mewarisi sifat liar Angelica, yang suka hidup bebas di masa mudanya.
BERSAMBUNG