Liana tidak menyangka kalau Zack yang tadinya sehat bugar harus terbaring lemah di ranjang dengan berbagai peralatan medis yang terpasang. Dalam hidupnya, dia tak ingin kembali kehilangan pria itu lagi untuk kedua kalinya.
Pemikiran negatif pun mulai tumbuh. Mengingat kecelakaan yang tak wajar, Liana meminta seseorang detektif terkenal untuk mencari tahu kebenarannya. Dan sekarang, dia sedang berada di kamar inap-duduk di samping tubuh Zack yang belum sadar.
“Aku mohon..., tetap bertahan apapun yang terjadi.” Liana menyentuh tangan Zack dengan lembut, mengecupnya berkali-kali. Steve yang tak snegaja melihat itu hanya memandangnya dibalik pintu bersama dengan Justin.
“Dia Liana,” kata Steve memastikan.
“Benar..., aku sudah memastikan identitasnya.” Justin ikut mengintip. “Tapi jika dia bersama dengan Zack, pasti hidupnya dalam bahaya.”
“Gadis itu sangat mencintai Zack.” Steve menatapnya dengan pandangan kosong. Begitu beruntungnya Zack mendapatkan cinta dari manusia bumi. Sayangnya, pria itu tak bisa merasakan perasaan tersebut.
“Aku tidak punya pilihan lain,” kata Justin tiba-tiba. “Liana bisa digunakan untuk membangun kekuatan Zack.”
“Kau gila!” pekik Steve sambil menarik kerah Justin dengan cepat. Justin yang kerahnya ditarik batuk beberapakali. Ekspresi wajah Steve pun berubah seketika. “Apakah kau baik-baik saja? Kau sangat pucat.”
“Aku baik-baik saja. Mungkin hanya lelah.” Kehilangan beberapa persen kekuatan adalah pukulan besar bagi tubuh Justin. Tapi dia harus menyesesuaikannya dengan cepat.
Tiba-tiba mereka berdua mendengar gelas pecah dari dalam ruangan Zack, bahkan nada teriak pria itu juga.
“Pergi!”
“Zack..., aku peduli padamu.”
Justin dan Steve pun masuk ke dalam ruangan. Melihat gelas pecah berserakan di lantai, dan Liana menangis terisak. Keduanya saling pandang satu sama lain, mengangguk bersamaan.
“Nona, Zack butuh istirahat. Aku akan mengantarmu.” Steve berupaya membujuknya.
“Maaf, aku hanya ingin bersamanya. Dia membutuhkanku.” Liana tetap kukuh dalam pendiriannya.
“Kalau kau disini, hatiku sakit!” Zack meremas dadanya yang berdenyut nyeri, tampakjelas energi mulai terbentuk.
“Nona..., tolong kerjasamanya.” Justin mendorong Liana untuk keluar ruangan, ditemani Steve yang siap mengantarnya. Tapi gadis itu terus memohon untuk bertemu dengan Zack.
“Besok kemarilah lagi. Jangan membuat semuanya menjadi rumit seperti ini, Nona.”
“Aku sangat mencintainya,” isaknya tertahan. Melihat manusia bumi menangis, Steve kelabakan. Dia tak pernah bertemu dengan gadis yang menangis seperti itu.
“Pulanglah..., aku akan meminta sopir untuk mengantarmu.” Steve pun menghubungi orang kepercayaannya agar Liana di antar pulang.
“Tolong hubungi aku jika terjaid sesuatu.” Bibir Liana bergetar, menatap cinta ke arah Zack yang dalam keadaan tidka stabil.
“Baik, aku akan melakukannya.”
Tidak lama kemudian, orang suruhan Steve datang. Liana akhirnya pergi darri tempat itu. Dia pun memutuskan untuk masuk ke dalam ruangan kembali.
“Kau seperti anjing kepanasan,” ejek Steve kesal setengah mati. “Beruntung kau masih hidup, Zack.”
“Manusia sialan itu!”geram Zack tertahan dengan mata membara. Justin mundur beberapa langkah karena energi milik Zack terus mengalir.
“Jika dia meledak sekarang, takutnya semua orang yang ada di rumah sakit ini dalam bahaya.” Justin hendak mengeluarkan kekuatannya, tapi dicegah oleh Steve.
“Apa kau gila? Tubuhmu sangat lemah. Jika kau mengeluarkan kekautanmu, kau dalam bahaya.” Steve mendorong Justin menjauh dari Zack yang sedang berteriak kesakitan.
Namun sesuatu yang tak terduga terjadi, Zack malah pingsan detik itu juga. Steve dan Justin pun langsung mendekatinya.
“Ada apa dengan dia?” tanya Steve kebingungan.
“Kondisi tubuhnya belum stabil. Dia masih menyesuaikan diri.” Justin memeriksa kedua mata Zack, lalu mendinginkan tubuhnya dengan elemen air yang dimiliki. “Perubahan sekarang terlalu mendadak, belum waktunya.”
Steve mengusap wajahnya dengan frustasi. “Aku akan menghukum orang yang melakukan ini padanya.”
Zack hanya pegawai kantoran biasa, dengan hidup biasa pula. Siapa yang telah dia singgung sampai mengalami kecelakaan yang jelas telah direncanakan.
“Biarkan dia istirahat dengan baik. Aku yakin besok dia sadar.” Justin membenahi selimut milik Zack. Dapat dilihat rasa kasih sayang pria itu terhadap seekor naga yang tidak memiliki rasa kemanusian sama sekali.
Sementara itu, Petra yang sedang pulang kerja mendapati dua anak buahnya berdiri di depan apartemen miliknya. Mereka berdua tampak gelisah dan juga ketajutan. “Apa yang kalian lakukan disini?”
“Bos,” panggil keduanya bersamaan dengan tubuh gemetar. “Kenapa kau melakukan ini kepada kami?” tanya salah satu dari mereka.
“Melakukan apa?” Petra lelah, dna tak mau berurusan dengan mereka. “Aku sudah membayar kalian mahal. Lebih baik kalian segera pergi dari sini.”
“Kami tak bisa pergi kemanapun, Bos,” ucap pria bertindik itu.
“Kenapa bisa seperti itu. Bukankah aku menyuruh kalian ke luar negri setelah melakukan pekerjaan itu?” Petra lekas kesal dengan tingkah mereka.
“Faktanya kami menabrak orang penting.” Pria berjanggut itu menundukkan kepala dengan tubuh gemetar. “Kenapa kau harus melibatkan kami dalam pekerjaan ini, Bos?”
Mereka berdua tampak ketakutan tanpa alasan di mata Petra. “Kalian butuh uang bukan? Aku membayar kalian dan kalian setuju. Kita impas!”
“Bos..., kami tak bisa selamanya seperti ini.” Pria bertindik menatap Petra seraya memohon.
“Dia hanya orang miskin biasa! Apa hebatnya dia?” Petra bingung dengan pemikirran konyol mereka berdua karena tak masuk akal.
“Bukan dia! Tapi orang dibaliknya!” teriak pria berjonggot sambil melirik ke kamera pengawal. “Kami pergi, jaga dirimu baik-baik, Bos.” Dia menyeret temannya begitu saja menjauh dari Petra.
“Dasar gila! Ada apa dengan mereka? Tak masuk akal.” Petra masuk ke dalam ruanga, menyalakan lampu. Dia menghela nafas panjang karena lelah luar biasa. Pekerjaan menjadi seorang direktur begitu menguras otak dan tubuhnya,
“Kenapa Liana tak menghubungiku?” tanya Petra sambil merogoh ponselnya. Pria itu membuka berita utama hari ini yang belum sempat terbaca. Matanya langsung membesar saat meliah Steve membantu seseorang yang tidak lain adalah Zack masuk ke ICU.
“Kenapa Steve Wilson bisa kenal dengan Zack? Pasti hanya kebetulan.” Tubuh Petra sudah panas dingin tak karuan dan pikiran jeleknya mulai melayang.
“Tidak mungkin, pasti hanya perasaanku saja.” Pria itu pun menaruh ponslenya kembali, menatap langit ruangan. Sebentar lagi, Liana akan menjaid miliknya. Meski Zack tak mati, pasti dia lumpuh otak sehingga tak bisa berjalan.
“Pekerjaan mereka sangat memuaskan. Aku akan membiarkan hidup Zack berada di nekara.” Jika nanti sudah waktunya, Petra akan menusuk Zack sendiri dengan kedua tangannya. Sungguh manusia yang tidak memiliki belas kasihan, ibarat seperti hewan buat. Induk hewan saja masih menyanyangi anaknya, bahkan mereka rela memberi makan padahal dalam kondisi lapar.
Petra begitu mencintai Liana, sampai dia dibutakan oleh rasa cemburu. Sekian lama mereka dekat, tapi gadis itu malah mencintai pria miskin seperti Zack. Beruulang kali dia merundungnya, pati tetap saja Zack tak menyerah sama sekali.
Sampai akhirnya, rencana jahatpun muncul dalam otaknya untuk membunuh Zack. Jika pria itu lenyap, maka dia bisa memiliki Liana seutuhnya.
Ketika mendengar kematian Zack, Petra begitu senang, bergegas mendatangi Liana dan pura-pura ikut bersedih atas kepergian Zack. Dia bahkan yang mengurus pemakamannya.
“Besok aku akan melihat Zack dalam kesakitan,” katanya dengan senyum lebar, tertawa menggelegar di dalam ruangan.
Tidak tahukah Petra, bahwa Zack sehat bugar. Dia bahkan mengumpulkan seluruh energinya saat ini. Tubuhnya mulai menyesuaikan diri dengan jiwa naga kembali. Pria itu pun membuka kedua matanya dengan lebar.
“Aku tak akan memaafkanmu,” geramnya tertahan.
Bersambung