PART. 5 PERISTIWA TAK TERDUGA

893 Kata
"Sebaiknya kamu pergi, Angelica. Kehadiranmu tidak diperlukan di rumah ini. Jujur saja, tadinya aku berpikir kamu bisa membujuk Jenny, agar hubungan kalian bisa baik, tapi lihatlah apa yang sudah kamu lakukan.... " "Aku hanya ingin bertindak tegas padanya Bradd, agar dia tahu kalau dia sudah salah!" "Hhhh, terserah apa yang ingin kamu katakan, sebaiknya sekarang kamu pergi dari sini." "Baiklah, aku akan pergi, tapi aku pasti akan kembali lagi." Angelica beranjak dari ruang makan, Bradd menghembuskan napasnya kuat. Berdebat dengan Angelica selalu membuatnya lelah. Bradd memerintahkan pelayan, membawa makan malam untuk Jenny ke lantai atas. Bradd menaiki tangga dengan cepat, diketuknya pintu kamar Jenny setelah berada di depan pintu kamar putrinya. "Jenny" panggil Bradd pelan, tapi tidak terdengar jawaban dari dalam. Bradd memutar gagang pintu, pintu tidak terkunci, Bradd masuk ke dalam. Tampak Jenny berbaring tertelungkup di atas ranjang. Bradd mendekat, ia duduk di tepi ranjang. "Jenny, makan dulu" bujuk Bradd, diusapnya kepala Jenny lembut. Terdengar ketukan di pintu, Bradd yang yakin itu pelayan, memintanya masuk. Pelayan masuk dengan nampan berisi makanan. "Letakan saja di meja" "Baik Tuan," Pelayan itu meletakan makan malam di atas meja. "Ada lagi Tuan?" "Tidak, pergilah" "Baik, Tuan. Saya permisi." Setelah pelayan itu pergi, Bradd kembali mengusap kepala Jenny. "Ayolah Jenny, makan dulu," bujuk Bradd. Jenny memutar tubuhnya, tampak wajahnya memerah karena menangis. Ia bangun dari berbaringnya, dan duduk bersila di atas tempat tidur. "Maafkan mommymu ya" "Kenapa dia harus datang, dan merusak ketenangan hidup kita, Daddy?" "Dia hanya wanita kesepian, yang butuh diperhatikan. Sudah, tidak usah terlalu dipikirkan, sekarang makan ya, Daddy ambilkan dulu makanannya." Bradd mengambil nampan berisi makanan dan minuman di atas meja. Nampan ia letakan di hadapan Jenny, Jenny menggelengkan kepalanya. "Aku kehilangan selera makanku, Daddy" "Kamu harus makan, ayolah sedikit saja," bujuk Bradd, Jenny tetap menggelengkan kepalanya. "Jenny.... " "Jangan paksa aku, Daddy!" Bradd menghembuskan napasnya, dipijitnya bell agar pelayan datang untuk mengambil nampan berisi makanan. "Sebaiknya sekarang kamu tidur, untuk beberapa hari ke depan, kamu tidak usah masuk kuliah dulu ya." "Kenapa Daddy?" "Jujur saja, Daddy cemas kalau kamu kabur lagi" "Aku berjanji tidak akan kabur lagi, asal wanita itu tidak Daddy nikahi, dan tidak tinggal di rumah ini." "Itu tidak akan terjadi Sayang, percaya sama Daddy ya. Sekarang tidurlah, Daddy rasa kamu kurang tidur di tempat persembunyianmu." Bradd membantu Jenny berbaring, ditariknya selimut untuk menutupi tubuh putrinya. Bradd mengecup kening Jenny. "Selamat tidur, Daddy menyayangimu." "I love you, Daddy" "I love you too," Bradd menyalakan lampu tidur, sebelum mematikan lampu di langit-langit kamar. Bradd ke luar dari dalam kamar Jenny, dengan diikuti tatapan Jenny. Jenny teringat akan cerita Eva, pengasuhnya, yang sudah mengasuhnya sejak ia bayi, hingga Eva meninggal saat usia Jenny tujuh belas tahun. Sejak mendengar cerita Eva, Jenny merasa pandangannya pada Bradd berubah. Seiring dengan berubahnya perasaannya juga. Ia menjadi sedikit sungkan untuk bermanja lagi pada Bradd. Apa lagi dengan usianya yang semakin bertambah dewasa. Jenny memejamkan matanya, berusaha untuk tidur, karena seperti yang Bradd katakan, ia memang kurang tidur di tempat pelariannya. *** Pagi sekali Jenny terbangun, ia ke luar dari kamar, dan menuruni anak tangga. Ia bertanya pada pelayan di mana Bradd berada. Pelayan mengatakan kalau Bradd masih di kamarnya. Jenny kembali menaiki anak tangga, kamar tidur Bradd tujuannya. Ia ingin mengatakan kepada Bradd tentang rencananya hari ini, untuk pergi ke makam kakeknya. Jenny mengetuk pintu, namun tidak ada sahutan, dengan memberanikan diri, Jenny membuka daun pintu. Ia melongok ke dalam kamar yang sudah sekian lama tidak pernah lagi ia masuki. Jenny melangkah masuk, tepat saat pintu kamar mandi terbuka. Jenny diam membeku, saat melihat pemandangan di hadapannya. Bradd ke luar dari kamar mandi, dengan tanpa apapun membungkus tubuhnya. Kepalanya tertutup handuk yang ia usap-usap dengan kedua tangannya, agar tetes air mengering dari rambutnya. Sungguh Jenny tidak mampu bersuara, seumur hidupnya baru kali ini melihat perkakas lengkap milik pria. Bradd yang tidak menyadari kehadiran Jenny, berjalan santai saja, ia letakan handuk di atas kursi, lalu ia berdiri di depan cermin untuk menyisir rambutnya. Bradd tertegun di depan cermin, saat menyadari cermin memantulkan bayangan lain selain dirinya. "Jenny!" Cepat Bradd meraih handuk di atas kursi, ia tutupkan kebagian depan tubuhnya. Wajah Bradd terlihat merah padam, wajah Jenny tidak kalah merahnya. "Maaf, Daddy tidak tahu kamu ada di sini, Daddy ambil jubah mandi dulu ya," Bradd masuk kembali ke dalam kamar mandi. Di dalam kamar mandi, ditatap tubuh telanjangnya di depan cermin. Bradd merasakan wajah dan seluruh tubuhnya terbakar karena rasa malu. Setelah putrinya menyaksikan ketelanjangannya. Bradd mengambil jubah mandi, lalu mengenakannya dengan tergesa. Ia menarik dalam napasnya, sebelum menghenbuskannya dengan perlahan. Baru ia ke luar dari dalam kamar mandi. Saat ia ke luar, Jenny masih mematung di tempatnya semula. Mereka saling tatap, Bradd berusaha tersenyum untuk mencairkan kekikukan di antara mereka berdua. Bradd bisa memahami, ia tahu Jenny pasti shock melihat dirinya yang telanjang bulat. Bradd mendekati Jenny, ditepuknya pipi Jenny lembut. "Jenny" "Hmmn," mata Jenny mengerjap. Ia baru tersadar dari pukaunya. "Maaf, aku lancang masuk ke kamar Daddy" "Tidak apa, kamu mencari Daddy, apa ada hal yang penting?" "Enghh, i-iya Daddy," jawab Jenny sedikit terbata. "Ada apa?" "Aku ingin ke makam kakek, apa Daddy ingin ikut?" "Sekarang?" "Setelah sarapan" "Oke, tunggu Daddy di ruang makan ya, Daddy berpakaian dulu," Bradd menepuk pipi putrinya. Jenny menganggukan kepala, lalu ia meninggalkan Bradd tanpa bicara lagi, namun bayangan apa yang baru saja ia lihat, seakan bermain di pelupuk matanya. BERSAMBUNG
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN