Ryan menatap tajam Rosa, “Apa-apaan kau ini? cepat masuk ke dalam mobil!” perintah Ryan galak, sambil menunjukkan jari telunjuknya ke arah Rosa.
Karin memanfaatkan kesempatan itu, untuk menjauh dari Ryan, tetapi pria itu dengan cepat menahan pinggangnya dan dengan galak memperingatkan, “Kau masuk ke dalam mobil juga! kau duduk di depan, di samping pak sopir, jangan coba untuk kabur!” tegas Ryan.
Dengan wajah yang cemberut, Karin pun membuka pintu mobil bagian depan, lalu duduk di samping pak sopir. Sementara Ryan, kembali duduk di tempatnya semula, bersama dengan kekasihnya.
Ryan mengabaikan wajah Rosa yang terlihat marah, ia tidak akan memulai pertengkaran dengan kekasihnya di depan Karin dan sopirnya. Dirinya tidak mau Karin mendengar pertengkarannya dan menjadi senang.
Suasana tegang, begitu terasa di dalam mobil, tidak ada yang mau memecahhkan ketegangan tersebut, semua sibuk dengan pikirannya sendiri-sendiri.
Tak lama kemudian, mobil pun berhenti tepat di depan pintu masuk perusahaan, di mana mobil Ryan memang biasanya parkir.
Sopir pribadi Ryan bergegas turun dari kursinya dan membukakan pintu mobil untuk Ryan dan kekasihnya. Begitu berada di luar mobil, Ryan merasa heran dengan Karin yang tidak juga turun dari mobil.
Ia pun membuka pintu mobil dan menatap dingin Karin, “Kenapa kau tidak ke luar dari dalam mobil?”
Karin yang memang sengaja tidak ke luar dari mobil, menunggu reaksi Ryan. Menatap bos nya itu, dengan wajah yang dibuatnya meringis kesakitan, “Kaki saya sakit dibawa berjalan, tadi, ‘kan, Bapak membopong saya! mengapa tidak sekalian saja, sampai ke ruangan, bukankah berbuat baik itu jangan setengah-setengah, Pak!”
Ryan melototkan matanya, “Tadi itu saya terpaksa melakukannya! saya tidak mau kamu tertsesat di kota yang besar ini dan nantinya saya akan disalahkan oleh keluargamu! sekarang kamu turun sendiri, tetapi kalau kamu memang merasa sakit untuk berjalan sendiri, akan saya perintahkan pak Margono, satpam yang berjaga di depan untuk menggendong kamu!”
Rosa yang tidak sabar menunggu Ryan menghampirinya, berbalik berjalan mendatangi kekasihnya itu dan menjadi semakin marah saja kepada Karin, yang membuat perhatian Ryan kembali teralihkan darinya.
“Dasar sekretaris manja! bilang saja, kamu itu sebenarnya mau menggoda kekasihku dan merebutnya dariku!” bentak Rosa galak.
Tidak mau terjadi pertengkaran di antara Karin dan Rosa, Ryan pun dengan cepat menggandeng tangan Rosa masuk ke dalam gedung perusahaan menuju ke ruangannya.
Sesampainya mereka di dalam ruang kerja Ryan, dilepaskannya pegangan tangannya pada tangan Rosa. Ryan melipat tangannya di depan d**a dan menatap tajam Rosa.
“Mengapa kau melihat marah kepadaku? seharusnya aku yang marah kepadamu! bagaimana tidak, kekasihku bersikap mesra kepada wanita yang hanya sekretarisnya di depan mataku!” seru Rosa emosi, sambil memukul d**a Ryan.
Ryan menangkap tangan Rosa yang memukul dadanya, “Kelakuanmu yang merajuk dan cemburu itu seperti anak kecil saja dan hal ini membuktikan, kalau kamu itu, sebenarnya tidak memiliki rasa percaya kepadaku sama sekali!” bentak Ryan.
“Hah! aku yangk kau salahkan, karena bersikap kekanakkan, hanya karena aku merasa cemburu? aku mencintaimu! wajar kalau aku menjadi tidak terima dengan kemesraan yang kau perlihatkan kepada sekretarismu tadi! kau tidak usah berkelit lagi, kalau kau sebenarnya menyukai sekretarismu itu!”
Ryan menyunggingkan senyum tipis di bibirnya, “Masalah buatmu, kalau aku sebenarnya memang menyukai sekretarisku itu? bukankah selama berhubungan denganmu, aku tidak pernah mengatakan cinta! dan aku juga tidak pernah mengatakan akan setia sampai mati, ataupun menjanjikan pernikahan kepadamu!” sahut Ryan dengan santainya.
Air mata Rosa, turun dengan derasnya mendengar ucapan Ryan, “Dasar lelaki b******k! jadi selama ini kamu hanya mempermainkan diriku saja? kau bujuk aku dengan kata-kata manismu, hingga aku bersedia memberikan tubuhku kepadamu!”
Rosa lalu melemparkan buku yang ada di atas meja Ryan, ke arah wajah pria itu dan langsung saja ditangkap dengan mudahnya oleh Ryan.
“Jangan salahkan diriku, yang hanya mengatakan kebenaran, kalau kau itu memang cantik dan menarik juga seksi! kenapa kau menyalahkan diriku seorang? aku tidak akan menidurimu, kalau kau tidak mau, tetapi kau yang menawarkan dirimu sendiri! mengapa aku harus menolak? lagipula, sepengetahuanku, aku tidak pernah mendengar kalimat keluhan darimu, kau bahkan meminta lagi,” ejek Ryan kepada Rosa.
“b******k! sialan kau Ryan!” teriak Rosa, sambil melempari barang-barang yang ada di atas meja kerja Ryan. Ryan hanya menatap dengan dingin apa yang dilakukan oleh Rosa.
Tak lama berselang, pintu ruang kerja Ryan diketuk dari luar dan masuklah pak Margono, satpam dengan kumis tebal dan wajah yang galak.
“Pak Margono, tolong bawa wanita ini ke luar dan ingat baik-baik! wanita ini jangan pernah lagi menjejakkan kakinya di kantorku!” perintah Ryan dengan tegas.
“Baik Pak! siap dilaksanakan!” sahut pak Margono.
Pak Margono pun menghampiri Rosa dan mencoba menarik paksa tangannya, yang memberontak untuk dibawa ke luar olehnya.
Rosa menyentak dengan kasar, tangan pak Margono yang memegang tangannya, “Lepaskan tangan kotormu dari tanganku! aku bisa ke luar sendiri!” sebelum ke luar dari ruangan Ryan, Rosa berteriak mengingatkan kepada mantan kekasihnya itu.
“Ingat Ryan! aku tidak akan diam saja, diriku kau hina dan permainkan demi seorang sekretaris! kalian berdua akan menerima pembalasan dariku!’
Selesai memberikan ancaman kepada Ryan, Rosa pun ke luar dari ruang kerjanya dan saat melewati meja Karian. Ia berhenti sebentar di depan mejanya, “Aku tidak tahu, apa yang sudah kau berikan kepada Ryan, hingga ia memutuskan diriku! tetapi kuingatkan kepadamu, kau jangan merasa senang dahulu, karena aku tidak akan membiarkan hidupmu menjadi tenang!”
Dengan cepat, Rosa mengambil botol air mineral yang ada di atas meja Karin dan menyiramkannya tepat ke atas kepala Karin, hingga kemeja yang dikenakan oleh Karin menjadi basah kuyup.
Rosa berlalu dari hadapan Karin, dengan suara tawa kemenangan, karena bisa melampiaskan kemarahannya kepada Karin.
Karin menatap tidak percaya ke arah punggung Rosa, “Heran aku, dengan kekasih pak Ryan! kenapa juga ia menyalahkanku, untuk kesalahan yang tidak kulakukan sama sekali” gumam Karin, sambil melihat ke arah kemejanya yang basah dan menempel di badannya.
“Sial, bajuku menjadi basah begini! mana aku tidak membawa baju ganti. Ada apa dengan hari ini? mengapa aku mendapatkan kejadian tidak menyenangkan secara beruntun?” gerutu Karin.
Dirinya lalu berdiri dari duduknya dan berjalan memasuki ruangan Ryan. Dilihatnya ruang kerja bos nya yang mirip kapal pecah, sementara bos nya itu duduk dengan santainya di depan meja kerjanya, dengan dokumen yang ada di tangannya.
“Bapak harus bertanggung jawab!”
Ryan melekkan dokumen yang ada di tangannya ke atas meja, ia melihat ke arah Karin, “Kamu minta saya bertanggung jawab? kenapa kamu tidak meminta pertanggungjawaban dari kekasihmu saja, kalau kamu sedang hamil!” sahut Ryan dengan kesal.
“Saya tidak sedang hamil! ini gara-gara Bapak memutuskan kekasih Bapak, ia melampiaskannya kepada saya. Lihat ini, pakaianku menjadi basah!” lapor Karin, sambil menunjuk kemejanya yang basah.
Ryan tersenyum miring ke arah Karin, “Kau mau mengenakan kemejaku? begitu maksudmu meminta pertanggunganjawab dariku?” sahut Ryan, sambil berdiri dari duduknya dan melepas kemeja yang ia kenakan.
“Lihat, aku sudah melepas kemeja yang kukenakan di depanmu! sekarang, giliranmu untuk melepas kemeja yang kau kenakan di depanku!” kata Ryan, dengan senyum jahil yang terbit di bibirnya.